Lokasi dan Waktu Penelitian Letak Geografis dan Luas Topografi dan Kelerengan

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2005 di wilayah IUPHHK PT. Erna Djuliawati Logging Unit II, Propinsi Kalimantan Tengah.

B. Bahan dan Alat Penelitian 1. Bahan

Adapun untuk bahan berupa komunitas pohon, terutama herbarium yaitu ranting daun apabila ada dengan bunga dan buah dengan ukuran 27x42 cm dan bahan penunjang lain adalah sebagai berikut : a. etiket gantung dari karton manila ukuran 3x5 cm b. lembar herbarium dari karton tebal ukuran 29x43 cm dan label c. sasak kayu 30x50 cm d. kantong plastik ukuran 55x80 cm dan kantong plastik ukuran lebih kecil e. kertas gambar f. benang g. hekter h. kertas koran i. alkohol 70 j. film k. tali rafia

2. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: alat ukur meteran, pita keliling, kompas, peralatan keperluan herbarium gunting ranting, loupe, penjepit, oven dan alat-alat tulis dan dokumentasi.

C. Metode Penelitian 1. Metode

Metode yang digunakan adalah metode jalur dengan lebar 20 meter atau 10 meter dan panjang ±1 km sebanyak 1 jalur yaitu pada petak I32 dan I33 Site B RKT 2006. Jalur memotong tegak lurus kontur. Lebih jelasnya seperti pada Gambar 2 mengenai contoh jalur coba. Kemudian dilakukan pengumpulan bahan herbarium yang mewakili setiap jenis pohon diameter 20 cm ke atas yang ditemukan di lapangan serta dilakukan kegiatan eksplorasi botani yaitu pencatatan atau pengumpulan informasi tentang pengenalan jenis pohon. Adapun mengenai variabel-variabel utama yang diamati dapat dilihat pada tabel 1. berikut ini : Tabel 1. Variabel Utama yang Diamati di Lapangan No. Variabel yang diamati Hasil pengamatan 1. Komunitas jenis pohon a. Banyaknya : amat banyak, banyak, sedang, jarang, amat jarang b. Sosiabilitas : berkumpul banyak, dua-tiga batang berkelompok, tersebar c. Tempat tumbuh : topografi yaitu lembah, kaki bukit, lereng atau kaki bukit 2. Batang a. sumbunya : lurus atau bengkok b. bentuk permukaan batang : berlekuk atau berbenjol 3. Tajuk a. percabangan : simpodial atau monopodial b. warnanya 4. Akar banir atau tidak berbanir 5. Daun a. jenis : bertangkai atau tidak bertangkai b. Komposisi daun : tunggal atau majemuk c. tata daun d. bentuk daun e. pangkal daun f. ujung daun g. tepi daun h. permukaan daun 6. Permukaan kulit tekstur : kasar, rata, berpuru, bergelang dan lain-lain. Keterangan : pada Lampiran 6 disajikan berbagai bentuk sifat daun Gambar 2. Contoh Jalur Coba 20 m ±1 Km 20 m

2. Pembuatan Herbarium

Bahan herbarium diambil dari pohon bukan yang sudah jatuh ke tanah, berupa ranting yang berdaun apabila ada disertakan bunga dan buah. Untuk ranting berdaun tidak berbunga dikumpulkan sebanyak 5 ranting, sedangkan untuk ranting berdaun yang berbunga atau berbuah dikumpulkan sebanyak 10 ranting. Apabila daun berukuran besar, tiap ranting terdiri atas 2 helai sedangkan apabila daun tidak terlalu besar, minimal terdiri atas 5 helai daun. Pengambilan bahan-bahan herbarium di pohon tinggi dilakukan dengan cara memanjat atau dengan melempar ranting atau cabang terendah dengan sepotong kayu sebagai pemberat diutamakan yang mengandung bunga dan buah. Setiap kegiatan di lapangan dilakukan pencatatan sifat-sifat makro yang berguna dalam pengidentifikasian suatu jenis. Pencatatan ini dilakukan pada buku catatan yang dibuat secara sistematis dengan menggunakan tally sheet. Fungsi dari contoh herbarium adalah sebagai bahan dalam mengidentifikasi suatu jenis pohon. Selain itu contoh herbarium ini juga berfungsi sebagai bahan dokumentasi atau barang bukti jenis-jenis pohon yang terdapat di lokasi penelitian. Adapun untuk cara pengumpulan herbarium menggunakan cara basah dengan menggunakan alkohol 90 atau 70 atau bisa juga spirtus. Prosedur pengumpulan herbarium dengan cara basah yaitu seperti yang ditulis Kusmana 1995 dalam Santoso 1997: 1. Contoh-contoh tumbuhan yang telah dikumpulkan diberi etiket berurutan, kemudian dimasukkan kedalam lipatan kertas koran satu lembar kertas koran untuk satu contoh tumbuhan 2. Setelah 6-10 contoh tumbuhan yang telah dibungkus kertas koran dimasukkan kedalam kantong plastik ukuran 55x80 cm, kemudian disiram dengan alkohol 90 atau spirtus sebanyak 0,5-1 liter, kemudian ujung diselotip atau dihekter 3. Setelah sampai ditempat, contoh herbarium dikeluarkan dari kantong plastik untuk dibuat contoh herbariumnya 4. Setelah selesai prosedur pengumpulan contoh herbarium di atas, dibuat herbariumnya. Cara pembuatan herbarium adalah sebagai berikut: a. penggantian kertas koran pembungkus contoh tumbuhan dengan kertas koran baru b. contoh tumbuhan disusun 6-10 spesimen dan dipress dengan menggunakan sasak bambu c. contoh tumbuhan dimasukkan kedalam oven untuk dikeringkan d. contoh tumbuhan dipasang pada lembaran karton ukuran 29x43 cm dan ditempelkan lembar herbarium dimana dituliskan nama pengumpul, nama daerah, tempat pengumpulan, keadaan tempat tumbuh dan keterangan botanisnya. Selanjutnya diidentifikasikan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan Bogor Puslitbanghut dan Herbarium Bogoriense.

