Kunci Determinasi Penyusunan kunci determinasi jenis-jenis pohon niagawi di wilayah IUPHHK PT. Erna Djuliawati Logging Unit II, Propinsi Kalimantan Tengah

D. Kunci Determinasi

Determinasi adalah salah satu cabang dari ilmu taksonomi yang mempelajari tentang penetapan suatu jenis tumbuhan yang serupa atau segolongan dengan tumbuh-tumbuhan yang telah diketahui dalam buku kunci. Lawrence 1951 mengemukakan bahwa identifikasi atau pengenalan adalah penetapan bahwa suatu jenis tumbuh-tumbuhan sama atau segolongan dengan tumbuh-tumbuhan yang telah diketahui. Kegiatan identifikasi dapat dilakukan dengan menggunakan literatur yang sudah ada atau membandingkan dengan tumbuh-tumbuhan yang sudah diketahui identitasnya. Lawrence 1951 mengemukakan bahwa untuk kegiatan determinasi dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Membandingkan atau menyamakan tumbuhan yang dijumpai di lapangan dengan herbarium yang telah diketahui sifat-sifatnya dan namanya 2. Membandingkan atau menyamakan tumbuhan yang ingin diketahui dengan gambar-gambar yang ada dalam manual 3. Dengan menggunakan kunci determinasi 4. Bertanya pada orang yang benar-benar telah mengetahui berbagai jenis tumbuh-tumbuhan. Identifikasi tumbuh-tumbuhan dengan jalan membandingkan tumbuhan yang dijumpai dengan gambar-gambar di dalam manual dapat dilakukan oleh siapa saja dengan tanpa pengetahuan tentang morfologi dan terminologi tumbuh- tumbuhan yang cukup. Di dalam manual terdapat gambar-gambar atau foto-foto yang memperlihatkan habitus, dan bagian-bagian tertentu dari tumbuh-tumbuhan, disertai dengan deskripsi tentang sifat-sifat morfologi, ekologi dan penggunaannya Djamhuri 1981. Identifikasi tumbuh-tumbuhan dengan mempergunakan kunci identifikasi akan memperoleh identitas yang tepat dan akan menempatkan kembali bentuk- bentuk yang telah dilupakan atau menemukan identitas sesuatu yang baru Harlow dan Harrar 1958. Lawrence 1951 mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan kunci determinasi adalah cara analitis buatan untuk memungkinkan pengenalan tumbuh- tumbuhan berdasarkan sifat-sifat yang penting dengan jalan memilih di antara sifat-sifat yang dipertentangkan, mana yang sesuai digunakan dan mana yang tidak sesuai tidak digunakan. Bentuk kunci determinasi yang paling umum adalah bercabang dua dikhotom. Kunci dikhotom terdiri dari dua pernyataan yang saling bertentangan Lawrence 1951. Menurut Lawrence 1951, kunci determinasi memiliki dua macam susunan, yaitu susunan bertakik idented dan sejajar. Di dalam kunci bertakik setiap bait disusun dengan jarak tertentu dari sisi sebelah kiri halaman kertas sedangkan di dalam kunci sejajar setiap bait disusun sejajar satu dengan yang lainnya, dan di ujung pernyataan terdapat suatu nama jenis atau nomor yang menunjukkan nomor bait selanjutnya yang perlu diperhatikan. Kedua macam susunan tersebut terdapat keuntungan dan kerugiannya. Jika menggunakan susunan bertakik, susunan dari bait-bait akan semakin menjorok ke sebelah kanan dari halaman kertas sehingga penggunaan halaman kertas tidak efisien. Sebaliknya jika menggunakan susunan sejajar dapat memanfaatkan halaman kertas dengan sebaik-baiknya. Pada susunan bertakik akan terjadi bahwa pernyataan kedua dari bait yang sama tidak terletak pada halaman kertas yang sama sehinggga akan menimbulkan kebingungan bila akan mencari pernyataan kedua dari bait tersebut. Sedangkan pada susunan sejajar tidak akan terjadi demikian karena kedua pernyataan dalam setiap letaknya berdekatan Jones dan Luchsinger 1979. Namun Loveless 1989 dalam Onrizal 1997, menyatakan bahwa susunan bertakik memiliki kelebihan yaitu dapat memperlihatkan lebih jelas tumbuhan mana yang paling mirip satu dengan lainnya, dan juga menunjukkan sifat-sifat yang dimiliki bersama, sehingga dapat dipakai untuk membedakan dengan kelompok tumbuhan lain, sehingga banyak digunakan pada kebanyakan flora tropik. Schmid 1977 dalam Djamhuri 1981 menyatakan bahwa penyusunan kunci determinasi harus memperhatikan tingkat tumbuh-tumbuhan famili, genus, jenis dalam sistim klasifikasi dan memperhatikan kondisi siapa yang akan menggunakannya. Supaya kunci determinasi dapat dipergunakan oleh siapa saja maka kunci harus disusun secara sederhana pilih karakter yang mudah diamati, teliti, dan menggunakan karakter yang dapat dijumpai setiap saat. Sifat-sifat yang digunakan di dalam penyusunan kunci determinasi ada yang meliputi sifat-sifat organ vegetatif dan ada pula yang hanya dengan sifat-sifat organ reproduktif. Dalam bidang kehutanan, untuk kegiatan di lapangan diperlukan cara pengenalan pohon terutama didasarkan pada sifat vegetatif, yaitu sifat-sifat batang pohon kulit, getah dan kayu, daun dan tunas, kemudian baru sifat reproduktif. Cara pengenalan seperti ini tidak terikat pada sistem taksonomi tumbuh-tumbuhan, jadi tidak perlu mengenal lebih dahulu suku famili atau marga dari tumbuhan yang dijumpai Djamhuri 1981. Jones dan Luchsinger 1979, mengatakan bahwa didalam kegiatan penyusunan kunci determinasi perlu diperhatikan hal-hal berikut: a. Kunci harus bercabang dua, dimana dua pernyataan dalam setiap bait harus saling bertentangan b. Hindari pernyataan yang terlalu umum, sehingga pengertiannya menjadi kabur, sebagai contoh ukuran daun besar dan lawannya ukuran daun kecil c. Kata pertama dari setiap pernyataan di dalam setiap bait haruslah identik, sebagai contoh jika kata pertama dimulai dengan kata benang sari maka pernyataan kedua pada bait yang sama harus dimulai juga dengan kata benang sari d. Dua pernyataan di dalam setiap bait harus menunjukkan pernyataan yang saling bertentangan e. Hindari penggunaan ukuran yang tumpang tindih, sebagai contoh panjang daun 4 sampai 8 cm lawannya panjang daun 6 sampai 10 cm f. Pernyataan yang terdapat pada dua bait yang berurutan jangan dimulai dengan kata yang sama g. Mempergunakan selalu sifat-sifat makroskopis h. Setiap bait harus diberi nomor dan atau huruf. Tjitrosoepomo 1977 dalam Djamhuri 1981 mengemukakan beberapa syarat yang diperlukan untuk dapat menggunakan kunci determinasi dengan efektif dan efisien, yaitu: a. Harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang morfologi dan terminologi tumbuh-tumbuhan b. Harus memiliki penglihatan yang tajam c. Harus memiliki pengalaman tertentu.

