Kelompok pohon ini memiliki B.J. 0,52-0,79 dan termasuk kelas kuat II-III. Penggunaan kayunya diantaranya untuk pembuatan kapal, flooring, meubilair,
konstruksi ringan di bawah atap, papan loncat, tiang sampanperahu layar, bahan untuk membuat chipboard dan lain-lain Samingan 1982.
3. Dilleniaceae Riga
Dillenia borneensis Hoogl.
Pohon Riga Gambar 5 hidup pada topografi lembah serta tanah rawa, tersebar dan cukup jarang ditemui. Tingginya mencapai 25 m dengan diameter 58
cm yang tergolong kategori pohon sedang, batangnya lurus dengan percabangan simpodial, memiliki akar jangkang. Bentuk daun elliptical, tunggal, alternate, tepi
daun aculeate, pada pertemuan tulang daun sekunder dengan tepi daun tumbuh duri pendek kecil, pangkal daun inequilateral, rounded, ujung daun mucronate.
Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 27-40 pasang, pertulangan daun tersier bentuk tangga dan jala. Permukaan daun baik atas maupun bawah
glabrous. Helaian daun tipis, lebar dan agak kaku dengan ukuran 26,4-39x12,2- 24,4 cm. Tangkai daun panjang, memiliki lekahan panjang tangkai yang ditutupi
oleh perpanjangan daun, lekahan ini memiliki rambut halus yang mudah lepas apabila disentuh, tangkai daun menebal pada bagian pangkal tangkai. Daun muda
berwarna ungu.
4. Dipterocarpaceae Mersawa
Anisoptera grossivenia v. Sloot
Pohon Mersawa Gambar 6 hidup tersebar di punggung bukit dengan tanah kering dengan jumlah sedang. Tinggi bebas cabangnya mencapai 15 m dengan
diameter 82 cm, tergolong pada kategori pohon besar. Bentuk batang berdiri lurus, tidak berbenjol. Percabangan simpodial dan memiliki banir setinggi 1,5 m dengan
tebal 3 cm. Bentuk daun elliptical, obovate, tunggal, sub-opposite, tepi daun entire, pangkal daun cuneate, ujung daun acuminate. Pertulangan daun sekunder
menyirip dengan 13-15 pasang, pertulangan daun tersier menjala. Permukaan daun pubescent baik bagian atas maupun bawah karena memiliki rambut pendek
halus. Permukaan bagian bawah daun berwarna hijau kecoklatan. Ukuran helaian daun 7,3-12,9x3-5,9 cm, panjang tangkai 1,7-2,5 cm, terdapat penebalan di dekat
pangkal daun, tangkai daun memiliki rambut pendek halus serta rapat. Daun penumpu berbentuk segitiga dan berwarna coklat.
Kelompok jenis pohon ini memiliki B.J. 0,50-0,96 yaitu termasuk kayu ringan moderat, kelas kuat II-III dan kelas awet IV. Mengenai penggunaannya
tidak banyak dipakai karena berat tenggelam, tidak mudah digergaji dan kesulitan pengeringan. Dalam jumlah terbatas biasa dipakai untuk pembuatan
perahu, konstruksi ringan di bawah atap Samingan 1982.
Tempurau Dipterocarpus gracilis Blume.
Pohon Tempurau Gambar 7 hidup tersebar, banyaknya sedang di lereng dengan tanah kering. Tinggi total pohon dapat mencapai 25 cm dengan diameter
45 cm, tergolong kategori pohon sedang. Bentuk batang lurus serta agak berbenjol, percabangan simpodial serta memiliki banir jenis kuncup dengan tinggi
0,85 cm. Permukaan kulit rata, berlekah dangkal serta mengelupas. Bentuk daun elliptical, ovate-lanceolate, tunggal, alternate, tepi daun crenate, pangkal daun
runcing, tumpul, ujung daun mucronate. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 10-12 pasang, pertulangan daun tersier bentuk tangga. Permukaan daun
bagian atas glabrous tapi pada tulang daun primernya terdapat rambut halus berwarna coklat kekuningan sedangkan bagian bawah terdapat rambut coklat
kekuningan pada tulang daun primer maupun lateralnya. Helaian daun berukuran 6,5-11,5x3,2-6,3 cm. Tangkai daun diliputi rambut pendek halus, menebal pada
pangkal daun, panjang tangkai daun 1,2-1,8 cm. Daun penumpu berbentuk segitiga, mudah rontok bekasnya berbentuk cincin miring. Kuncup daun baru
diliputi rambut pendek halus berwarna coklat kekuningan. Kayunya berat, padat dan keras, dengan B.J. 0,73 serta kelas keawetan III-
IV dan kelas kekuatan II–I. Kayunya mempunyai struktur kasar dan berwarna coklat kemerah-merahan pucat sampai coklat muda. Kayunya dapat digunakan
untuk pembuatan perahu dan bangunan rumah meskipun tidak berapa awet. Di Palembang karena sukar digergaji kayu ini dipakai untuk bangunan dalam bentuk
balok. Kayu gubalnya mudah diserang rayap, tetapi kayu terasnya tidak begitu mudah terserang LIPI 1977.
