Pengembangan Institusi Lokal dalam Pengelolaan Air di Kawasan Kumuh Perkotaan
tingginya tingkat permintaan air di kawasan permukiman kumuh dibandingkan dengan jumlah air yang tersedia dan kualitas air yang mulai tercemar. Analisis
penataan pengelolaan air bersih di kawasan kumuh dilakukan secara hirarkis terhadap beberapa faktor dan aktor yang berperan dalam pengelolaan air tersebut.
Hasil analisis hirarki pengelolaan air bersih di kawasan permukiman kumuh perkotaan disajikan pada Gambar 5.
Pemerintah
erah 0,44 Da
4
Perusahaan Daerah Air
Minum 0,255
Rukun Tetangga Warga
0,185
SwastaPedagang Air
0,116
Jaminan Ketersedian Air
Bersih 0,488
Alokasi Air Bersih di
Kawasan Kumuh 0,251
Distribusi Air Bersih di Kawasan Kumuh
0,157
Resolusi Konflik Pengelolan Air
0,103
Institusi Pengelolaan Air Bersih Di Kawasan Kumuh Perkotaan
TujuanFokus :
Faktor :
Aktor :
Gambar 5. Hasil Analisis Hirarki Pengelolaan Air Bersih di Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
Urutan prioritas faktor yang mempengaruhi pengelolaan air bersih di kawasan kumuh perkotaan adalah : jaminan ketersediaan air bersih 0,488,
alokasi air bersih di kawasan kumuh 0,251 distribusi air bersih di kawasan kumuh 0,157, dan resolusi konflik 0,103. Berdasarkan prioritas tersebut
menunjukkan bahwa dalam pengelolaan air di kawasan permukiman kumuh, faktor jaminan ketersediaan air merupakan langkah pertama dalam mengelola air
di kawasan tersebut. Air baku minum wajib memenuhi standar penyediaan air minum dalam hal ini jaminan ketersediaan air mencakup jumlah air yang dapat
memenuhi kebutuhan pengguna air khususnya yang tinggal di kawasan permukiman kumuh perkotaan, serta didukung oleh kualitas air yang memenuhi
standar sebagai air baku minum. Keterbatasan air akibat jumlah air yang tidak mencukupi dan atau kualitas air yang tidak memenuhi standar baku dapat memicu
konflik diantara pengguna air di kawasan permukiman kumuh perkotaan. Oleh
karena itu upaya untuk mendapatkan sumber air dengan jumlah air yang memadai dan kualitas air yang sesuai dengan standar baku air untuk kebutuhan rumah
tangga menjadi prioritas pertama dalam mengelola sistem air di kawasan kumuh perkotaan. Apabila di kawasan permukiman kumuh tersebut cukup memiliki
jumlah air namun kualitas airnya tercemar maka diperlukan upaya pengolahan air water treatment terlebih dulu sebelum digunakan, sebaliknya apabila jumlah
ketersediaan air terbatas maka diperlukan upaya untuk mendapatkan sumber air baru. Sumber air baru diperlukan untuk memenuhi kekurangan kebutuhan air
masyarakat. Faktor kedua yang mempengaruhi pengembangan institusi air dikawasan
permukiman adalah sistem alokasi air diantara pengguna air. Alokasi air yang dilakukan secara adil akan mampu menghindari terjadinya konflik di antara
pengguna air. Alokasi air dilakukan untuk mencapai prinsip pemerataan air bagi masyarakat sesuai dengan kebutuhannya. Alokasi air akan menjamin kelompok
masyarakat miskin memiliki akses yang sama untuk mendapatkan air. Di samping samping ketiga faktor yang telah dijelaskan sebelumnya, upaya resolusi konflik
menjadi bagian penting dalam pengembangan institusi pengelolaan air di kawasan permukiman kumuh. Mekanisme resolusi konflik dalam pengembangan institusi
dibutuhkan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya konplik diantara pengguna air.
Prioritas faktor ketiga adalah sistem distribusi air yang menjangkau kebutuhan masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh. Perhatian
terhadap sistem distribusi ini terkait dengan masih minimnya infrastruktur fisik lingkungan karena padatnya. Sistem distribusi air di kawasan permukiman kumuh
merupakan faktor prioritas kedua setelah jaminan ketersediaan air terpenuhi. Distribusi air menjadi masalah bagi masyarakat yang tinggal di permukiman
kumuh karena kondisi imfrastruktur fisiknya minim akibat pertumbuhan kawasan ini tidak terencana bahkan liar di luar rencana tataruang yang telah ditetapan.
