Pola Distribusi Udang Putih Pola Pertumbuhan Udang Putih

Tabel 10 Ukuran panjang karapaks dan bobot tubuh udang putih pada tiap stasiun Panjang karapaks cm Bobot tubuh g Minimum Maksimum Minimum Maksimum Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina Stasiun 1 1,85 2,40 4,15 4,49 1,74 3,42 17,31 19,54 Stasiun 2 1,85 2,40 4,04 4,27 1,74 3,42 15,69 17,53 Stasiun 3 1,85 2,40 4,20 4,49 1,74 3,43 23,37 25,24 Stasiun 4 1,85 2,40 4,28 4,52 1,74 3,42 29,80 32,28 Stasiun 5 1,85 2,40 4,33 4,54 1,74 3,44 29,95 35,48 Stasiun 6 1,99 2,42 4,36 4,69 2,19 3,44 30,41 37,81

4.6.2 Pola Distribusi Udang Putih

Berdasarkan data kelimpahan udang putih yang didapat, selanjutnya dilakukan analisa untuk menentukan indeks distribusi udang putih pada tiap stasiun baik menurut individu maupun jenis kelamin, dengan menggunakan analisa Indeks distribusi Morisita seperti disajikan pada Tabel 11. Tabel 11 Indeks distribusi udang putih pada tiap stasiun Stasiun 1 2 3 4 5 6 Jantan 5,98 5,96 5,96 5,97 6,02 5,95 Betina 5,94 5,95 5,96 5,98 6,02 5,97 Hasil analisis Tabel 11 menunjukkan distribusi udang putih berdasarkan jenis kelamin pada tiap stasiun, tergolong ke dalam pola distribusi bergerombol. Pola distribusi bergerombol merupakan pola yang paling umum dijumpai dalam populasi di alam, disebabkan organisme termasuk udang putih cenderung mencari habitat yang sesuai untuk dapat mendukung kehidupannya. Id

4.6.3 Pola Pertumbuhan Udang Putih

Hubungan panjang karapaks dengan bobot tubuh udang putih dapat diketahui dengan melakukan analisa pola pertumbuhan menggunakan regresi linear sederhana. Hasil analisis hubungan panjang karapaks dan bobot tubuh udang putih berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa udang putih jantan yang tertangkap pada tiap stasiun selama 12 bulan pengamatan memiliki hubungan panjang karapaks dan bobot tubuh seperti tertulis dalam persamaan: Log W = 0,3194 + 2,7142 log L atau dalam bentuk eksponensialnya adalah: W = 0,3194L 2,7142 dengan nilai koefisien korelasi R 2 = 0,9919, yang secara lebih jelas digambarkan dalam kurva hubungan panjang karapaks dan bobot tubuh seperti pada Gambar 24 a. Hubungan panjang karapaks dan bobot tubuh udang putih betina Gambar 24 b, memiliki persamaan: Log W= 0,3371 + 2,6587 log L atau dalam bentuk eksponensial W = 0,3371L 2,6587 dengan nilai koefisien korelasi R 2 = 0,9811. Nilai b mendeskripsikan pola pertumbuhan udang putih, sedangkan keeratan hubungan antara panjang karapaks udang putih dan bobot tubuhnya dapat diketahui melalui nilai koefisien korelasi R 2 , sehingga melalui persamaan tersebut dapat ditentukan apakah individu dari populasi udang putih pada kawasan ini dapat diduga bobot tubuhnya melalui ukuran panjang karapaksnya. Gambar 24 Hubungan panjang bobot udang putih. Udang putih jantan a, udang putih betina b. Effendie 1997 menyatakan bila nilai b = 3, maka pertumbuhan dikatakan isometrik atau pertambahan panjang karapaks sama dengan pertambahan bobotnya, sedangkan bila nilai b lebih besar atau lebih kecil dari 3, pertumbuhan 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 pjg-brt asli pjg-brt simulasi W = 0,3194L 2,7142 R 2 = 0,9919 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 pjg-brt asli pjg-brt simulasi W = 0,3371L 2.6587 R 2 = 0,9811 a b dikatakan allometrik atau pertambahan panjang karapaks tidak sama dengan pertambahan bobotnya. Grafik di atas Gambar 24 menunjukkan nilai b untuk udang jantan sebesar 2,7142, yang berarti menggambarkan pola pertumbuhan udang putih jantan di perairan Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan termasuk ke dalam pola pertumbuhan allometrik atau pertambahan panjang karapaksnya tidak sama dengan pertambahan bobotnya. Demikian pula halnya dengan udang betina yang menunjukkan nilai b sebesar 2,6587. Nilai b yang didapatkan dari udang putih jantan maupun betina di lokasi kajian terlihat lebih kecil dari 3, sehingga dapat dikatakan bahwa pola pertumbuhan udang putih di kawasan ini termasuk pola pertumbuhan allometrik negatif, yang berarti pertambahan panjang karapaksnya lebih cepat dari pertambahan bobotnya, atau dengan kata lain pertambahan bobot tubuhnya tidak secepat pertambahan panjang karapaks. Hal ini terbukti dari kondisi udang putih yang didapat pada tiap stasiun umumnya berukuran kecil sampai sedang. Udang yang berukuran kecil sampai sedang memiliki pertambahan panjang karapaks sangat cepat, namun memiliki pertambahan bobot tubuh sangat lambat. Sebaliknya udang yang berukuran besar, pertambahan panjangnya akan semakin melambat tetapi pertambahan bobot tubuhnya semakin cepat. Walaupun pola pertumbuhan udang putih di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan menggambarkan pola pertumbuhan allometrik negatif, tetapi hasil analisis hubungan panjang karapaks dan bobot tubuh memperlihatkan nilai koefisien korelasi R 2 yang dimiliki udang putih, baik jantan maupun betina melebihi 90. Udang jantan memiliki nilai R 2 = 0,9919 dan udang betina memiliki R 2 = 0,9811. Hal ini menggambarkan adanya keeratan hubungan antara panjang karapaks dan bobot tubuh udang.

4.6.4 Faktor Kondisi