Konflik Pemanfaatan Air di Kawasan Kumuh

tersebut diaplikasikan pada penelitian ini, timbulnya konflik pemanfaatan air dapat terjadi akibat sebagai beikut: 1. Adanya sekelompok kecil orang yang dapat memanfaatkan sumber air dengan segala kemudahannya, sementara sebagian besar masyarakat tidak punya kesempatan seperti itu Kasus A. Adanya kesalahpahaman atau tidak tahunya informasi menyebabkan kelompok masyarakat secara emosi menuduh sekelompok kecil orang saja yang umumnya berpendapatan kaya diperbolehkan memanfaatkan sumber air. Kenaikan harga juga memicu konflik sehingga sasaran diarahkan kepada pengelola atau segelintir orang tersebut. 2. Sebagian masyarakat yang tadinya mempunyai kesempatan memanfaatkan sumber air dengan sangat mudah berbalik menjadi tidak mempunyai kesempatan semudah itu lagi Kasus B. Individu yang pernah menikmati kemudahan memanfaatkan sumber air tersebut akan mudah menimbulkan konflik apabila kepentingan individu berkaitan dengan pemanfaatan sumber air terprovokasi, hal ini disebabkan karena mereka sudah tidak memperoleh kesempatan untukmemanfaatkan sumber air tersebut. 3. Rendahnya mobilitas sosial, seperti masyarakat yang berasal dari kelas bawah hanya memiliki sedikit peluang untuk meningkatkan pemanfaatan sumber air dibanding dengan mereka dari golongan masyarakat kelas atas atau aparat pemerintah Kasus C. Pengelola mempunyai peluang atau kesempatan yang lebih besar dalam hal pemanfaatan sumber air dibanding pengguna. Apabila ketiga tipe konflik tersebut dikaitkan dengan para aktor konflik pengguna, penyedia, dan pengelola dan lokasi penelitian, maka hubungan ketiganya dapat dilihat pada Tabel 16. Pada umumnya hampir di semua lokasi, konflik terjadi antara pengguna-pengelola dan pengguna-penyedia, kecuali untuk lokasi Pademangan dimana tidak terjadi konflik pengguna-penyedia. Hal ini diduga bahwa pengguna di lokasi Pademangan memiliki sumur air sendiri sehingga tidak banyak berhubungan dengan pengelola dan atau dengan penyedia. Sedangkan konflik yang melibatkan semua aktor hanya terjadi pada lokasi penelitian Sawah Besar kasus A dan C, dan Pademangan kasus B. Kasus B tidak terjadi pada konflik antar pengguna di semua lokasi penelitian. Hal ini diduga tidak ada pengguna yang berubah status, seperti misalnya pengguna yang mampu menjadi pengguna yang tidak mampu, dan atau konflik yang disebabkan oleh kepentingan individu yang dominan sehingga menimbulkan kekerasan pada individu lainnya. Tabel 14. Pendapatan Responden dan Kesediaan Membayar Air Per Bulan Akses Terhadap Sumber Pendapatan Responden Langsung Melalui Pedagang PAM Kesediaan Membayar Air Per bulan Rp 100.000 √ 30.000 320.000 √ 30.000 400.000 √ 30.000 450.000 √ 15.000 500.000 √ 30.000 500.000 √ 20.000 500.000 √ 25.000 600.000 √ 20.000 750.000 √ 30.000 750.000 √ 40.000 800.000 √ 45.000 900.000 √ 40.000 900.000 √ 50.000 1.000.000 √ 60.000 1.000.000 √ 60.000 1.150.000 √ 60.000 1.200.000 √ 55.000 1.500.000 √ 59.000 1.500.000 √ 50.000 1.500.000 √ 60.000 1.950.000 √ 55.000 1.960.000 √ 60.000 2.000.000 √ 115.000 2.000.000 √ 105.000 2.000.000 √ 100.000 2.500.000 √ √ 150.000 2.500.000 √ 100.000 3.000.000 √ 164.000 3.000.000 √ 140.000 3.200.000 √ 200.000 3.500.000 √ 150.000 3.750.000 √ 150.000 4.000.000 √ 250.000 4.500.000 300.000 Upaya mengurangi konflik atau bahkan menyelesaikan konflik tersebut sampai saat ini masih tersendat-sendat. Hal ini diduga institusi yang berwenang masih bersifat informal dan atau jika bersifat formal pun perannya masih belum mampu menyelesaikan konflik yang ada. Upaya resolusi konflik dapat dilakukan dengan mengembangkan instiusi lokal yang ada di permukiman. Dalam hal ini analisis tentang prioritas faktor dan aktor yang mempengaruhi pengelolaan air bersih di kawasan permukiman kumuh perkotaan perlu dilakukan. Tabel 15. Pihak-pihak Berpotensi Konflik Air di Permukiman Kumuh Perkotaan No Tipe Konflik Aktor yang Konflik Tipe Masalah Air Permukiman Penyediaan Air Bersih Biaya Air Tinggi 1 Pengguna 1 1, 2, 3 2 Pengelola 2,3 2,3 3 Penyedia 1, 2, 3 2, 3 Keterangan : 1. Pengguna; 2. PDAM ; 3. Pedagang Tabel 16. Tipe Potensi Konflik Antar Aktor di Masing-masing Lokasi. Konflik Antar Aktor Lokasi Pengguna- Pengelola Pengguna- Penyedia Pengelola- Penyedia Pengguna- Penyedia- Pengelola Antar Pengguna Tanah Abang A, B A, B, C A, C - - Sawah Besar A, B A, B, C A, B A, C C Pademangan A, B, C - A, C B - Tebet A, B, C A, C A, B - A, C Keterangan : A = Konflik ketidakadilan B = Konflik tidak ada kesempatan C = Konflik karena perbedaan kelasgolongan

