Reproduksi Udang Putih Kajian bioekologi udang putih (Penaeus merguiensis de Man)

Laju pertumbuhan udang secara internal tergantung pada kelancaran proses ganti kulit dan tingkat kerja osmotikosmoregulasi yang dialaminya Hartnoll 1982; Ferraris et al. 1987. Selama stadia larva, udang penaeid mengalami beberapa kali metamorfosis dan ganti kulit sampai stadia pascalarva PL. Berdasarkan ciri-ciri morfologinya, tahap pertumbuhan larva udang penaeus dibedakan menjadi 4 stadia, yaitu: nauplius N, zoea Z, mysis M dan pascalarva PL. Dari empat stadia tersebut dapat dibedakan lagi menjadi: enam sub stadia nauplius N1-N6, tiga sub stadia zoea Z1-Z3, tiga sub stadia mysis M1-M3 sebelum mencapai PL1 Motoh 1981; Solis 1998. Pertumbuhan udang setelah substadia M3 lebih ditekankan pada perubahan biomassa, baik bobot maupun ukuran tubuh. Pada setiap ganti kulit sebagian massa hilang sebagai eksuvia. Kehilangan massa pada setiap ganti kulit ini mengakibatkan model pertumbuhan bobot udang menjadi diskontinyu Allen 1984. Pertumbuhan udang pada dasarnya bergantung kepada energi yang tersedia, bagaimana energi tersebut dipergunakan di dalam tubuh dan secara teoritis hanya akan terjadi bila kebutuhan minimum untuk kehidupannya terpenuhi. Udang memperoleh energi dari pakan yang dikonsumsi, dan kehilangan energi sebagai akibat metabolisme termasuk untuk keperluan osmoregulasi. Efisiensi pemanfaatan energi pakan untuk pertumbuhan sangat bergantung pada daya dukung lingkungannya Anggoro 1992.

2.8 Reproduksi Udang Putih

Udang putih termasuk ke dalam kelompok heteroseksual, sehingga secara morfologi dapat dibedakan antara udang jantan dan betina sexual dimorphisme. Udang jantan mempunyai alat kelamin yang disebut petasma terletak diantara kaki renang pertama, sedangkan alat kelamin udang betina disebut telikum yang terletak diantara pangkal kaki jalan keempat dan kelima dengan lubang saluran kelamin terletak diantara pangkal kaki ketiga Bittner Ahmad 1989. Motoh 1981 menyatakan organ reproduksi udang putih jantan terdiri atas organ internal dan eksternal. Organ internal terdiri atas sepasang testis, sepasang vas deferens , dan sepasang terminal ampul. Testis terletak di tengah bagian dorsal cephalothorax , tepatnya di bagian ventral jantung tepat di bawah sinus perikardia dan bagian dorsal hepatopankreas. Vas deferens merupakan saluran testis yang membentuk banyak gulungan berkelok-kelok, terletak di bagian anterior memanjang sampai organ hepatopankreas membentuk tabung hampir lurus di bawah pinggiran posterolateral kepala dan diteruskan sampai ke terminal ampul yang membesar. Terminal ampul merupakan alat yang membentuk kantong diselaputi dengan lapisan otot tipis yang terletak pada kaki jalan kelima. Organ eksternalnya adalah petasma yang merupakan modifikasi dari bagian endopodit kaki renang pertama. Petasma berfungsi untuk menyalurkan sperma dan meletakkannya pada alat kelamin betina. Organ eksternal lainnya adalah apendix masculina yang terletak pada kaki renang kedua. Organ reproduksi udang putih betina juga terdiri atas organ internal dan eksternal. Organ internal terdiri atas sepasang ovarium yang memanjang di tengah bagian dorsal karapaks, tepatnya di bagian ventral jantung dan bagian dorsal hepatopankreas sampai ke bagian pangkal ekor. Saluran teluroviduct keluar dari bagian tengah kedua sisi ovarium, bermuara pada suatu lubang yang terdapat dalam koksapodit dari pasang kaki jalan ketiga. Organ eksternal udang betina adalah telikum. Pada bagian dalam telikum terdapat seminal reseptakel yang berfungsi untuk menyimpan spermatofor setelah terjadi kopulasi. Udang putih betina menurut Bittner dan Ahmad 1989 dapat menghasilkan telur hingga mencapai 100.000 butir dalam sekali peneluran. Peter et al. 2003 menyatakan udang putih P. merguiensis dapat menghasilkan telur berkisar 100.000 - 450.000 butir dalam sekali peneluran. Pada saat pelepasan telur biasanya induk udang betina berenang berputar-putar dengan kecepatan tinggi. Telur dilepaskan melalui saluran telur. Pelepasan telur membutuhkan waktu dua menit dan biasanya didahului oleh pelepasan sperma yang tersimpan di dalam telikum induk udang betina Nurdjana 1986; Chamberlain 1987. Pembuahan terjadi di dalam air setelah sperma bertemu dengan telur. Pertemuan antara sperma dan telur seringkali telah dimulai pada saat telur dikeluarkan melalui bulu- bulu halus tempat menempelnya sperma di dalam telikum induk udang betina Chamberlain et al. 1987.

2.9. Tingkat Kematangan Gonad