Tabel 2. Kelas Lereng dan Topografi
Luas Kelas
Lereng Kemiringan
Topografi ha
A 0 – 8
Datar 43.247
23,48 B
8 – 15 Landai
60.880 33,05
C 15 – 25
Agak Curam
49.009 26,61
D 25 – 40
Curam 28.998
15,74 E
40 Sangat
Curam 2.072
1,12
184.206 100,00
Sumber : Peta Garis Bentuk Areal Kerja UM PT. ERNA DJULIAWATI Skala 1 : 50.000 PT. Mapindo ParamaAPHI, Laporan Pemotretan Udara, Pemetaan Garis Bentuk,
Pemetaan Vegetasi dan Pemeriksaan Lapangan Areal Kerja UM PT. Erna Djuliawati 1997.
C. Tanah dan Geologi
Berdasarkan Peta Geologi Indonesia Lembar Banjarmasin skala 1 : 1.000.000 dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Bandung Tahun
1994, formasi geologi yang terdapat di areal kerja UM PT. Erna Djuliawati adalah batuan magmatit benua 94,05 dan sedikit batuan alas kerak benua 5,95.
Berdasarkan Peta Tanah Pulau Kalimantan skala 1 : 1.000.000 dari Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Bogor Tahun 1993, areal kerja UM PT. Erna Djuliawati memiliki jenis tanah pemberian nama jenis tanah berdasarkan SK Mentan No. 837KptsUm111980
antara lain adalah latosol 44 dan podsolik merah kuning 56.
D. Iklim dan Hidrologi 1. Iklim
Berdasarkan Peta Agroklimat Pulau Kalimantan skala 1 : 3.000.000 dari Lembaga Penelitian Tanah Bogor Tahun 1979, keadaan iklim di areal kerja UM
PT. ERNA DJULIAWATI menurut Klasifikasi Schmidt dan Ferguson sebagian besar wilayahnya termasuk tipe hujan A 0 - 14,3 dan sedikit tipe hujan B
14,3 - 33,3. Dengan mengacu pada data curah hujan dari Stasiun Pengamat Curah Hujan di Kecamatan Nanga Pinoh selama 10 tahun 1994-2004, dapat
diperoleh angka curah hujan rata-rata per tahun sebesar ± 3.729 mm dengan rataan jumlah hari hujan 137 hari, sehingga diperoleh nilai intensitas hujan
sebesar ± 27,21 mmtahun.
2. Hidrologi
Areal UM PT. ERNA DJULIAWATI meliputi 5 Daerah Aliran Sungai DAS, yaitu : DAS Salau ±4.922 ha, DAS Seruyan ±84.721 ha, DAS Kaleh
±8.836 ha, DAS Manjul ±74.655 ha, dan DAS Salau Hulu ±11.072 ha. Adapun sungai-sungai besar yang mengalir melalui kawasan UM adalah : S. Manjul, S.
Seruyan dan S. Salau.
E. Keadaan Hutan 1. Tipe Hutan dan Penutupan Vegetasi
Input analisa dan identifikasi kondisi penutupan lahan atau vegetasi adalah hasil penafsiran dan pemeriksaan Citra Landsat oleh Badan Planologi Kehutanan,
Departemen Kehutanan Nomor 421VIIPeta-12002 tanggal 19 November 2002. Adapun hasil pemeriksaan citra landsat adalah sebagai berikut:
1. Areal berhutan Virgin Forest =
62.166 Ha 33,7 2.
Areal bekas tebangan LOA =
74.872 Ha 40,7 3.
Areal bukan hutan Non Hutan = 16.112 Ha 8,7
4. Tertutup Awan
= 31.056 Ha 16,9
Jumlah = 184.206 Ha 100
Kemudian pada areal tertutup awan TA dilakukan penafsiran sendiri dengan metode analisa dan identifikasi perbandingan dengan peta hasil survey
topografi dan cruising yang dilakukan perusahaan dan peta citra landsat sebelumnya serta sumber peta kerja lainnya. Hasil identifikasi dihitung ulang
secara planimetris dengan hasil sebagai berikut : 1.
