IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Parameter Fisik Kimia Air dan Substrat 4.1.1 Suhu Air
Hasil pengukuran terhadap rataan suhu air pada tiap stasiun memperlihatkan kisaran nilai sebesar 28,07°C-29,87°C Tabel 4. Rataan suhu air tertinggi
dijumpai pada Stasiun 6 dengan nilai minimum sebesar 29,00°C dan maksimum 30,50°C, diikuti Stasiun 5 dengan nilai minimum 28,40°C dan maksimum
30,00°C, Stasiun 4 dengan nilai minimum 28,00°C dan maksimum 30,00°C, Stasiun 3 dengan nilai minimum 27,80°C dan maksimum 30,00°C, Stasiun 1
dengan nilai minimum 27,20°C dan maksimum 30,20°C, serta terendah pada Stasiun 2 dengan nilai minimum 27,00°C dan maksimum 30,00°C. Rendahnya
suhu air pada stasiun 1 dan 2 disebabkan kedua stasiun ini terletak dibagian hulu estuari sehingga masukan air tawar dari sungai ikut mempengaruhi kondisi suhu
air di kedua stasiun tersebut. Suhu perairan di Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan masih dalam batas
toleransi untuk mendukung kehidupan dan pertumbuhan udang putih. Naamin 1984 menyatakan udang putih pada tingkat juvenil maupun dewasa dapat hidup
pada kisaran suhu 10,00°C-36,00°C. Lebih lanjut Fast dan Lester 1992 menyatakan bahwa 90 dari juvenil udang putih akan bertahan hidup pada suhu
air 24,00°C, dan selanjutnya akan berkembang ke fase dewasa di mana udang membutuhkan suhu air berkisar 28,00°C.
4.1.2 Kecerahan air
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan. Semakin tinggi kecerahan suatu perairan, semakin tinggi cahaya menembus ke kolom air. Hasil
pengukuran terhadap kecerahan air menunjukkan kisaran nilai antara 54,77 cm – 56,38 cm Tabel 4, dengan nilai terendah dijumpai pada Stasiun 1
sebesar 54,77 cm dan tertinggi pada Stasiun 4 sebesar 56,38 cm. Kondisi ini menggambarkan perairan Ekosistem Mangrove Percut Sei Tuan relatif keruh dan
sangat mendukung kehidupan udang putih. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 51 2004, nilai baku mutu untuk kecerahan air
laut adalah 3 m. Knox 1986 menyatakan rendahnya tingkat kecerahan
di perairan ekosistem mangrove merupakan salah satu penyebab banyaknya dijumpai populasi udang putih di ekosistem ini karena dapat menyebabkan
menurunnya jangkauan jarak penglihatan dari predator yang ada di ekosistem tersebut sehingga memperluas daerah pembesaran, yang akhirnya dapat
meningkatkan tingkatan hidup juvenil biota tersebut.
4.1.3 Kecepatan Arus
Hasil pengukuran kecepatan arus yang dilakukan di tiap stasiun selama satu tahun Tabel 4 menunjukkan rataan kisaran nilai antara 0,04 mdetik –
0,18 mdetik. Kecepatan arus terendah dijumpai pada Stasiun 6 dan tertinggi pada Stasiun 2. Knox 1986 menyatakan tingginya konsentrasi bahan organik pada
ekosistem mangrove salah satunya disebabkan oleh adanya aliran air tawar dan pencampuran air akibat terjadinya pasang surut. Kedua faktor tersebut
menghasilkan produktivitas yang tinggi di ekosistem mangrove dan menjadikan udang putih banyak ditemukan di ekosistem ini.
4.1.4 Kedalaman Perairan
Hasil pengukuran kedalaman perairan yang dilakukan di tiap stasiun menunjukkan kisaran nilai 2,56
m – 13,18 m, seperti tersaji pada Tabel 4. Kedalaman air terendah dijumpai pada Staiun 2 dan tertinggi pada Stasiun 6.
Rendahnya kedalaman air pada stasiun 2 disebabkan stasiun ini letaknya di bagian hulu estuari, sehingga adanya proses sedimentasi dari daratan
menyebabkan perairan menjadi relatif lebih dangkal dibanding stasiun lainnya.
4.1.5 Oksigen Terlarut