Pohon ini menghasilkan juga balsem yang bila masih segar berwarna abu- abu dan menjadi hitam bila sudah tua, tetapi tetap lembek tidak mengeras. Di
beberapa tempat di Palembang dan Bangka pohon ini disadap untuk memperoleh balsemnya dan balsem ini dipergunakan sebagai minyak cat LIPI 1977.
Keruing Dipterocarpus grandiflorus Blanco
Pohon keruing Gambar 8 besar, tingginya dapat mencapai 50 m. Pohon ini cukup banyak ditemui, tersebar di lereng atau punggung bukit dengan tanah
kering. Tinggi bebas cabangnya mencapai 15 m dengan diameter 21 cm. Batangnya lurus tidak berlekuk dengan percabangan monopodial bentuk payung
dengan banir yang rendah. Bentuk daun oval, obovate, tunggal, alternate, tepi daun crenate, pangkal daun cuneate, ujung daun acuminate, pertulangan daun
sekunder menyirip dengan 19-22 pasang, pertulangan daun tersier bentuk tangga. Permukaan daun bagian atas glabrous, bagian bawah pada tulang daun primer
terdapat rambut halus putih. Helaian daun agak kaku dengan ukuran 19-33x13,4- 24 cm. Panjang tangkai 7,5-11 cm, pangkal tangkai melebar, ujung tangkai
menebal. Kuncup daun baru dilingkupi rambut berwarna kuning coklat rapat. Daun penumpu bentuk segitiga, berwarna coklat kuning, mudah rontok, bagian
luar daun penumpu terdapat rambut pendek halus sedangkan bagian dalam glabrous.
Kayunya mempunyai B.J. 0,81 serta kelas awet III sering dipakai untuk jembatan, bangunan rumah dan perabot rumah tangga. Selain itu damarnya dapat
dipakai sebagai lampu LIPI 1977.
Keruing Lowei Dipterocarpus hasseltii Blume
Keruing Lowei Gambar 9 hidup pada topografi lereng, tepi sungai, tersebar banyak. Tingginya mencapai 30 m dengan diameter 70 cm, tergolong
kategori pohon besar. Kulitnya berbalong serta berpuru, apabila terluka getahnya berwarna bening. Bentuk batang bengkok, berlekuk, percabangan simpodial serta
memiliki banir yang rendah yaitu 1 m dan tebal banir 5 cm. Permukaan batang rata, mengelupas besar dengan warna abu coklat. Bentuk daun elliptical, tunggal,
alternate, tepi daun crenate, pangkal daun cuneate, ujung daun acuminate. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 12-14 pasang, pertulangan daun
tersier bentuk jala. Permukaan daun bagian atas maupun bawah glabrous. Ukuran helaian daun 10,5-16x5-7,9 cm, panjang tangkai 4,5-5,9 cm, terdapat penebalan
baik di pangkal maupun di ujung tangkai daun. Kuncup daun baru berwarna hijau tidak diliputi rambut, bentuknya seperti tombak. Daun penumpu berbentuk garis,
makin besar daun penumpu makin terang warnanya dan ada sedikit rona merah di dekat salah satu tepi daun penumpunya, daun penumpu ini glabrous baik di
bagian luar maupun bagian dalam. Kayu gubalnya berwarna kuning coklat dan kayu terasnya merah coklat.
Kayu ini mempunyai B.J. 0,70 serta kelas keawetan II dan kelas kekuatan II. Kayunya dapat digunakan sebagai bahan konstruksi, lantai dan bantalan LIPI
1977.