Areal berhutan Virgin Forest = 9.936 Ha 32,0
2. Areal bekas tebangan LOA
= 16.948 Ha 54,6 3.
Areal bukan hutan Non hutan = 4.172 Ha 13,4
Jumlah = 31.056 Ha 100
Sehingga kondisi penutupan lahanvegetasi akhir adalah sebagai berikut: 1.
Areal berhutan Virgin Forest = 72.102 Ha 9,14
2. Areal bekas tebangan LOA
= 91.820 Ha 49,85
3. Areal bukan hutan Non hutan =
20.284 Ha 11,01 Jumlah
= 184.206 Ha 100
Areal bekas tebangan LOA seluas 91.820 Ha adalah berdasarkan penafsiran citra landsat oleh Badan Planologi Kehutanan, Departemen Kehutanan
Nomor 421VIIPeta-12002 tanggal 19 November 2002, dimana dalam proses penafsirannya hanya berdasarkan penampakan gradasi warna di atas peta tanpa
pemeriksaan ke lapangan, sehingga setelah dibandingkan dengan data dan pemeriksaan lapangan oleh pihak perusahaan terdapat beberapa hasil penafsiran
yang kurang akurattepat. Meskipun demikian, pihak perusahaan tetap mengacu pada aspek legalitas dengan menggunakan data formal yang telah dikeluarkan dan
disyahkan pemerintah Departemen Kehutanan tersebut.
2. Potensi Tegakan
Potensi tegakan di IUPHHK PT. Erna Djuliawati dibagi dua yaitu tegakan hutan primer dan hutan bekas tebangan. Jenis komersial merupakan jenis pohon
yang diproduksi, sedangkan di luar itu merupakan jenis yang tidak diproduksi. Hasil dari inventarisasi hutan yang telah dilaksanakan, keadaan potensi tegakan
hutan primer dan hutan eks tebangan di PT. Erna Djuliawati adalah seperti tergambar dalam Tabel 3 dan Tabel 4 berikut :
Tabel 3. Potensi Tegakan Hutan Primer di PT. Erna Djuliawati Kelas
diameter
cm
Jenis Komersial Semua Jenis
Batas Diameter
cm
Jenis Komersial
btgha
Semua Jenis
btgha
N
btgha
Volume
m3ha
N
btgha
Volume
m3ha
10-19 206,97 -
222,75 -
10 up
342,80 360,30
20-29 39,09 14,67 39,58
14,87 20
up 135,83
137,55 30-39 43,89 36,14
44,43 36,59
30 up
96,74 97,97
40-49 22,52 34,51 23,21
35,56 40
up 52,85
53,54 50-59 11,85 29,07
11,85 29,07
50 up
30,33 30,33
60 up 18,48
96,91 18,48
96,91 60 up
18,48 18,48
Keterangan : N adalah Jumlah pohon per hektar Sumber : Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari RPHPL, 2001.
Tabel 4. Potensi Tegakan Hutan Eks-tebangan 1979-1999 di PT. Erna Djuliawati
Kelas diameter
cm
Jenis Komersial Semua Jenis
Batas Diameter
cm
Jenis Komersial
btgha
Semua Jenis
btgha
N
btgha
Volume
m3ha
N
btgha
Volume
m3ha
10-19 235,01 - 253,28 -
10 up 358,69
378,68 20-29 50,01
17,52 50,50
17,72 20
up 123,68 125,40
30-39 36,08 30,63
36,62 31,08
30 up
73,67 74,90
40-49 20,11 36,32
20,80 37,37
40 up
37,59 38,28
50-59 6,50 16,42
6,50 16,42
50 up 17,48
17,48 60 up
10,98 51,24
10,98 51,24
60 up 10,98
10,98
Keterangan : N adalah Jumlah pohon per hektar Sumber : Rencana Pengelolaan Hutan Produksi Lestari RPHPL, 2001.
