Institusi Lokal dalam Pengelolaan Air

rules that govern pattern of action and relationship, sedangkan organisasi didefinisikan sebagai the decision making units-families, firms, bureaus - that exercise control of resources Kartodihardjo, et.al, 2000. Institusi juga berarti seperangkat ketentuan yang mengatur masyarakat, yang mana masyarakat tersebut telah mendefinisikan kesempatan-kesempatan yang tersedia, mendefinisikan bentuk-bentuk aktifitas yang dapat dilakukan oleh pihak tertentu terhadap pihak lainnya, hak-hak istimewa yang telah diberikan serta tanggung-jawab yang harus mereka lakukan. Hak-hak tersebut mengatur hubungan antar individu dan atau kelompok yang terlibat dalam kaitannya dengan pemanfaatan sumberdaya alam tertentu Schmid, 1987 dalam Kartodihardjo, 2000. Sementara itu menurut Smith dan Brinkerhoff 1990 dalam Kartodihardjo 2000 mendefinisikan institusi sebagai aturan atau prosedur yang menentukan bagaimana manusia bertindak dan bagaimana peranan dalam suatu sistem atau organisasi yang bertujuan memperoleh status atau legitimasi serta tujuan tertentu. Selanjutnya Etzioni 1985 dalam Kartodihardjo, et.al 2000 mendefinisikan institusi sebagai unit sosial dalam pengelompokkan manusia yang sengaja dibentuk dengan penuh pertimbangan dalam mencapai suatu tujuan tertentu dengan ciri-ciri sebagai berikut : 1 adanya pembagian kerja, kekuasaan dan tanggung jawab 2 adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi sebagai pengendali institusi dalam mencapai tujuan 3 adanya penggantian tenaga atau kepengurusan bila tidak bekerja dengan baik. Koentjaraningrat 1980 mendefinisikan bahwa institusi atau pranata sosial merupakan sistem tata kelakuan dan hubungan untuk memenuhi kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Disamping penjelasan tersebut, pengertian institusi juga merujuk pada bentuk atau wadah dalam suatu organisasi, mengandung pengertian-pengertian abstrak tentang norma-norma dan peraturan- peraturan tertentu yang menjadi inti dari institusi tersebut. Berdasarkan uraian tersebut, maka institusi merupakan himpunan dari norma-norma yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok didalam kehidupan bermasyarakat dalam wadah atau organisasi tertentu. Institusi secara sistematik merupakan seperangkat aturan, prosedur, norma perilaku individual yang sangat penting. Berdasarkan definisi tersebut, maka ada tiga kategori klasifikasi institusi yaitu: 1 institusi yang dibentuk oleh pemerintah, 2 institusi yang dibentuk karena kesadaran masyarakat tanpa adanya sistem institusi yang kondusif, 3 institusi yang dibentuk masyarakat dengan peran serta masyarakat secara aktif, sehingga kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dapat dicapai. Institusi sebagai modal dasar masyarakat social capital dapat dipandang sebagai aset produktif yang mendorong individu-individu anggotanya untuk bekerjasama menurut aturan perilaku tertentu yang disetujui bersama untuk meningkatkan produktifitas anggotanya dan produktifitas masyarakat secara keseluruhan. Ikatan istitusi masyarakat yang rusak secara langsung akan menurunkan produktifitas masyarakat dan menjadi faktor pendorong percepatan eksploitasi sumberdaya alam di sekitarnya Kartodihardjo,et.al, 2000. Bandaragoda 2000 menyebutkan bahwa institusi merupakan kombinasi dari : a kebijakan dan tujuan policies and objectives; b hukum dan peraturan perundangan; c organisasi dan nilai dasar organisasi; d rencana dan prosedur operasional; e mekanisme insentif; f mekanisme akuntabilitas; serta g norma, tradisi, praktek dan kebiasaan. Institusi dalam pengelolaan sumberdaya air memiliki peranan penting. Aturan main sebagai bagian dari institusi yang menentukan interdependensi antar individu atau kelompok. Perwujudan institusi masyarakat dapat diidentifikasi melalui sifat-sifat kepemilikan sumberdaya, batas-batas kewenangan masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya, dan aturan-aturan perwakilan dalam memanfaatkan sumberdaya, apakah ditetapkan secara individu atau kelompok. Instansi pemerintah merupakan institusi formal yang menjadi agen pembangunan dan berperan sentral dalam menentukan perubahan-perubahan yang diinginkan. Kinerja institusi sangat tergantung dari kapasitas dan kapabilitas yang dimilikinya. Kondisi institusi yang kuat menjadi prasyarat penyelenggaraan pengelolaan sumberdaya air yang berkelanjutan Kartodihardjo, 2000. Keberadaan sebuah institusi lokal ditentukan oleh kesesuaian dengan kebutuhan masyarakat pendukungnya sehingga terdapat nilai-nilai budaya setempat serta institusi tersebut dimaksudkan untuk senantiasa mampu memenuhi kebutuhan masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat akan semakin meningkat bila pembangunan menggunakan media lembaga tradisional yang ada. Institusi lokal yang berlandaskan pada adat istiadat dan kebutuhan masyarakat setempat adalah prasarana kelembagaan yang potensial bagi pembangunan masyarakat Imron, Soeprapto dan Suwandono 2005. Lebih lanjut Satria 2006 mengemukakan bahwa suatu institusi lokal mengupayakan pengelolaan sumberdaya yang ada kaitannya dengan sistem normatif ideologi, kepercayaan, sistem regulatif aturan lokal, dan sistem kognitif pengetahuan lokal. Hal ini berarti bahwa aturan lokal rules itu dibuat sebagai refleksi keyakinan normatif dan pengetahuan kognitif masyarakat tentang sumberdaya yang dikelolanya. Beberapa institusi yang ada selama ini kurang berperan dalam menyelesaikan konflik yang ada di masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya air. Hal ini ditunjukkan dengan masih adanya konflik air diantara pengguna air yang terjadi di beberapa wilayah. Upaya untuk memperkuat institusi lokal merupakan salah satu pengembangan institusi itu sendiri dan pada akhirnya untuk pembangunan daerah Hardjapamekas, 2002. Untuk itu pengembangan institusi lokal perlu dilakukan mengingat fungsi institusi lokal yang ada masih belum optimal dalam pelaksanaannya. Suatu institui yang kuat akan menjamin keberhasilan dari program pembangunan yang sedang dilaksanakan Beberapa fungsi penting institusi lokal yang menjadi kewajibannya adalah sebagai berikut Hardjapamekas, 2002 : 1. Melakukan kajian kondisi lingkungan, ekonomi, dan sosial dalam penentuan solusi konflik relokasi atau penataan ulang 2. Menjembatani kepentingan pihak-pihak yang terlibat konflik 3. Mengantisipasi dan menyelesaikan konflik yang mungkin timbul atas solusi program yang direkomendasikan 4. Melakukan koordinasi dengan pihak eksternal sebagai tindak lanjut atas solusi yang direkomendasikan 5. Memberikan rekomendasi kebijakan pembangunan daerahnasional untuk penanganan konflik Sebuah institusi lokal yang baik akan memiliki standar tersendiri dalam penyelesaian tugas-tugasnya. Pola penyelesaian konflik melalui institusi lokal dilakukan melalui tahapan prosedur berikut ini Hardjapemekas, 2002 : a. Delegating, dengan membentuk perwakilan dari masing-masing pihak membicarakan permasalahan yang dihadapi secara langsung dengan itikad mencari solusi yang terbaik dan memuaskan seluruh pihak. b. Interfacing, yaitu menggunakan mediator yang bersifat netral untuk memperlancar pencapaian solusi permasalahan. c. Actuating, yaitu pelaksanaan solusi yang telah dicapai oleh masing-masing pihak dengan penuh tanggung jawab serta sesuai dengan hak dan kewajibannya. d. Evaluating, yaitu kontrol dari pelaksanaan solusi yang telah diperoleh hingga tingkat keberhasilannya dalam menyelesaikan konflik yang terjadi.