Tempudau Dipterocarpus kunstleri King
Pohon Tempudau Gambar 10 besar yang tingginya dapat mencapai mencapai 45 m. Bentuk daun ovate, elliptical, tunggal, alternate, tepi daun
crenate, pangkal daun rounded, ujung daun acuminate. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 13-16 pasang, pertulangan daun tersier menjala dan
tangga. Permukaan daun bagian atas glabrous, sedangkan bagian bawah pubescent karena terdapat rambut pendek halus baik pada tulang daun primer
maupun tulang daun lateralnya. Ukuran helaian daun 16,8-31x8,6-18,5 cm, tangkai menebal baik di ujung maupun di pangkal tangkai daun. Daun penumpu
berbentuk segitiga, bagian luar terdapat rambut halus dan jarang sedangkan bagian dalamnya glabrous, gampang rontok. Kuncup daun baru diliputi oleh rambut
halus putih, daun baru berwarna merah muda. Kayunya mempunyai B.J. 0,75 serta termasuk kelas awet III, biasa dipakai
untuk tiang-tiang dan papan. Selain itu kulitnya untuk dinding dan damarnya untuk penerangan. Kayunya agak sukar untuk dikerjakan Soewanda 1970.
Bengkirai Hopea ferruginea Parijs
Pohon Bengkirai Gambar 11 hidup pada topografi punggung bukit, darat, tanah kering, berkumpul banyak. Percabangan simpodial, bentuk tajuk kerucut
dengan keadaan tajuk biasa. Tinggi bebas cabangnya mencapai 12 m dengan diameter 50 cm, termasuk kategori pohon sedang. Bentuk batang lurus serta agak
berbenjol. Pohon ini memiliki banir jenis kuncup dengan tinggi 0,8 m dan tebal 3 cm. Permukaan kulitnya rata serta berlekah dalam dengan warna coklat. Bentuk
daun ovate, tunggal, sub-opposite, tepi daun entire, pangkal daun obtuse, ujung daun mucronate. Pertulangan daun sekunder menyirip rapat, pertulangan daun
tersier menjala, memiliki tulang daun marjinal. Permukaan daun glabrous, licin di kedua permukaan, memiliki domatia dekat pangkal daun pada tulang daun primer.
Helaian daun tipis, perpanjangan daun di ujung daun cukup panjang, ukuran daun 1,5-5x0,6-2 cm. Tangkai daun berwarna coklat gelap, tangkai muda diliputi oleh
rambut halus pendek, panjang tangkai 0,2-0,5 cm. Daun penumpu berbentuk garis dengan ukuran 5x1 cm
2
, mudah rontok. Kayunya biasa dipakai untuk pembuatan alas perahu.
Emang Hopea mengarawan Miq.
Pohon Emang Gambar 12 hidup pada topografi lereng, darat, tanah kering, banyak dan dua-tiga batang berkelompok. Bentuk batang lurus dengan
percabangan simpodial. Bentuk tajuk kerucut dengan keadaan biasa, memiliki banir. Permukaan kulit rata, merekah jarang dengan warna kelabu. Bentuk daun
ovate-elliptical, tunggal, sub-opposite, tepi daun repand, pangkal daun obtuse, ujung daun mucronate. Pertulangan daun sekunder menyirip rapat, sedangkan
pertulangan daun tersiernya menjala, memiliki tulang daun marjinal. Permukaan daun baik bagian atas maupun bawah glabrous, shiny, licin. Helaian daun kaku,
tipis dengan ukuran 4,2-11x1,5-4,7 cm. Panjang tangkai 0,2-1,4 cm, terdapat penebalan mendekati pangkal daun. Daun penumpu berbentuk scalelike, memiliki
akar terbang. Kelompok kayunya memiliki B.J. 0,55-0,75 dan 0,60-0,94 dengan kelas
kuat II-III dan kelas awet II-III. Karena keawetannya, mudah mengerjakannya serta mudah pembelahannya, maka kayu ini banyak dipakai untuk macam-macam
keperluan seperti dolokbalok, tiang dan papan untuk pembuatan rumah, sampan atau dasar rumah dalam air, dengan pengawetan yang baik dapat dipakai untuk
bantalan kereta api. Karena daya kembang susut yang kecil sangat baik untuk pembuatan kosen dan jendela. Motif serat yang baik sangat disenangi untuk
pembuatan meubilair Samingan 1982.