3. Flora dan Fauna
Jenis-jenis pohon yang tergolong komersil yang dijumpai di lapangan antara lain: Meranti putih Shorea faquetiana, Meranti Kuning Shorea platicarpa,
Meranti Merah Shorea leprosula, Bangkirai Shorea Laevifolia, Jelutung Dyera costulata, Mersawa Anisoptera sp., Geronggang Cratoxylum
arborescens, Kapur Dryobalanops aromatica, Pulai Alstonia sp., Nyatoh Palaquium sp., Keruing Dipterocarpus sp., Resak Vatica micrantha,
Tengkawang Shorea compressa dan lain-lain. Jenis-jenis lain yang dapat dimanfaatkan buahnya, antara lain: Mangga hutan Mangifera sp., Rambutan
hutan Nephelium lappaceum, Petai Parkia sp. dan Langsat hutan Baccaurea sp..
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, jenis-jenis satwa yang ada dalam kawasan IUPHHK PT. Erna Djuliawati antara lain: Orang utan Pongo
pygmaeus, Kelempiau Hylobates muelleri, Beruang madu Ursus malayanus, Trenggiling Manis javanica, Lutung Presbytis cristata, Kelasi Presbytis
rubicunda, Kukang Nycticebus coucang, Landak Hystridae, Babi hutan Sus scrofa, Kancil Tragulus sp., Kijang Muntiacus muntjak, Payau Cervus sp.
dan Monyet ekor panjang Macaca fascicularis.
Jenis-jenis burung antara lain: Rangkong Anthracoceros malayanus, Rhyticeros corrugatus, Berenicornis comatus, Bubut alang-alang Centropus
bengalensis, Tanjaku Rhinoplax vigil, Tebuntik Alcedo meninting, Pekaka Halcyon pileata, Kangkangkok Cuculus spp. dan Pelatuk Dryocortus
inornata, sedangkan jenis-jenis reptilia antara lain: Bunglon Calotes sp., Kadal kebun Mabuia sp., Biawak Varanus spp., Ular sawa Phyton sp., Hanja liwan
Naja naja, Untum tapak Trimeresurus sp. dan lain-lain PTED 2001.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Jenis-jenis Pohon Niagawi di IUPHHK PT. Erna Djuliawati Logging Unit II
Berdasarkan hasil eksplorasi jenis di lapangan ditemukan 29 jenis pohon dari 16 marga dan 10 suku yang tergolong jenis pohon niagawi. Jenis-jenis pohon
yang ditemukan didominasi oleh suku Dipterocarpaceae dari marga Shorea Meranti-merantian dengan 17 jenis, suku yang lain adalah Anacardiaceae,
Cluciaceae, Dilleniaceae, Fabaceae, Hypericaceae, Sterculiaceae dan Thymelaeaceae yang masing-masing memiliki satu jenis serta suku Lauraceae
dengan dua jenis dan suku Sapotaceae dengan tiga jenis. Suku Dipterocarpaceae memiliki jumlah marga terbanyak yaitu lima marga.
Marga yang mendominasi adalah Shorea dengan jumlah jenis sembilan, marga yang lain yaitu Dipterocarpus dengan jumlah jenis empat, marga Hopea dengan
dua jenis, marga Anisoptera dan Vatica masing-masing satu jenis. Suku Lauraceae dan suku Sapotaceae sama-sama memiliki dua marga, tapi suku Sapotaceae
memiliki jumlah jenis yang lebih banyak. Marga pada suku Sapotaceae adalah Palaquium dan Payena sedangkan pada suku Lauraceae adalah Eusideroxylon dan
Litsea. Tabel 5. Daftar Jenis-jenis Pohon Niagawi yang Ditemukan per Suku
No. Suku
Jumlah marga Jumlah jenis
1. Anacardiaceae 1
1 2. Cluciaceae
1 1
3. Dilleniaceae 1
1 4. Dipterocarpaceae
5 17
5. Fabaceae 1
1 6. Hypericaceae
1 1
7. Lauraceae 2
2 8. Sapotaceae
2 3
9. Sterculiaceae 1
1 10. Thymelaeaceae
1 1
Jumlah 16 29
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 163Kpts-II2003, jenis- jenis pohon niagawi yang ditemukan dapat dikelompokkan ke dalam tiga
kelompok. Kelompok komersial satu meliputi tujuh marga dari dua suku yaitu Anisoptera, Dipterocarpus, Hopea, Palaquium, Payena, Shorea dan Vatica.