Distrtribusi air yang tidak merata diantara pengguna air menimbulkan ketimpangan yang memicu konflik air. Ssistem distribusi air harus dapat
menjangkau semua kelompok masyarakat yang tinggal di kawasan kumuh, sehingga akses terhadap air dapat dinikmati secara adil. Tanpa adanya sistem
distribusi air yang memadai, pasokan air ke kawasan kumuh tertanggu sehingga mimicu konplik. Dalam hal ini pembenahan terhadap sistem distribusi air .
Prioritas aktor yang mempengaruhi pengembangan institusi pengelolaan air di kawasan permukiman kumuh adalah : pemerintah daerah 0,444, Perusahaan
Daerah Air MinumPDAM 0,255, rukun tetanggawarga 0,185 dan swastapedagang air 0,116. Pemerintah adalah aktor yang dianggap mampu
mengelola air di masyarakat yang tinggal di kawasan permukiman kumuh. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistim
Penyediaan Air Minum Pasal 8 ayat 2, pemerintah daerah berkewajiban untuk menjamin air baku minum bagi kepentingan masyarakat di wilayahnya. Peran
pemerintah untuk menjamin kebutuhan air penting dikedepankan di daerah-daerah permukiman kumuh yang belum mendapatkan layanan air bersih. Dalam hal ini
pemerintah dapat mengalokasikan sejumlah program peningkatan penyediaan air bersih, sehingga kecukupan masyarakat terhadap air, selain itu peran pemerintah
dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah sosial lainnya di kawasan permukiman kumuh. Pemerintah Daerah memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam
pengembangan sistem penyediaan air minum SPAM terutama yang berkaitan dengan : a pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat di wilayahnya sesuai
dengan standar pelayanan air minum yang ditetapkan ; b memenuhi kebutuhan pelayanan sanitasi untuk meningkatkan kesehatan masyarakat di wilayahnya ; c
melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap penyelenggaraan pengembangan SPAM di wilayahnya; dan d. memfasilitasi pemenuhan kebutuhan air baku
untuk pengambangan SPAM di wilayahnya. Perusahaan Daerah Air Minum dipandang sebagai lembaga yang secara
profesional memiliki tugas pokok dalam menyedikan air minum bagi masyarakat. Badan Usaha Milik Daerah BUMD ini memiliki dua 2 fungsi pokok, yaitu
fungsi produksi dan fungsi sosial. Sebagai perusahaan PDAM dituntut untuk mendapatkan keuntungan profit secara optimal tanpa mengabaikan fungsi sosial
dalam melayani kebutuhan air minum masyarakat, termasuk didalamnya memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat di kawasan permukiman kumuh
perkotaan. Respon responden dalam penelitian ini lebih memilih PDAM sebagai lembaga yang dipandang mampu memenuhi kebutuhan airnya.
Pengurus RTRW adalah tokoh masyarakat yang dianggap mampu menyelesaikan masalah masyarakat yang langsung terjadi di lapangan, termasuk
sengketa air. Walaupun begitu RTRW secara teknis memiliki keterbatasan dalam menyediakan air yang memadai bagi kepentingan masyarakatnya. Pengurus
RTRW umumnya berfungsi dalam mengidentifikasi permasalahan penyediaan air dan meneruskannya kepada pihak yang secara teknis menyelesaikannya, terutama
perusahaan air minum yang secara teknis menangani penyediaan air bersih. Kelompok swasta atau pedagang air adalah kelompok yang selama ini
memasok kebutuhan air bagi masyarakat di permukiman kumuh perkotaan, terutama untuk memenuhi kebutuhan air baku minum. Masyarakat di kawasan
permukiman kumuh menggunakan jasa pedagang air untuk air minumnya karena kualitas air yang berasal dari sumur galinya mengalami pencemaran.