Majau Shorea bracteolata Dyer
Pohon Majau Gambar 13 hidup pada lereng, darat, tanah kering, cukup banyak serta tersebar. Banyaknya sedang, tersebar di lereng-lereng dengan tanah
kering. Tingginya mencapai 25 m dengan diameter 39 cm, tergolong pada kategori pohon kecil. Bentuk batang tidak lurus, percabangan simpodial dengan
keadaan tajuk biasa tidak tipis. Pohon ini memiliki banir dengan tinggi 45 cm dan tebalnya 3 cm. Bentuk daun elliptical, komposisi daun tunggal, sub-opposite, tepi
daun entire, ujung daun acuminate, pangkal daun rounded. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 10-12 pasang, pertulangan daun tersier bentuk tangga.
Permukaan daun bagian atasnya glabrous. Adapun kesan raba permukaan bawah daun lembut. Ukuran helaian daun 6-12,7x3,5-5,7 cm, panjang tangkai 1,7-2,2
cm, tidak terdapat penebalan baik di ujung maupun di bagian pangkal tangkai daun. Daun penumpu berbentuk linear.
Karambuku Shorea hopeifolia Sym.
Pohon Karambuku Gambar 14 ini hidup tersebar dan banyak ditemui di lereng-lereng dengan tanah kering. Pohon dengan tinggi 20-50 m tinggi bebas
cabangnya mencapai 10 m dengan diameter 39 cm, termasuk ke dalam kategori pohon sedang. Bentuk batang lurus serta agak berbenjol dengan percabangan
simpodial, bulat, keadaannya biasa. Pohon ini memiliki banir jenis kuncup dengan tinggi 0,2 m dan tebal 5 cm. Bentuk daun elliptical, tunggal, sub-opposite, tepi
daun entire, pangkal daun asimetris, cuneate, ujung daun acuminate. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 10-12 pasang, pertulangan daun tersier menjala
dan tangga. Permukaan daun atas maupun bawah glabrous, bagian atas licin mengkilap. Helaian daun agak kaku dengan ukuran 4,3-7,5x1,6-3,3 cm, mudah
rontok. Tangkai membengkak pada pangkal tangkai. Daun penumpu berbentuk linear, getahnya berwarna coklat gelap apabila telah mengering.
Kayunya mempunyai B.J. 0,54 dengan kelas awet III–IV. Biasa dipergunakan untuk tiang-tiang rumah, papan dan perahu Soewanda 1970.
Majau Shorea johorensis Foxw.
Pohon Majau Gambar 15 hidup di topografi lereng, tepi sungai serta tanah kering, jarang dan tersebar. Bentuk batang lurus tidak berlekuk dengan
percabangan simpodial. Cukup banyak ditemui, tersebar di punggung-punggung bukit. Tingginya mencapai 30 m dengan diameter 52 cm, termasuk pada kategori
pohon sedang dengan bentuk batang tidak lurus dan agak berbenjol. Percabangannya simpodial serta memiliki akar banir dengan tinggi 1,2 m dan
tebal 3 cm. Bentuk tajuk bulat dengan keadaan tipis, pohon memiliki banir. Permukaan kulit rata, merekah dangkal dengan warna coklat abu. Bentuk daun
elliptical, tunggal, sub-opposite, tepi daun entire, ujung daun acuminate, pangkal daun rounded. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 8-10 pasang,
pertulangan daun tersier bentuk tangga. Permukaan daun bagian atas glabrous, licin, sedangkan pada permukaan daun bagian bawah kasar karena terdapat
rambut kecil berwarna putih dan tidak terlalu rapat. Ukuran helaian daun 4- 12x3,4-6 cm sedangkan panjang tangkai 1,5-2,2 cm. Daun penumpu berbentuk
linear, terdapat rambut pendek halus di bagian luar dan dalam daun penumpu. Kayunya relatif ringan B.J. 0,50 dan termasuk kelas keawetan IV-III dan
kelas kekuatan III-IV. Warnanya lebih menarik dan kekuatan serta keawetannya lebih baik daripada Shorea parvifolia dan Shorea smithiana. Kayunya tahan
terhadap serangan penyakit busuk putih white rot, mudah dkerjakan, tidak pecah apabila dipaku dan mudah dikupas sehingga baik sekali untuk dibuat kayu lapis.
Kayu ini dapat digunakan sebagai bahan bangunan ringan, lantai, panel-panel pada mobil dan perahu motor, pintu dan pekerjaan-pekerjaan kayu lainnya LIPI
1979.