Kelompok jenis komersial dua meliputi enam marga dari enam suku yaitu Aquilaria, Calophyllum, Cratoxylum, Dillenia, Litsea dan Pterospermum.
Kelompok kayu indah satu tidak terdapat di wilayah IUPHHK PT. Erna Djuliawati Logging Unit II, namun untuk kelompok kayu indah dua meliputi tiga
marga dari tiga suku yaitu Melanochyla, Sindora dan Eusideroxylon. Rincian pengelompokan jenis pohon niagawi dapat dilihat pada Tabel 6.
Pengelompokan jenis kayu di IUPHHK PT. Erna Djuliawati didasarkan pada daftar jenis-jenis pohon yang dituangkan dalam Tabel Jenis Kayu dalam
Cruising dan Scaller lihat Lampiran 3. Pada tabel tersebut tercatat 95 kelompok jenis pohon yang dibagi ke dalam 4 kelompok besar yaitu kelompok kayu
meranti, kelompok kayu rimba campuran, kelompok kayu indah dan kelompok kayu dilindungi. Adapun mengenai penamaan jenis-jenis pohon dibuat tanpa
mengikuti standar nama-nama daerah setempat namun untuk pengelompokannya tetap mengikuti standar nama perdagangan.
Berdasarkan uraian di atas terdapat beberapa kesalahan penempatan kelompok kayu, kelompok jenis pohon yang tercatat di Tabel Jenis Kayu dalam
Cruising dan Scaller lihat Lampiran 3 yaitu Tamparas Shorea sp. termasuk kelompok kayu rimba campuran yang berarti termasuk kelompok kayu komersial
dua, namun pada kenyataannya kelompok jenis pohon tersebut termasuk kelompok kayu komersial satu. Selain itu Geronggang Cratoxylum sp. yang
termasuk kelompok kayu meranti yang berarti termasuk kelompok kayu komersial satu sebenarnya termasuk kelompok kayu komersial dua.
Oleh karena itu Tabel Jenis Kayu dalam Cruising dan Scaller perlu diperbaiki dalam pengelompokan jenis kayu. Hal ini penting karena
pengelompokan jenis kayu akan berhubungan dengan penetapan biaya pembayaran Provisi Sumberdaya Hutan PSDH dan Dana Reboisasi DR.
Tabel 6. Pengelompokan Jenis-jenis Pohon Niagawi yang Ditemukan di wilayah IUPHHK PT. Erna Djuliawati Logging Unit II