Analisis hirarki lebih lanjut dilakukan untuk melihat prioritas aktor dalam kaitannya dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Prioritas aktor terhadap
setiap faktor ditampilkan pada Tabel 17. Prioritas aktor yang berperan terhadap faktor jaminan ketersediaan air adalah : pemerintah daerah 0,490, PDAM
0,255, RTRW 0,122, dan swastapedagang air 0,132. Air sebagai kebutuhan dasar manusia perlu dijamin ketersediaan. Dari keempat aktor yang berkaitan
dengan penyediaan air bersih tampaknya pemerintah daerah memegang peranan penting untuk menjamin ketersediaan air bagi masyarakatnya termasuk di
kawasan permukiman kumuh. Peran pemerintah dalam menjamin ketersediaan air ini berkaitan dengan posisi strategis dan vital air untuk mendukung kehidupan
masyarakat. Dengan kewenangan yang dimilikinya pemerintah daerah dapat menyediakan sumber air untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Peranan
PDAM, RTRW, dan swasta dalam menjamin ketersediaan air kurang signifikan karena kewenangan yang dimilikinya lebih terbatas dibandingkan kewenangan
pemerintah daerah. Prioritas aktor yang berperan terhadap faktor distribusi air adalah : PDAM
0,40, pemerintah daerah 0,272, RTRW 0,207, dan swastapedagang air 0,12. Distribusi air kepada pelanggan dapat dilakukan oleh berbagai aktor. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa PDAM yang secara profesional mengelola air minum di DKI Jakarta dipandang memiliki kemampuan untuk mendistribusikan
air kepada masyarakat. Sumberdaya manusia dan sarana operasional yang memadai dimiliki PDAM di bidang pengelolaan air bersih akan memudahkan
distribusi air sampai ke pelanggan dengan baik. Mengingat bahwa masalah distribusi air ini merupakan masalah yang bersifat teknis, maka aktor yang
mendistribusikannya adalah institusi yang secara teknis lebih mampu dibandingkan diantara aktor lainnya.
Prioritas aktor yang berperan terhadap faktor alokasi air adalah : pemerintah daerah 0,489, RTRW 0,232, PDAM 0,190, dan swastapedagang air 0,089.
Alokasi air untuk berbagai pengguna untuk menghindari terjadinya konflik diantara pengguna air sebaiknya dilakukan oleh pemerintah daerah.
Tabel 17. Prioritas Faktor dan Aktor Pengembangan Institusi dalam Pengelolaan Air di Kawasan Permukiman Kumuh Perkotaan
Faktor Prioritas Faktor
Aktor Prioritas Aktor
Pemerintah Daerah 0,490 I
Jaminan Ketersediaan Air 0,488 I
PDAM 0,255 II
RTRW 0,122
III SwastaPedagang Air 0,132
IV Pemerintah Daerah 0,272
II Distribusi Air 0,157
II PDAM 0,401
I RTRW
0,207 III
SwastaPedagang Air 0,12 IV
Pemerintah Daerah 0,489 I
Alokasi Air 0,251 III
PDAM 0,190 III
RTRW 0,232
II SwastaPedagang Air 0,089
IV Pemerintah Daerah 0,381
I Resolusi Konflik 0,103
IV PDAM 0,187
III RTRW
0,335 II
SwastaPedagang Air 0,096 IV
Pemerintah daerah dengan kewenangan yang dimilikinya memiliki hak dalam mengalokasikan air di suatu wilayah untuk berbagai penggunaan secara
merata, termasuk menyusun strategi pengembangan sumberdaya airnya. Alokasi air yang adil dapat mencegah terjadinya konflik air antar pengguna air. Alokasi air
di kawasan kumuh perkotaan perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah karena penduduk yang tinggal di kawasan tersebut umumnya kaum marjinal kota
yang hidupnya dicirikan oleh rendahnya tingkat pendapatan dan pendidikan,
fasilitas fisik lingkungan yang jelek, dan akses terhadap pengambil keputusan kecil. Oleh karena itu pemerintah daerah dalam mengalokasikan air di wilayahnya
harus memberikan perhatian khusus terhadap ketersediaan air di kawasan permukiman kumuh.
