Kebaharuan Penelitian Novelty Deskripsi Hutan Mangrove Peran Ekosistem Mangrove dalam Menunjang Sumberdaya Udang Penaeid

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian - Mengetahui karakteristik habitat yang sesuai bagi keberadaan udang putih betina dewasa kelamin dan matang gonad. - Mengetahui puncak musim pemijahan dan rekruitmen udang putih di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan Sumatera Utara.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Dapat digunakan sebagai landasan pengelolaan ekosistem mangrove sebagai daerah asuhan dan mencari makan bagi udang penaeid.

1.5 Kebaharuan Penelitian Novelty

Penelitian ini mengkaji parameter-parameter utamaparameter penting yang mempengaruhi distribusi spasial udang putih betina dewasa kelamin dan matang gonad. II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan komunitas vegetasi pantai tropis yang didominasi oleh beberapa spesies pohon mangrove, yang mampu tumbuh dan berkembang pada daerah pasang surut pantai berlumpur. Bengen 2002 menyatakan komunitas vegetasi mangrove umumnya tumbuh pada daerah intertidal dan supratidal yang cukup mendapat aliran air dan terlindung dari gelombang besar serta arus pasang-surut yang kuat. Gunarto 2004 dan Kasim 2006 menyatakan hutan mangrove biasanya berada di daerah muara sungai atau estuari sehingga merupakan daerah tujuan akhir dari partikel-partikel organik ataupun endapan lumpur yang terbawa oleh air sungai dari daerah hulu. Kawasan mangrove merupakan kawasan yang subur, baik daratannya maupun perairannya, karena selalu terjadi transportasi nutrien akibat adanya pasang surut. Hutan mangrove meliputi pohon dan semak yang terdiri atas 12 marga tumbuhan berbunga Avicennia, Sonneratia, Rhizophora, Bruguiera, Ceriops, Xylocarpus, Lumnitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegilitis, Sneda dan Conocarpus yang termasuk ke dalam delapan suku Bengen 2002. Vegetasi hutan mangrove di Indonesia memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, yaitu sebanyak 202 jenis yang terdiri atas 89 jenis pohon, 5 jenis palem, 19 jenis liana, 44 jenis herba tanah, 44 jenis epifit dan 1 jenis sikas. Noor et al. 1999 menyatakan dari 202 jenis tersebut, 43 jenis disebut sebagai mangrove sejati true mangrove , sedangkan jenis lain yang ditemukan di sekitar mangrove disebut sebagai jenis mangrove ikutan associated mangrove.

2.2 Fungsi dan Manfaat Hutan Mangrove

Hutan mangrove merupakan ekosistem yang unik dengan berbagai macam fungsi mencakup fungsi fisik dan biologiekologi Knox 1986; Bengen 2002. 2.2.1 Fungsi Fisik Hutan mangrove berperan penting dalam pemeliharaan kualitas perairan pesisir melalui penjebakan sedimen dan sisa bahan organik yang terbawa air sungai dari daratan. Kondisi ini menyebabkan pengeluaran nutrien dalam keadaan seimbang steady-state equilibrium sehingga akan memelihara ekosistem padang lamun dan terumbu karang. Endapan lumpur yang terperangkap akan menyebabkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Proses ini menyebabkan mangrove sering dikatakan sebagai pembentuk daratan. Hutan mangrove juga berperan dalam melindungi pantai dari angin kencang, abrasi dan pengendali banjir.

2.2.2 Fungsi BiologiEkologis

Hutan mangrove mempunyai nilai produktivitas bersih yang cukup tinggi, yakni biomassa sebesar 62,90 – 398,80 tonhath dan guguran serasah 5,80 – 25,80 tonhath. Hal ini disebabkan daun mangrove yang jatuh dan masuk ke kolom air setelah mencapai dasar akan diuraikan oleh mikroorganisme bakteri dan jamur. Hasil penguraian berupa detritus dapat digunakan sebagai makanan bagi larva dan hewan kecil air yang pada gilirannya menjadi mangsa hewan air lebih besar serta hewan darat yang bermukim atau berkunjung di ekosistem ini. Ekosistem mangrove juga berfungsi sebagai sumber plasma nuftah. Snedaker dan Getter 1985 menyatakan sekitar 80 dari jenis-jenis biota laut daerah tropis menghabiskan masa hidupnya paling tidak satu fase di ekosistem mangrove. Hutan mangrove merupakan produsen primer melalui serasah yang dihasilkannya. Serasah mangrove setelah melalui proses dekomposisi oleh sejumlah mikroorganisme, menghasilkan detritus yang meningkatkan kesuburan perairan, sehingga berbagai jenis fitoplankton dapat hidup dan berkembang. Fitoplankton selanjutnya dimanfaatkan oleh konsumer primer yang terdiri dari zooplankton, ikan dan krustase termasuk udang putih. Sukardjo 1995 menyatakan guguran serasah daun mangrove sebesar 13,08 tonhath dapat menyumbangkan nutrien ke dalam perairan sebesar 2 kg Phath dan 148 kg Nhath. Mahmudi et al. 2008 mendapatkan ekosistem mangrove di Nguling Pasuruan hasil reboisasi dari jenis Rhizophora mucronata seluas 57,10 ha berpotensi menghasilkan produksi serasah daun sebesar 1.119,16 kghath dan menyumbangkan nutrien ke dalam perairan sebesar 507,35 kg Nth, 21,90 kg Pth dan 25121,52 kg Cth.

2.3 Peran Ekosistem Mangrove dalam Menunjang Sumberdaya Udang Penaeid

Ekosistem mangrove adalah suatu sistem ekologi tempat berlangsungnya kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan diantara makhluk hidup itu sendiri, terdapat pada wilayah pesisir, dipengaruhi pasang surut air laut, dan didominasi oleh spesies pohon atau semak yang khas dan mampu tumbuh dalam perairan payau Santoso 2000. Ekosistem mangrove memainkan peran penting dalam menunjang kehidupan berbagai biota perairan termasuk udang putih. Chong et al. 1990 menyatakan campuran deposit organik dengan tumbuhan, bakteri, diatom, dan mikroorganisme lainnya yang terdapat di substrat mangrove merupakan sumber makanan bagi udang putih. Biota ini umumnya menghabiskan masa mudanya pascalarva dan juvenil di ekosistem mangrove sebelum beruaya ke laut lepas untuk memijah. Sebagai fungsi tempat pembesaran, ekosistem mangrove dapat dijelaskan oleh tiga faktor yaitu: tingkat tropik sumberdaya, kekeruhan perairan, dan keragaman vegetasi. Konsentrasi bahan organik yang tinggi pada ekosistem mangrove disebabkan adanya aliran air tawar dari sungai, pencampuran air akibat terjadinya pasang surut, serta produktivitas yang tinggi, merupakan faktor penting dari rantai makanan sehingga udang putih banyak ditemukan di ekosistem ini. Faktor kekeruhan di perairan mangrove juga merupakan salah satu penyebab banyaknya dijumpai populasi udang putih di ekosistem ini, disebabkan dapat menyebabkan menurunnya jangkauan jarak penglihatan dari predator yang ada di wilayah tersebut, sehingga memperluas daerah pembesaran udang putih, yang akhirnya dapat meningkatkan tingkat hidup juvenil biota tersebut. Keragaman vegetasi mangrove yang tinggi dengan perakaran yang menjulur ke dalam perairan sangat baik sekali untuk tempat berlindung udang putih juvenil dari predator, sehingga biota ini banyak dijumpai di ekosistem mangrove Knox 1986.

2.4 Sistematika dan Morfologi Udang Putih Penaeus merguiensis