4.4. Pengembangan Institusi Lokal dalam Pengelolaan Air di Kawasan Kumuh Perkotaan

Pengembangan institusi lokal dalam pengelolaan air bersih di kawasan permukiman kumuh perkotaan dilakukan untuk mencapai prinsip keadilan dalam pemanfaatan air bagi kelompok pengguna air di kawasan tersebut. Pengembangan institusi dilakukan untuk menghindari konflik penggunaan air akibat makin tingginya tingkat permintaan air di kawasan permukiman kumuh dibandingkan dengan jumlah air yang tersedia dan kualitas air yang mulai tercemar. Analisis penataan pengelolaan air bersih di kawasan kumuh dilakukan secara hirarkis terhadap beberapa faktor dan aktor yang berperan dalam pengelolaan air tersebut. Hasil analisis hirarki pengelolaan air bersih di kawasan permukiman kumuh perkotaan disajikan pada Gambar 5. Pemerintah erah 0,44 Da 4 Perusahaan Daerah Air Minum 0,255 Rukun Tetangga Warga 0,185 SwastaPedagang Air 0,116 Jaminan Ketersedian Air Bersih 0,488 Alokasi Air Bersih di Kawasan Kumuh 0,251 Distribusi Air Bersih di Kawasan Kumuh 0,157 Resolusi Konflik Pengelolan Air 0,103 Institusi Pengelolaan Air Bersih Di Kawasan Kumuh Perkotaan TujuanFokus : Faktor : Aktor : Gambar 5. Hasil Analisis Hirarki Pengelolaan Air Bersih di Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan Urutan prioritas faktor yang mempengaruhi pengelolaan air bersih di kawasan kumuh perkotaan adalah : jaminan ketersediaan air bersih 0,488, alokasi air bersih di kawasan kumuh 0,251 distribusi air bersih di kawasan kumuh 0,157, dan resolusi konflik 0,103. Berdasarkan prioritas tersebut menunjukkan bahwa dalam pengelolaan air di kawasan permukiman kumuh, faktor jaminan ketersediaan air merupakan langkah pertama dalam mengelola air di kawasan tersebut. Air baku minum wajib memenuhi standar penyediaan air minum dalam hal ini jaminan ketersediaan air mencakup jumlah air yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna air khususnya yang tinggal di kawasan permukiman kumuh perkotaan, serta didukung oleh kualitas air yang memenuhi standar sebagai air baku minum. Keterbatasan air akibat jumlah air yang tidak mencukupi dan atau kualitas air yang tidak memenuhi standar baku dapat memicu konflik diantara pengguna air di kawasan permukiman kumuh perkotaan. Oleh