Prioritas aktor yang berperan terhadap faktor resolusi konflik adalah : pemerintah daerah 0,381, RTRW 0,335, PDAM 0,187, dan swastapedagang
air 0,096. Konflik air yang terjadi di masyarakat merupakan masalah sosial yang dihadapi oleh para aktor di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
walaupun aktor yang prioritas untuk menyelesaikan konflik air, namun persentase aktor lainnya selain swastapedagang juga cukup signifikan. Hal ini tersebut
mengindikasikan bahwa dalam resolusi konflik air, semua pihak yang berkepentingan dengan masalah pengelolaan air harus dilibatkan.
Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor dan aktor yang berperan dalam pengelolaan air bersih di kawasan permukiman kumuh perkotaan dapat disusun
prioritas faktor dan aktor yang perlu dipertimbangkan dalam menyusun rumusan institusi lokal sebagai berikut :
a. Prioritas Faktor
1. Faktor jaminan ketersediaan air bersih yang memenuhi kebutuhan penduduk di permukiman kumuh perkotaan.
2. Faktor alokasi air yang menjamin pemerataan air diantara pengguna air di permukiman kumuh perkotaan.
3. Faktor distribusi air bersih yang menjangkau kebutuhan penduduk di permukiman kumuh perkotaan.
b. Prioritas Aktor
1. Pemerintah daerah yang bertanggung-jawab dalam menjamin
ketersediaan air bersih dan mengalokasikan penggunaan air yang merata diantara pengguna air di kawasan permukiman kumuh
perkotaan. 2. Perusahaan daerah air minum yang berperan dalam mengolah air dan
mendistribusikannya kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan penduduk dan memenuhi syarat air baku minum sebagaimana yang
telah ditetapkan.
3. Rukun warga berperan dalam mengantisipasi terjadinya konflik di lapangan, serta sebagai mediator pertama apabila konflik air terjadi
diantara pengguna, penyedia, dan pengelola air di kawasan permukiman kumuh.
4. Swastapedagang air berperan sebagai penyedia air bersih di lokasi yang tidak terjangkau oleh jaringan pipa PDAM.
4.5. Pengembangan Institusi Lokal Pengembangan institusi lokal melibatkan berbagai pihak agar institusi baru
hasil pengembangan mampu mengatasi berbagai konflik yang mungkin timbul. Gambar 6 menunjukkan keterkaitan berbagai pihak dalam proses pengembangan
institusi lokal. Pihak-pihak yang berperan dalam mengembangkan institusi lokal adalah pemerintah setempat, masyarakat setempat, institusi-institusi lain yang ada.
Sedangkan upaya perbaikan internal melalui perbaikan manajemen.
Gambar 6. Keterkaitan Berbagai Pihak Dalam Proses Pengembangan Institusi Lokal.
Institusi lokal yang ada saat ini kurang mampu mengatasi berbagai konflik pemanfaatan air di permukiman, khususnya permukiman kumuh. Seperti yang
dikemukakan pada pembahasan sebelumnya, institusi lokal ini dapat berupa pemerintah setempat, perwakilan PAM, organisasi kemasyarakatan, LSM, dan
swasta. Pengembangan institusi tersebut sebaiknya tidak hanya tujukan pada salah satu institusi yang dipilih, namun institusi yang sudah ada diperkaya dengan
keterlibatan institusi lainnya dan tokoh masyarakat sebagai anggota institusi tersebut.
Institusi lokal memiliki peranan penting dalam melakukan kontrol sosial terhadap suatu komunitas. Institusi lokal dapat meningkatkan interaksi yang
berdampak pada meningkatnya kepercayaan diantara orang-orang yang berinteraksi dalam komunitas tersebut, sebaliknya ketidakadaan institusi atau
institusi yang tidak tertata baik berpeluang meningkatkan konflik yang memicu permasalahan sosial masyarakat seperti kriminalitas. Pengembangan institusi lokal
dalam hal ini akan menjadi alat untuk mewujudkan integrasi sosial. Institusi lokal yang efektif akan dapat menyediakan sejumlah sumberdaya finansial, tenaga,
politik, dan sosial terhadap keutuhan komunitasnya sehingga membentuk solidaritas sosial untuk menyelesaikan permasalahan bersama yang dihadapi.