E. Jenis Pohon Niagawi di Indonesia

Dokumen yang terkait

Penyusunan Tabel Volume Lokal Jenis-Jenis Komersial Hutan Alam di HPH PT. Harjohn Timber LTD., Propinsi Kalimantan Barat

0 20 104

Penyusunan persamaan penduga volume pohon kelompok jenis Dipterocarpaceae di PT Timberdana Kalimantan Timur

0 6 39

Struktur Dan Komposisi Tegakan Pada Areal Bekas Tebangan Dengan Sistem Silvikultur Tebang Pilih Tanam Jalur (Tptj) (Di Areal Iuphhk Pt. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

3 30 125

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan sistem silvikultur tebang pilih tanam jalur (TPTJ) (Di Areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

1 24 109

Perkembangan tegakan pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang pilih tanam Indonesia intensif (TPTII) (Di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah)

0 11 232

Penyusunan model penduga volume pohon jenis Keruing (Dipterocarpus sp.) di IUPHHK-HA PT. Salaki Summa Sejahtera, Pulau Siberut, Sumatera Barat

0 4 129

Perkembangan vegetasi pada areal bekas tebangan dengan teknik silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia Intensif (TPTII): studi kasus di areal IUPHHK PT. Erna Djuliawati, Kalimantan Tengah

2 16 96

Penyusunan Tabel Volume Lokal Jenis Keruing (Dipterocarpus spp.) di IUPHHK-HA PT. Sarmiento Parakantja Timber, Kalimantan Tengah

1 15 104

Kayu Sisa Pohon yang Ditebang dan Tidak Ditebang di IUPHHK-HA PT. Inhutani II Unit Malinau Kalimantan Utara

0 4 30

Alometrik Biomassa Pohon Jenis Campuran Hutan Alam Dataran Rendah pada Konsesi Hutan PT. Erna Djuliawati

1 15 32