3. Penyusunan Kunci Determinasi

Prosedur yang dipakai dalam penyusunan kunci determinasi adalah memeriksa morfologi jenis yang ditemukan meliputi daun dan ranting serta sifat fisik lainnya yang menjadi ciri khas jenis yang bersangkutan. Pembuatan kunci determinasi dimulai dengan pembuatan kunci dikotomis. Kunci tersebut disusun menggarpu, dimana pada setiap nomor selalu disusun dua pernyataan a dan b yang setiap kali merupakan pernyataan kebalikan. Apabila telah ditemukan jenisnya, maka perlu dibaca dengan teliti uraian atau deskripsi dari jenis tersebut dan dibandingkan sifat yang ada pada herbarium, yakni untuk meneliti apakah uraian tersebut sesuai atau tidak. Dalam penyusunan ini, penulis menggunakan sistem kunci sejajar, dimana setiap bait disusun dengan menggunakan dua pernyataan yang berlainan dan diujung pernyataan terdapat nama spesies yang dimaksudkan atau nomor yang menunjukkan nomor selanjutnya yang harus diperhatikan.

4. Dokumentasi Foto

Pengambilan dokumentasi foto dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang jenis-jenis pohon yang diidentifikasi. Adapun foto yang diambil adalah bagian yang paling penting dalam penyusunan kunci determinasi yaitu ranting daun. IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Letak Geografis dan Luas

Secara geografis areal kerja Unit Manajemen PT. Erna Djuliawati terletak pada bentangan Lintang Selatan LS 00o52’30’’ sampai dengan 01o22’30’’, dan bentangan Bujur Timur BT 111o30’00’’ sampai dengan 112o07’30’’. Berdasarkan pembagian daerah aliran sungai terletak di Kelompok Hutan S. Salau - S. Seruyan. Secara Administrasi Pemangkuan Hutan, termasuk ke dalam Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan BKPH Seruyan Hulu, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Seruyan, Dinas Kehutanan Propinsi Kalimantan Tengah, sedangkan menurut administrasi pemerintahan termasuk ke dalam wilayah Kecamatan Seruyan Hulu, Kabupaten Seruyan dan Kabupaten Katingan, Propinsi Kalimantan Tengah. PT. Erna Djuliawati memperoleh hak pengusahaan hutan, sejak terbitnya Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 2 April 1979, dengan luasan HPH menurut SK. No. 242KptsUm41979 seluas 185.000 ha. Berdasarkan SK. HPH Pembaharuan Perpanjangan : SK. No. 15Kpts-IV1999, tanggal 18 Januari 1999 dengan luas areal adalah sebesar 184.206 ha. Peta lokasi UM PT. Erna Djuliawati dapat dilihat pada Lampiran 5.

B. Topografi dan Kelerengan

Keadaan areal kerja UM PT. ERNA DJULIAWATI seluruhnya merupakan lahan kering yang berada pada ketingginan 111 - 1.082 m dpl, dengan kondisi topografi berkisar antara datar sampai dengan sangat curam. Secara umum pengelompokkan kelas lereng berdasarkan Laporan Pemotretan Udara, Penataan Garis Bentuk, Pemetaan Vegetasi dan Pemeriksaan Laporan Areal Kerja UM PT. Erna Djuliawati yang dilaksanakan oleh APHIPT. Mapindo Parama dan yang telah memperoleh persetujuan Direktorat Jenderal INTAG No. 03897 pada bulan Nopember 1997. Hasil penafsiran kelas lereng sebagaimana disajikan pada Tabel 2 di bawah ini Tabel 2. Kelas Lereng dan Topografi Luas Kelas Lereng Kemiringan Topografi ha A 0 – 8 Datar 43.247 23,48 B 8 – 15 Landai 60.880 33,05 C 15 – 25 Agak Curam 49.009 26,61 D 25 – 40 Curam 28.998 15,74 E 40 Sangat Curam 2.072 1,12 184.206 100,00 Sumber : Peta Garis Bentuk Areal Kerja UM PT. ERNA DJULIAWATI Skala 1 : 50.000 PT. Mapindo ParamaAPHI, Laporan Pemotretan Udara, Pemetaan Garis Bentuk, Pemetaan Vegetasi dan Pemeriksaan Lapangan Areal Kerja UM PT. Erna Djuliawati 1997.

C. Tanah dan Geologi

Dokumen yang terkait

Penyusunan Tabel Volume Lokal Jenis-Jenis Komersial Hutan Alam di HPH PT. Harjohn Timber LTD., Propinsi Kalimantan Barat

0 20 104

Penyusunan persamaan penduga volume pohon kelompok jenis Dipterocarpaceae di PT Timberdana Kalimantan Timur

0 6 39

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Penyusunan model penduga volume pohon jenis Keruing (Dipterocarpus sp.) di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Sumatera Barat

0 4 129

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Penyusunan Tabel Volume Lokal Jenis Keruing (Dipterocarpus spp.) di IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah

1 15 104

Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara

0 4 30

Alometrik Biomassa Pohon Jenis Campuran Hutan Alam Dataran Rendah pada Konsesi Hutan PT. Erna Djuliawati

1 15 32