Ada tiga aspek penting yang perlu diperhatikan dalam mengembangkan institusi lokal pengelolaan air di kawasan permukiman kumuh perkotaan, yaitu
aspek hukum atau peraturan pengelolaan air water law, aspek kebijakan pengelolaan air water policy, dan aspek administrasi pengelolaan air water
administration . Ketiga aspek tersebut dalam implementasi sering terkait. Aspek
hukum air umumnya memperkuat kebijakan pengelolaan air, dan sebaliknya kebijakan pengelolaan air dapat menginisiasi proses untuk pembentukan hukum
air baru. Kedua aspek tersebut saling memperkaya satu sama lain, sehingga secara bersama-sama akan mendefinisikan struktur untuk memfungsionalisasikan
administrasi pengelolaan air. Aspek hukum air secara umum mencakup pengaturan tentang hak air, manajemen konflik, akuntabilitas,
pertanggungjawaban responsibilitas, partisipasi stakeholders, dan pengelolaan sumberdaya alam secara terpadu. Aspek kebijakan pengelolaan air umumnya
berisikan kebijakan tentang prioritas penggunaan, seleksi proyek, pembiayaan proyek penyediaan air, transfer air, desentralisasi, dan kebijakan teknologi yang
digunakan untuk mengelola sumberdaya air. Aspek administrasi pengelolaan air meliputi intervensi pemerintah, struktur organisasi pengelolaan air, sumberdaya
manusia, keuangan, sistem pengumpulan dana fee collection dari pengguna air, dan manajemen informasi. Kaitan antara ketiga aspek tersebut ditampilkan pada
Gambar 7.
Hukum Air
Hak Air, Manajemen Konflik, Akuntabilitas, Responsibilitas,
Partisipasi stakeholders, dan Pengelolaan Sumberdaya Alam
Terpadu
Kebijakan Pengelolaan Air
Prioritas penggunaan, Seleksi Proyek, Pembiayaan Proyek Air,
Transfer Air, Desentralisasi, dan Kebijakan Teknologi Pengelolaan
Air
Administrasi Pengelolaan Air
Intervensi Pemerintah, Struktur Organisasi Pengelolaan Air, Sumberdaya Manusia, Keuangan, Sistem Pengumpulan Dana dari
Pengguna Air, dan Manajemen Informasi
Gambar 7. Interaksi Antar Komponen Institusi Lokal Pengelolaan Air Dimodifikasi dari Bandaragoda, 2000
Pemerintah berperan dalam menfasilitasi terbentuknya institusi lokal yang dapat mengakomodasi kepentingan semua pihak. Hal ini dikarenakan peran
pemerintah sebagai pelayan masyarakat. Dilain pihak, masyarakat pun dapat berperan sebagai fasilitator, khususnya tokoh masyarakat, untuk menyatukan
semua pihak membentuk atau memperbaiki institusi yang ada menjadi institusi baru yang dapat mengurangi konflik, khususnya konflik pemanfaatan air. Institusi
lokal lainnya yang tidak ada kaitannya dengan pengelolaanpemanfaatan sumberdaya air dapat berperan memantau dan memberi masukan dalam
operasionalnya. Pada proses pengembangan institusi lokal tersebut, semua pihak harus
bersepakat akan visi dan misi yang akan diemban oleh institusi tersebut. Visi dan misi ditetapkan karena adanya permasalahan sebelumnya yang harus dipecahkan,
yaitu konflik pemanfaatan sumberdaya air. Hal ini sudah dapat dipastikan bahwa manajemen yang akan dianut harus berbeda dengan manajemen yang dianut oleh
institusi sebelumnya, sehingga perlu ada perbaikan manajemen. Institusi lokal dibentuk sebagai kelanjutan dari analisis kebutuhan akan
mediator dalam penanganan masalah konflik pemanfaatan sumberdaya air. Setiap pihak yang terlibat dalam institusi memiliki kedudukan dan suara yang sama.
Keputusan diambil dalam sebuah forum bersama dengan landasan musyawarah untuk mufakat. Wilayah kerja institusi lokal bersifat terbatas dalam suatu kawasan
permukiman kumuh. Masa kerja institusi lokal itu sendiri terbatas sampai dengan target waktu penyelesaian konflik yang telah ditetapkan sebelumnya. Target
waktu penyelesaian konflik ditentukan berdasarkan lama proses persiapan, sosialisasi, koordinasi antar pihak, penerapan solusi, dan pembinaan masyarakat
pasca penerapan solusi. Institusi lokal bertanggungjawab atas kajian terhadap konflik dan faktor penyebabnya, akomodasi kepentingan masing-masing pihak,
rekomendasi solusi, antisipasi dan penyelesaian konflik serta koordinasi dengan pihak eksternal sebagai pemilik sumberdaya dalam pelaksanaan rekomendasi
solusi. Permasalahan lainnya seperti : alokasi anggaran, subsidi, tempat relokasi dan rencana tata kota sepenuhnya menjadi tanggung jawab pemerintah.