III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di wilayah DKI Jakarta, khususnya kawasan kumuh perkotaan yang berada di Jakarta Utara, Jakarta Pusat, dan Jakarta Selatan. Ketiga kawasan tersebut merupakan kawasan perkotaan di Jakarta yang tingkat pertumbuhan ekonominya tinggi dan menjadi daya tarik orang untuk berurbanisasi. Sampel sumber air berupa sumur gali berada di Kecamatan Pademangan Jakarta Utara, Kecamatan Tebet Jakarta Selatan, serta Kecamatan Tanah Abang dan Sawah Besar Jakarta Pusat. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari 2002 sampai dengan Agustus 2005. Titik Pengambilan Sampel Penelitian Gambar 3. Peta Situasi Lokasi Penelitian.

3.2. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dibagi dalam beberapa kegiatan yaitu: 1 analisis karakteristik pengguna air di kawasan permukiman kumuh perkotaan, 2 analisis kualitas sumber air yang digunakan oleh pengguna air, dan 3 analisis pengembangan institusi pengelolaan air di kawasan pemukiman kumuh perkotaan.

3.2.1. Analisis Karakteristik Pengguna Air di Kawasan Kumuh Perkotaan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik pengguna air di kawasan kumuh perkotaan yang ada di lokasi penelitian.

a. Metode Pengumpulan Data

Pelaksanaan penelitian ini terdiri atas pengumpulan data karakteristik sosial dan ekonomi pengguna air di kawasan kumuh perkotaan yang dilakukan dengan teknik pengumpulan data secara langsung data primer dan penelusuran pustaka yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder penelitian diperoleh dari instansi terkait, seperti Badan Perencanaan Provinsi DKI Jakarta, Badan Pusat Statistik Jakarta. Parameter karakteristik sosial ekonomi responden terdiri dari : pendapatan, volume penggunaan air, kesediaan membayar responden untuk mendapatkan air, akses terhadap sumber air, dan respon responden terhadap kelembagaan yang dianggap sesuai untuk mengelola sumberdaya air di kawasan pemukiman kumuh perkotaan. Data primer dilakukan melalui pengisian kuisioner kepada responden yang secara purposif. Selain menganalisis karakteristik sosial ekonomi, data primer yang dibutuhkan adalah kualitas sumber air yang digunakan oleh pengguna air di kawasan pemukiman kumuh perkotaan. Pengambilan sampel air dilakukan terhadap sumur gali yang digunakan oleh penduduk di kawasan pemukiman kumuh perkotaan. Parameter kualitas air yang dianalisis berupa parameter fisik, kimia, dan biologis. Hasil analisis kualitas air selanjutnya dibandingkan kriteria baku mutu air minum yang mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 416 Tahun 1990 tentang Syarat-syarat dan Pengawasan Kualitas Air Tabel 2. Dari hasil analisis kualitas air akan diperoleh informasi tentang kelas kualitas air.