No. Suku Nama
Ilmiah Nama
Daerah Kelompok
1 Anacardiaceae Melanochyla densiflora King Jingah
KI-2 2 Cluciaceae
Calophyllum pulcherrimum Wall. Begandis KK-2
3 Dilleniaceae Dillenia borneensis Hoogl. Riga
KK-2 4 Dipterocarpaceae
Anisoptera grossivenia v. Sloot Mersawa KK-1
5 Dipterocarpaceae Dipterocarpus gracilis Blume Tempurau
KK-1 6 Dipterocarpaceae
Dipterocarpus grandiflorus Blanco Keruing KK-1
7 Dipterocarpaceae Dipterocarpus hasseltii Blume Keruing
Lowei KK-1
8 Dipterocarpaceae Dipterocarpus kunstleri King Tempudau KK-1
9 Dipterocarpaceae Hopea ferruginea Parijs Bengkirai
KK-1 10 Dipterocarpaceae Hopea mengarawan Miq. Emang
KK-1 11 Dipterocarpaceae Shorea bracteolata Dyer Majau KK-1
12 Dipterocarpaceae Shorea hopeifolia Sym. Karambuku KK-1
13 Dipterocarpaceae Shorea johorensis Foxw. Majau KK-1 14 Dipterocarpaceae Shorea leprosula Miq. Kuntui
Tebulang KK-1
15 Dipterocarpaceae Shorea ovata Dyer Bangkirai lentang
KK-1 16 Dipterocarpaceae Shorea polyandra Ashton Merakunyit
KK-1 17 Dipterocarpaceae Shorea smithiana Sym. Kuntui
Kerusit KK-1
18 Dipterocarpaceae Shorea sp. Tamparas KK-1
19 Dipterocarpaceae Shorea virescens Parijs Melapi
KK-1 20 Dipterocarpaceae Vatica micrantha Sloot. Resak KK-1
21 Fabaceae Sindora leiocarpa De Wit.
Sindur KI-2
22 Hypericaceae Cratoxylum arborescens Vahl.
Blume Tomau KK-2
23 Lauraceae Litsea nidularis Gamble Medang
KK-2 24 Lauraceae
Eusideroxylon zwagery T. B. Belian
KI-2 25 Sapotaceae
Palaquium gutta Baill. Ramu KK-1
26 Sapotaceae Palaquium rostratum Burck Kajelaki
KK-1 27 Sapotaceae
Payena lucida DC. Nyatu Merah
KK-1 28 Sterculiaceae
Pterospermum javanicum Jungh. Bayur
KK-2 29 Thymelaeaceae Aquilaria malaccensis Lamk. Garu
KK-2 Keterangan :
KK-1 : Kelompok Komersial Satu
KK-2 : Kelompok Komersial Dua
KI-2 : Kelompok Indah Dua
Adapun mengenai karakter atau sifat yang menonjol per jenis dapat dilihat pada Tabel 6, dimana terdapat karakter morfologi, ekologis dan fisis. Karakter
morfologi dapat dilihat pada sifat bentuk batang, tata daun dan tepi daun. Tipe habitat merupakan ciri utama pada karakter ekologis sedangkan pada karakter fisis
dapat dilihat dari besarnya nilai berat jenis. Jenis-jenis pohon niagawi yang ditemukan mayoritas memiliki karakter
batang yang lurus, walaupun beberapa jenis tidak lurus sempurna karena ada yang agak berlekuk atau berbenjol. Tata daun sub-opposite merupakan tata daun yang
dominan disamping tata daun alternate, sedangkan tepi daun yang mendominasi adalah entire disamping tata daun crenate daftar istilah dapat dilihat di
Lampiran 6. Habitat yang paling banyak ditempati adalah habitat lereng dengan tanah kering. Berat jenis dari jenis-jenis pohon niagawi yang ditemukan berkisar
antara 0,29 sampai dengan 1,04. Disamping karakter yang menonjol per jenis yang diuraikan pada Tabel 7,
ada beberapa karakter jenis khas yang menjadi penunjuk identitas suatu jenis pohon. Suku Anacardiceae memiliki resin yang berwarna bening kemudian
berubah menjadi hitam dan mengeras, apabila kena kulit maka kulit akan terasa gatal. Suku Cluciaceae memiliki getah yang berwarna kuning keemasan serta
lengket. Suku Dilleniaceae memiliki akar jangkang. Suku Dipterocarpaceae memiliki karakter khas dimana semua jenisnya memiliki damar, bertulang daun
bentuk tangga scalariform veination. Suku Fabaceae memiliki komposisi daun majemuk. Suku Hypericaceae sama dengan suku Cluciaceae memiliki getah
berwarna kuning keemasan serta kulit batangnya beralur dangkal mirip pohon pinus. Suku Sapotaceae memiliki getah berwarna putih. Suku Sterculiaceae
memiliki rambut bintang stellate pada permukaan bawah daunnya. Adapun mengenai ciri khas jenis yang dapat diterangkan pada uraian di atas,
ada beberapa jenis yang memiliki ciri khas yang sangat menonjol. Pada marga Hopea, ada yang memiliki akar terbang seperti pada Hopea mengarawan.
Sedangkan pada marga Dipterocarpus memiliki permukaan batang berpuru serta jenis-jenis dari sindur memiliki batang bergelang. Keterangan yang lebih jelas
dapat dilihat dalam deskripsi jenis pohon niagawi berdasarkan suku.