Institusi lokal dibentuk sebagai mediator dari para pihak untuk mengakomodir semua kepentingan. Oleh karena itu, institusi ini mempunyai sifat-
sifat sebagai berikut: 1.
Berperan sebagai faktor moderat dalam penyelesaian konflik pemanfaatan sumberdaya air.
2. Penetapan suatu kondisi untuk suatu persetujuan akan menghabiskan banyak
waktu, biaya dan sumberdaya terutama pada proses pencapaian kesepakatan dan kesepahaman.
3. Kebijakan pemanfaatan sumberdaya air dalam lingkup nasional diperlukan
untuk mendukung koordinasi antar pihak yang bersangkutan. Implementasi kebijakan ini bisa diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan mengenai
pemanfaatan sumberdaya air secara terpadu. 4.
Aksi positif dalam pengelolaan air oleh pihak-pihak yang terlibat akan memberikan dampak positif terhadap keberadaan institusi lokal.
Rumusan kebijakan pengembangan institusi lokal dalam pengelolaan air bersih di kawasan permukiman kumuh perkotaan disusun dengan memperhatikan
beberapa pertimbangan sebagai berikut : a.
Aspek analisis pemenuhan kebutuhan air untuk mencukupi kebutuhan air secara jumlah dan sesuai dengan kualitas air sebagai bahan baku air
minum. b.
Adanya penetapan tujuan khusus untuk mencegah penurunan kualitas dan kuantitas air.
c. Ketersediaan pelakuaktor dan aturan main dalam pengelolaan air di
kawasan permukiman kumuh. d.
Mendeskripsikan fasilitas yang perlu dikembangkan yang berkaitan dengan pengadaan sarana dan prasarana distribusi dan pengelolaan
sumberdaya air yang adil, kontinyu dan murah. e.
Pengembangan norma dan aturan main yang disepakati oleh semua pihak, seperi membuat peraturan secara musyawarah, pemberian
sanksi bagi yang melanggar secara tegas, adil dan kontinyu. f.
Bentuk institusi lokal yang terlibat.
Pengembangan institusi lokal yang berkaitan dengan pengelolaan air di kawasan kumuh perkotaan dirancang sesuai dengan tipe masalah yang terjadi
sebagaimana diuraikan berikut ini. Analisis pengembangan institusi lokal dilakukan dengan memperhatikan beberapa unsur yang berkaitan dengan
pengembangan institusi lokal tersebut, yaitu : a Aspek yang menyangkut pemenuhan kebutuhan pokok, b Tujuan khusus, c Pelaku pendukung dan
peranannya, d Fasilitas institusi yang perlu dikembangkan, e Norma atau aturan main, f Keterbatasan antar institusi
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa konflik air di kawasan permukiman kumuh perkotaan yang diteliti bersumber pada masalah kualitas air
yang buruk dan besarnya biaya untuk mendapatkan air yang harus dialokasikan oleh masyarakat yang umumnya merupakan penduduk miskin. Alternatif
pengembangan institusi lokal berkaitan dengan kedua masalah tersebut diuraikan berikut ini.
1. Institusi Lokal Untuk Tipe Masalah Kualitas Air Buruk
Unsur-unsur dan substansi dalam pengembangan institusi lokal untuk pengelolaan permukiman kumuh yang terkait dengan masalah kualitas air yang
buruk ditampilkan pada Tabel 18. 2.
Institusi Lokal Untuk Tipe Masalah BiayaHarga Air Tinggi Pengembangan institusi lokal di lahan permukiman kumuh terkait masalah
biayaharga air tinggi Tipe 2 dilihat pada Tabel 19.
