Hakikat IPA Hakikat Pembelajaran IPA di SD

31

2.2.2 Hakikat IPA

Hakikat IPA dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. IPA juga dipandang sebagai proses, sebagai produk, dan sebagai prosedur. IPA sebagai proses diartikan semua kegiatan ilmiah untuk menemukan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau disminisasi pengetahuan. Sebagai prosedur dimaksudkan adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu riset pada umumnya yang lazim disebut metode ilmiah scientific method Donoseputro dalam Trianto, 2001: 137 . Pada hakikatnya, IPA dapat dipandang dari segi produk, proses, pengembangan sikap dan teknologi. Artinya belajar IPA memiliki dimensi proses, dimensi hasil produk, dimensi penegembangan sikap ilmiah, dan IPA sebagai teknologi. Keempat dimensi tersebut bersifat saling terkait. Sulistyorini 2007: 9- 10 mengemukakan bahwa proses belajar mengajar IPA seharusnya mengandung tiga dimensi IPA yaitu: 2.2.2.1 IPA sebagai Produk IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis IPA terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks IPA merupakan body of knowledge dari IPA. Buku teks IPA memang penting, tetapi ada sisi lain kalah penting yaitu dimensi “proses” maksudnya proses mendapatkan ilmu itu sendiri. IPA sebagai produk juga merupakan hasil yang diperoleh dari suatu pengumpulan data yang disusun 32 secara lengkap dan sistematis. Contoh IPA sebagi produk dalam penelitian ini adalah bahan yang memiliki sifat berbeda-beda dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia yang bermacam-macam. 2.2.2.2 IPA sebagai Proses IPA sebagai proses, yang dimaksud dengan “Proses” adalah proses pendapatan IPA. IPA disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. Jadi yang dimaksud proses IPA tidak lain adalah metode ilmiah. Untuk anak SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga anak SD dapat melakukan penelitian sederhana. Pertahapan pengembangannya disesuaikan peneliti atau ekseperimen, yakni meliputi: 1 obsever; 2 klasifikasi; 3 interprestasi; 4 prediksi; 5 hipotesis; 6 mengendalikan variabel; 7 merencanakan dan melaksanakan penelitian; 8 inferensi; 9 aplikasi; 10 komunikasi. Pada hakikatnya keterampilan dasar dalam pembelajaran IPA disebut juga keterampilan proses. Contoh IPA sebagai proses dalam penelitian ini adalah pada saat siswa melakukan demonstrasi, siswa dapat menulis hasil, dan siswa dapat menyipulkan dari yang telah didemonstrasikan. 2.2.2.3 IPA Sebagai Pemupuk Sikap Sain sebagai sikap yaitu memotivasi siswa untk mengembangkan pentingnya mencari jawaban dan penjelasan rasional tentang fenomina alam dan fisik serta melibatkan dalam aktivitas pembelajaran. Menurut Harlen dalam Darmodjo, 1993, setidak-tidaknya ada sembilan aspek sikap dari ilmiah yang ada dan dapat dikembangkan pada anak usia SD, yaitu: 1 Sikap ingin tahu; 2 Sikap 33 ingin mendapatkan sesuatu yang baru; 3 Sikap kerja sama; 4 Sikap tidak putus asa; 5 Sikap tidak berpraserangka; 6 Sikap mawas diri; 7 Sikap bertanggung jawab; 8 Sikap berpikir bebas; 9 Sikap kedisiplinan diri. Contoh IPA sebagai pemupuk sikap dalam penelitian ini adalah saling bekerjasama, menghargai pendapat orang lain, dan jujur. 2.2.2.4 IPA sebagai teknologi Hakikat IPA dari waktu kewaktu mengalami perkembangan. Tidak lepas dari perkembangan pelaksanaan metode ilmiah yang tergantung kepada kemajuan teknologi pada saat itu. Perkembangan teknologi yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari menjadi bagian penting dari belajar IPA. IPA bersifat praktis sebagai bekal yang berguna dalam kehidupan sehari-hari. Contoh IPA sebagai teknologi dalam penelitian adalah membuat penghapus dari kapas untuk menghapus tulisan yang dipapan tulis. Belajar IPA terdiri dari empat konsep yaitu konsep IPA sebagai produk, IPA sebagai proses, IPA sebagai pemupuk sikap ilmiah dan IPA sebagai teknologi. Perpaduan antara empat konsep tersebut dalam pembelajaran IPA guru ataupun siswa dapat belajar pengetahuan lebih dalam lagi. Pembelajaran IPA dengan empat konsep tersebut dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, baik aktifitas siswa ataupun keterampilan guru sehingga tujuan pembelajaran akan tercapai.

2.2.3 Pembelajaran IPA di SD

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SDN 4 SUMBEREJO BANDAR LAMPUNG

0 7 168

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI INKUIRI BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TAMBAKAJI 03

0 6 275

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS V SDN BRINGIN 02

0 4 303

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN BERBASIS LINGKUNGAN SISWA KELAS IV SDN NGALIYAN 01 SEMARANG

0 15 323

PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE CTL PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Pemahaman Pembelajaran IPA Melalui Metode CTL Pada Siswa Kelas IV SDN Kayen 05 Tahun 2014 /2015.

0 2 15

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 01 Peningkatan Kreativitas Belajar Ipa Melalui Penerapan Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 01 Gemantar Jumantono Kabupaten Karanganya

0 1 14

PENINGKATAN KREATIVITAS BELAJAR MATA PELAJARAN IPA MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS IV SDN Peningkatan Kreativitas Belajar Mata Pelajaran IPA Melalui Metode Demonstrasi Pada Siswa Kelas IV SDN Kuwawur 02 Kec. Sukolilo Kab.Pati Tahun Pelajaran

0 1 16

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Direct Intruction (DI) Pada Siswa Kelas IV SDN Tambahrejo 01 Bandar Batang.

0 0 1

Peningkatan kualitas pembelajaran IPA melalui metode eksperimen pada siswa kelas V SDN Kedawung 3 Mondokan Sragen.

0 1 1

Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model pembelajaran Direct Instruction Pada Siswa Kelas IV SDN Gunungpati 02 Semarang.

0 0 1