Tabel 7. Karakter yang Menonjol di Lapangan per Jenis
No. Jenis
Bentuk Batang Tata Daun
Tepi Daun Tipe Habitat
BJ
1 Melanochyla densiflora King
Lurus, agak berbenjol Alternate
Repand Lereng tanah
kering 0,59-0,84
2 Calophyllum pulcherrimum Wall.
Tidak lurus, agak benjol Opposite
Repand Punggung bukit tanah
kering 0,52-0,79
3 Dillenia borneensis Hoogl. Lurus
Alternate Aculeate
Tanah rawa, lembah 0.60-0.89
4 Anisoptera grossivenia v. Sloot.
Lurus tidak berbenjol Sub opposite
Entire Punggung bukit, tanah
kering 0.50-0.96
5 Dipterocarpus gracilis Blume. Lurus
agak berbenjol
Alternate Crenate
Lereng tanah kering 0.73
6 Dipterocarpus grandiflorus Blanco Lurus
tidak berlekuk
Alternate Crenate Lereng,
punggung bukit, tanah kering
0.81 7
Dipterocarpus hasseltii Blume Bengkok berlekuk
Alternate Crenate
Lereng tepi sungai 0.70
8 Dipterocarpus kunstleri King Lurus
tidak berlekuk
Alternate Crenate Lereng
tanah kering
0.75 9
Hopea ferruginea Parijs Lurus agak
berbenjol Sub opposite
Entire Punggung bukit, tanah
kering 0,29-0,96
10 Hopea mengarawan Miq. Lurus
Sub opposite Repand
Lereng, tanah kering 0.55-0.75 dan
0.60-0.94 11
Shorea virescens Parijs Lurus tidak
berbenjol Sub opposite
Entire Tanah kering, tepi
sungai 0.66
12 Shorea hopeifolia Sym. Lurus
agak berbenjol
Sub opposite Entire
Lereng, tanah kering 0.54
13 Shorea johorensis Foxw. Lurus
Sub opposite Entire
Lereng, tepi sungai, tanah kering
0.50 14
Shorea ovata Dyer Lurus, tidak
berlekuk Sub opposite
Entire Lereng, tanah kering
0.50-0.1 15
Shorea polyandra Ashton Lurus Sub opposite
Entire Lereng, tanah kering
0,29-0,96 16
Shorea smithiana Sym. Lurus Sub opposite
Entire Lereng, tanah kering
0,29-1,01 17
Shorea bracteolata Dyer Tidak lurus
Sub opposite Entire
Lereng, tanah kering 0,29-1,01
18 Shorea leprosula Miq.
Tidak lurus, agak berbenjol Sub opposite
Entire Lereng, tanah kering
0,29-1,01 19
Shorea sp. Lurus, tidak berbenjol, berbanir
Sub opposite Entire
Lereng, darat tanah kering
- 20
Vatica micrantha Sloot. Bengkok, berlekuk Sub opposite
Repand Punggung bukit
0,49-0,99 21
Sindora leiocarpa De Wit. Bengkok
Alternate Entire
Lereng, darat tanah kering
0.60 22
Cratoxylum arborescens Vahl. Blume Lurus tidak berlekuk
Opposite Entire Punggung bukit 0.47
23 Litsea nidularis Gamble
Lurus, agak berbenjol Alternate
Entire Lereng ,
tanah kering
0,36-0,85 24
Eusideroxylon zwagery T. B. Lurus tidak berbenjol
Sub opposite Entire
Punggung bukit, lereng, tanah kering
1,04 25
Palaquium gutta Baill. Lurus berlekuk
Alternate Entire
Punggung bukit, darat, tanah kering
0.71 26
Palaquium rostratum Burck Lurus, tidak
berlekuk Alternate Entire Lereng,
tepi sungai
0.6 27
Payena lucida DC. Lurus , agak berlekuk
Alternate Sinuate Lereng , tanah kering
0,39-1,07 28
Pterospermum javanicum Jungh. Lurus , tidak berbenjol
Sub opposite Entire
Lereng, darat tanah kering
0,30-0,78 29
Aquilaria malaccensis Lamk. Lurus, tidak
berbenjol Sub opposite Repand Lereng,
darat tanah
kering -
Sumber : LIPI 1979, LIPI 1977, Soewanda 1970, Samingan 1982 serta Kartasujana dan Martawijaya 1979
B. Deskripsi Jenis-jenis Pohon Niagawi yang Ditemukan Berdasarkan Suku 1. Anacardiaceae