Struktur dan Komposisi Bunga

3. Alternate yaitu satu helai daun melekat pada setiap ruas, maka dengan pengamatan yang seksama akan tampak bahwa daun-daun itu ditata dalam spiral mengitari ranting. Modifikasi cara ini timbul apabila daun tertata sedemikian rupa sehingga nampak hampir bersilang, dikenal dengan setengah melingkar sub-opposite. Penentuan jumlah daun pada tata daun berseling, dalam tiap putaran spiral yang lengkap sangat penting, karena seringkali merupakan keadaan yang sama untuk seluruh marga genus dan kadang-kadang dapat juga diterapkan pada semua anggota suku yang sama Samingan 1982. Komposisi daun dengan satu helai daun disebut daun tunggal simple leaf dan jika dua atau lebih helai daun yanng melekat pada tangkai persekutuan disebut daun majemuk compound leaf dan helai-helai daunnya disebut anak daun leaflet. Tangkai yang menopang anak daun disebut rachis. Apabila sejumlah anak daun melekat sepanjang rachis, daun tersebut daun bersirip pinnately compound. Bersirip ganjil atau genap adalah untuk menunjukkan jumlah anak daun yang ada. Daun bersirip bipinnate adalah daun majemuk bersirip tetapi anak-anak daun bersirip lagi yang disebut pinnule Samingan 1982.

2. Struktur dan Komposisi Bunga

Bunga flos dapat dianggap sebagai ranting dengan daun yang berubah fungsinya Samingan 1982. Loveless 1983 menjelaskan adanya perubahan fungsi tersebut mengakibatkan : 1. Bunga tidak mempunyai kuncup pada ketiak daunnya 2. Buku-bukunya pendek sehingga jarak vertikal antara daun yang berurutan sangat pendek 3. Bunga menunjukkan pertumbuhan terbatas yaitu segera setelah meristem ujung membentuk bunga, pertumbuhan lebih lanjut terhenti 4. Bunga terdiri dari beberapa bagian yaitu kelopak bunga calyx, sepal, mahkota bunga petal, benang sari stamen dan putik pistil. Jika bunga mempunyai semua bagian tersebut, maka disebut bunga lengkap complete dan jika ada dari bagian-bagian itu yang tidak ada maka disebut bunga tidak lengkap incomplete. Bunga sempurna adalah bunga yang mempunyai putik dan benang sari, sedangkan bagian lainnya seperti daun kelopak dan atau daun mahkota tidak perlu ada. Karenanya bunga sempurna dapat merupakan bunga lengkap atau bunga tidak lengkap. Sedangkan bunga tidak sempurna adalah bunga yang tidak mengandung benang sari dan putik, sehingga bunga tidak sempurna merupakan bunga berkelamin satu, dan bunga sempurna adalah bunga biseksual atau hermaphrodit Harlow dan Harar 1958. Menurut Samingan 1982 mengemukakan bahwa bunga tidak sempurna dapat berbentuk bunga jantan kalau benang sari yang berfungsi, sedangkan putik mandul atau dapat juga berbentuk bunga betina kalau putik berfungsi, sedangkan benang sari mandul. Untuk bunga berkelamin tunggal, Fuller dan Tippo 1965 dalam Onrizal 1997, merinci bahwa apabila bunga jantan staminae flower dan bunga betina carpellary flower terpisah, kedua jenis ini dapat saja dijumpai pada tumbuhan yang sama, karena disebut monoecious satu rumah. Sebaliknya jika bunga jantan dapat berada pada sebatang pohon dan bunga betina pada pohon yang lain, dan tumbuhan ini disebut dioecious dua rumah. 3. Buah Buah merupakan organ tumbuhan yang memiliki biji dan salah satu alat untuk perkembangbiakan. Struktur buah dapat bermanfaat untuk klasifikasi tumbuhan berbunga. Buah konifer secara morfologi dapat berbentuk buah berdaging dan buah kering yang terdiri dari: 1. Buah yang terdiri dari satu biji yang sebagian atau seluruhnya tertutup oleh aril daging biji 2. Buah yang terdiri dari beberapa sisik berkayu atau keras atau sisik berdaging, masing-masing dengan satu atau lebih biji dan tersusun pada sumbu membentuk kerucut atau cone. Untuk buah angiospermae biasanya dikatakan sebagai bakal buah yang masak, terbagi ke dalam dua jenis, yaitu: 1. Buah tunggal, terbentuk oleh satu putik 2. Buah majemuk, terbentuk oleh dua atau lebih putik yang terdapat pada dasar bunga yang sama. Kedua macam buah ini dapat merupakan buah kering maupun buah berdaging sekulen menurut keadaan buahnya waktu matang Samingan, 1982. Loveless 1989 dalam Onrizal 1997 lebih rinci dalam keterangannya membagi buah tunggal menjadi tiga bentuk yaitu: 1. Buah kering tidak merekah, terdiri dari tipe: a. Buah longkah yaitu buah kecil, berongga dan berbiji satu b. Samara yaitu buah keras bersayap c. Nut yaitu buah keras kecil. 2. Buah kering merekah, terdiri dari tipe: a. Buah polong legume yakni hasil dari putik tunggal yang merekah sepanjang garis suture kampuh b. Buah bumbung follicle yakni hasil dari satu putik yang merekah sepanjang garis suture kampuh c. Buah kotak capsule yakni hasil dari putik majemuk merekah melalui dua atau lebih suture kampuh. 3. Buah berdaging , terdiri dari tipe: a. Buah empelur pome yakni hasil putik majemuk; dinding luar bakal buah berdaging dan dinding dalam menjangat membungkus banyak biji b. Buah batu drupe yakni buah berdaging berbiji satu; biasanya hasil dari putik tunggal, dinding luar berdaging dan dinding dalam keras c. Buah buni berry yakni buah berbiji banyak; dinding luar dan dalam berdaging dengan biji-biji terbungkus dalam massa yang seperti bubur tomat. Sedangkan untuk buah majemuk dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Buah aggregat yakni merupakan kumpulan buah tunggal yang berasal dari putik-putik terpisah pada bunga yang sama yang terdapat pada dasar bunga persekutuan 2. Buah multiple yakni merupakan kumpulan buah tunggal yang berasal dari putik-putik bunga yang terpisah-pisah.

4. Ranting dan Sistem Percabangan

Dokumen yang terkait

Penyusunan Tabel Volume Lokal Jenis-Jenis Komersial Hutan Alam di HPH PT. Harjohn Timber LTD., Propinsi Kalimantan Barat

0 20 104

Penyusunan persamaan penduga volume pohon kelompok jenis Dipterocarpaceae di PT Timberdana Kalimantan Timur

0 6 39

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Penyusunan model penduga volume pohon jenis Keruing (Dipterocarpus sp.) di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Sumatera Barat

0 4 129

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Penyusunan Tabel Volume Lokal Jenis Keruing (Dipterocarpus spp.) di IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah

1 15 104

Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara

0 4 30

Alometrik Biomassa Pohon Jenis Campuran Hutan Alam Dataran Rendah pada Konsesi Hutan PT. Erna Djuliawati

1 15 32