Kuntui Tebulang Shorea leprosula Miq.
Pohon Kuntui Tebulang Gambar 16 hidup pada topografi lereng, darat, tanah kering, jarang tesebar. Pohon memiliki banir dengan tinggi 1,2 m dan tebal
3 cm., permukaan kulitnya rata merekah dangkal dengan warna coklat gelap. Tingginya mencapai 30 m dengan diameter 52 cm, termasuk pada kategori pohon
sedang dengan bentuk batang tidak lurus dan agak berbenjol serta memiliki percabangan simpodial. Bentuk daun oblong, elliptical, lanceolate, tunggal, sub-
opposite, tepi daun entire, pangkal daun obtuse, rounded, acute, ujung daun acuminate. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 14-18 pasang,
pertulangan daun tersier bentuk tangga. Permukaan daun bagian atas glabrous, shiny, tapi pada tulang daun primernya ditempeli seperti karat, sedangkan bagian
bawahnya kasar karena terdapat bintil-bintil kecil kaku pada tulang-tulang daunnya. Helaian daun tak terlalu kaku dengan ukuran 11,6-24x4-7,8 cm. Tangkai
diliputi oleh bintil-bintil seperti pada permukaan bawah daun, sedangkan pada ranting agak jarang, panjang tangkai 1,2-1,4 cm. Daun penumpu berbentuk
scalelike, bagian dalamnya glabrous sedangkan bagian luarnya ditumbuhi bintil kecil.
Bangkirai Lentang Shorea ovata Dyer
Pohon Bangkirai Lentang Gambar 17 mencapai tinggi 50 m, percabangan simpodial dengan bentuk payung, tipis. Batangnya berbentuk silinder tetapi
kadang berbentuk tajam. Banirnya cukup tinggi mencapai 2,5 m tipis, membentang. Bentuk daun elliptical, oval atau ovate, tunggal, sub-opposite, tepi
daun entire, pangkal daun subcordate, tumpul, rounded, ujung daun short acuminate, pertulangan daun sekunder menyirip dengan 6-11 pasang, tulang daun
tersier bentuk tangga. Permukaan daun bagian atas dan bawah glabrous, licin. Helaian daun kaku dengan ukuran 2,7-8,1x1,6-3,6 cm. Panjang tangkai 0,5-1,0
cm, tidak ada penebalan di ujung maupun di pangkal tangkai.
Merakunyit Shorea polyandra Ashton
Pohon Merakunyit Gambar 18 hidup di lereng bertanah kering dan tersebar, tingginya mencapai 30 m dengan diameter 115 cm, tergolong kategori
pohon raksasa. Batang berdiri lurus serta tidak berlekuk, percabangan simpodial, berbentuk payung dengan keadaan biasa. Pohon ini memiliki banir jenis kuncup
dengan tebal 3 cm serta tinggi 2,4 cm. Bentuk daun ovate, tunggal, sub-opposite, tepi daun entire, ujung daun acuminate, pangkal daun subcordate, rounded,
obtuse. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 11-14 pasang, pertulangan daun tersier menjala dan tangga. Permukaan daun bagian atas glabrous, shiny
sedang bagian bawah agak kasar. Helaian daun tipis, kaku dengan ukuran 7- 14,8x3,1-7,2 cm. Tangkai menebal pada bagian pangkal tangkai, tulang daun
memiliki kesan raba kasar, panjang tangkai 1,1-1,4 cm. Daun penumpu berbentuk scalelike.
Kuntui Kerusit Shorea smithiana Sym.
Hidup pada topografi lereng, darat dan tanah kering. Pohon Kuntui Kerusit Gambar 19 banyaknya sedang serta tersebar di lereng-lereng dengan tanah
kering. Tinggi total mencapai 25 m dengan diameter 53 cm, bentuk batang bengkok, berlekuk pada bagian pangkalnya, memiliki banir dengan tinggi 0,9 m.
Percabangan monopodial dengan bentuk tajuk payung, tipis. Permukaan kulitnya rata berlekah dangkal. Bentuk daun elliptical, tunggal, sub-opposite, tepi daun
entire, pangkal daun subcordate, rounded, ujung daun emarginate, rounded, acute. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 20-24 pasang, pertulangan
daun tersier bentuk tangga. Permukaan daun bagian atas kasar bagian bawah kasar, pada pertulangan daun baik primer, sekunder maupun tersier bagian bawah
daun ditumbuhi rambut pendek, sedangkan di permukaan atas daun terdapat pada tulang daun primer. Helaian daun agak kaku dengan ukuran 4-11,6x2-5,9 cm.