Tabel 18. Institusi Lokal di Permukiman Kumuh Terkait dengan Masalah Kualitas Air Buruk Tipe 1
No Unsur Institusi Lokal
Uraian Substansi Institusi Lokal 1
Pemenuhan Kebutuhan Air bersih untuk minum dan industri dikelola secara
proposional adil sejalan kebutuhan pelayanan yang kontinyu memadai baik secara kualistas dan kuantitas
2 Tujuan
Khusus Mencegah dampak industri lintas sektoral terpadu
menjalankan penegakan hukum dalam proses penertiban sesuai dengan ketentuan norma setempat .
3 Pendukung dan peran
Swasta : penyedia air bersih dan pembagian air secara merata.
Pemukim : kesadaran memenuhi kewajiban sebagai pengguna biaya air bersih dengan harga yang terjangkau
Pedagang air bersih : menyalurkan dan menjual air secara layak dan bersih.
Penyalur : menyalurkan air bersih dan sehat dengan cara melakukan pemeliharaan, pengelolaan saluran dan
pemanfaatan
4 Fasilitas yang
perlu dikembangkan
BUMDPDAM berperan sebagai penyedia dan pengelola air secara adil dan berperan dalam pengawasan secara rutin
atas kualitas dan kwantitas air. 5
NormaAturan Main Pengelolaan sumberdaya air oleh permukiman perawatan
jaringan air sampai rumah secara memadai standar pakai oleh pengelola air
6 Keterlibatan antar
institusi lokal Koordinasi di tingkat permukiman kelurahan yang
melibatkan lintas sektoral terkait Dinas Perumahan, Dinas Tata kota, Kasi Ekonomi, Pekerjaan Umum, Individu,
POLRI BABINKAMTIBMAS
Pengembangan institusi lokal tersebut akan berjalan dengan baik apabila semua pihak memahami urgensi dan permasalahan pengelolaan kualitas air di
kawasan permukiman kumuh perkotaan. Institusi lokal dikembangkan dengan memberikan peran yang lebih luas bagi masyarakat dan stakeholders lainnya
untuk mengatasi permasalahan air bersih secara partisipatif dan sinergis. Keberhasilan institusi lokal dapat dikatakan berhasil apabila kinerja pengelolaan
air di kawasan permukiman kumuh perkotaan dapat direalisasikan secara baik. Beberapa ukuran kinerja tersebut yang dapat dinilai adalah :
a. Terpenuhinya kebutuhan penduduk di kawasan permukiman kumuh secara
baik, baik dalam jumlah air yang mencukupi maupun kualitas air yang memenuhi syarat sebagai air baku minum.
b. Konflik diantara pengguna, penyedia, dan pengelola air di kawasan
permukiman kumuh perkotaan relatif rendah. c.
Adanya alokasi air yang merata diantara pengguna air, sehingga kontinuitas pasokan air dapat terjamin sepanjang tahun.
d. Sanitasi lingkungan di kawasan permukiman kumuh dalam kondisi baik dengan tingkat kesehatan penduduknya baik pula.
Tabel 19. Institusi Lokal di Permukiman Kumuh Terkait dengan Masalah Biaya Air Tinggi Tipe 2
No Unsur Institusi Lokal
Uraian Substansi Institusi Lokal 1 Pemenuhan
Kebutuhan Masayarakat
dapat memenuhi kebutuhan air bersih yang
sehat, aman, ekonomis sesuai standar air bersih untuk konsumsi dan pemakaian umum
2 Tujuan Khusus
Pemenuhan kebutuhan air bersih yang sesuai standar kesehatan secara mudah dan murah dapat dijangkau semua
lapisan masyarakat 3
Pendukung dan aturan Bantuan dari stackholder pemakai lingkunganempat untuk
membantu dalam pendanaan dan pengadaaan air bersih. 4 Fasilitas
yang perlu
dikembangkan Pengadaan distribusi langsung dari pihak terkait
BUMNPAM dan distribusi langsung dari swasata yang dapat memotongmengurangi biaya distribusi.
5 NormaAturan Main
Pembuatan peraturannorma secara musyawarah dan
pemberian sanksi bagi yang melanggar secara adi, tegas, menyeluruh dan kontinyu
6 Keterlibatan antar institusi
lokal Melibatkan pihak terkait lintas sektoral antar Pemerintah
PAM, Dinas lingkungan, Pihak swastaindustri, dan masyarakat permukiman.