Tangkai diliputi oleh rambut pendek halus dengan panjang tangkai 0,9-1,3 cm. Daun penumpu berbentuk scalelike.
Kayu gubal kuning muda dan kayu teras merah muda. Kayu ini ringan, dengan B.J. 0,50 , kelas kekuatan III-II dan kelas keawetan IV-III, dan dapat
digunakan sebagai bahan konstruksi ringan, papan, perkakas rumah, kayu lapis, lantai, bahan pembungkus dan kertas LIPI 1977.
Tamparas Shorea sp.
Bentuk batang pohon Tamparas Gambar 20 lurus, tidak berbenjol dan memiliki banir dengan tinggi 1.2 m. Hidup dua tiga berkelompok, hidup pada
topografi lereng, darat, tanah kering. Permukaan kulit rata, merekah dangkal. Bentuk daun elliptical, lanceolate, ovate, tunggal, sub-opposite, tepi daun entire,
pangkal daun cuneate, obtuse, ujung daun acuminate. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 11-14 pasang, pertulangan daun tersier bentuk tangga.
Permukaan daun bagian atas glabrous, licin tapi pada tulang daun primernya terdapat rambut kecil kaku dan rapat berwarna hitam dari pangkal sampai
pertengahan daun, sedangkan bagian bawah daun kasar, karena terdapat rambut
pendek kaku terutama pada pertulangan daunnya baik primer maupun lateralnya. Ukuran helaian daun 5,9-9,7x2,2-4,1 cm, tangkai selalu melekuk tidak pernah
lurus, tidak ada penebalan baik di ujung maupun di pangkal tangkai, panjang tangkai 1,4-1,9 cm.
Melapi Shorea virescens Parijs
Pohon Melapi Gambar 21 cukup jarang ditemui, hidup tersebar dan tingginya mencapai 35 m dengan diameter 79 cm. Termasuk dalam kategori
pohon besar dengan bentuk batang lurus tidak berbenjol, percabangan monopodial serta memiliki banir dengan tinggi 1,5 m dan tebalnya 7,5 cm. Bentuk daun
elliptical, obovate, tunggal, sub-opposite, tepi daun entire, pangkal daun rounded, subcordate, ujung daun acuminate. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan
16-22 pasang, pertulangan daun tersier bentuk tangga. Permukaan daun bagian atas glabrous dan Adapun kesan raba permukaan bawah daun lembut. Helaian
daun agak kaku dengan ukuran 8,3-14,2x3,5-6,2 cm, ujung daun dan tepinya melekuk ke arah bawah daun. Tangkai daun berwarna coklat, terdapat penebalan
pada bagian yang dekat dengan pangkal tangkai, panjang tangkai 1,1-1,9 cm. Daun penumpu berbentuk scalelike dengan ukuran 0,4x0,9 cm
2
. Kayunya mempunyai B.J. 0,66 dengan kelas awet III-IV, biasa
dipergunakan untuk bangunan rumah, papan, sampan atau perahu LIPI 1977.
Resak Vatica micrantha Sloot.
Pohon Resak Gambar 22 hidup pada topografi punggung bukit, berkumpul banyak. Batang bengkok, berlekuk dengan percabangan simpodial serta bentuk
tajuk payung. Pohon memiliki banir yang rendah dan tebal. Tinggi bebas cabangnya mencapai 7 m serta diameter 25 cm. Bentuk batangnya tidak lurus
serta agak berbenjol. Permukaan kulit rata, licin serta bergelang mirip pohon paru- paru dengan warna abu coklat. Bentuk daun oblong, lanceolate, tunggal, sub-
opposite, tepi daun repand, pangkal daun acute, ujung daun acuminate. Pertulangan daun sekunder menyirip dengan 14-20 pasang, pertulangan daun
tersier bentuk jala. Permukaan daun baik bagian atas maupun bawah glabrous, permukaan atas daun agak mengkilap. Helaian daun kaku, memanjang dengan
ukuran 6,7-15,3x1,9-3,8 cm. Tangkai agak kaku, menebal pada ujung tangkai, panjang tangkai 1,2-1,7 cm.
5. Fabaceae Sindur