38
tidak secara parsial. Jika hal ini yang dijadikan pendekatan, maka akan berimplikasi bahwa dalam mengkaji dan mensikapi obyek kajian harus bersifat
holistik, artinya berbagai aspek yang terkait dengan obyek tersebut juga harus menjadi obyek kajian. Ketiga, tidak dikotomi. Jika obyek kajian dipandang
sebagai fenomena yang tidak berdiri sendiri dan sekaligus merupakan suatu keutuhan, maka obyek kajian tersebut tidak dapat dipisahkan.Terinternalisasi,
karena pendidikan karakter harus mewarnai seluruh aspek kehidupan, perlu mendapat perhatian bahwa yang diintegrasikan adalah nilai-nilai atau konsep-
konsep pendidikan karakter.
2.1.4 Tahap-tahap Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dapat diklasifikasikan dalam tahap-tahap sebagai berikut :
a Adab 5-6 tahun. Pada fase ini, hingga berusia 5-6 tahun anak dididik budi pekerti, terutama yang berkaitan dengan nilai-nilai karakter sebagai berikut:
1 Jujur, tidak berbohong; 2 Mengenal mana yang benar dan mana yang salah; 3 Mengenal mana yang baik dan mana yang buruk; 4 Mengenal mana yang
perintah yang diperbolehkan dan mana yang dilarang yang tidak boleh dilakukan. Pendidikan kejujuran merupakan nilai karakter yang harus ditanamkan
pada anak sedini mungkin karena nilai kejujuran merupakan nilai kunci dalam kehidupan.Pendidikan kejujuran harus diintegrasikan kedalam kehidupan
keluarga, masyarakat, maupun sekolah.Jika pendidikan kejujuran dapat dilakukan secara efektif berarti kita telah membangun landasan yang kokoh berdirinya suatu
bangsa.Bangsa Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis kejujuran sehingga
39
berdampak pada melandanya korupsi dimana-mana. Pada fase ini anak harus dididik mengenai karakter benar dan salah, karakter baik dan buruk. Lebih
meningkat lagi anak dididik atau dikenalkan apa-apa yang boleh dilakukan dan apa-apa yang tidak boleh dilakukan. Targetnya adalah anak telah memilki
kemampuan mengenal mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk.
b tanggung jawab diri 7-8 tahun. Perintah agar anak usia 7 tahun mulai menjalankan ibadah menunjukan bahwa anak mulai dididik bertanggung jawab,
terutama dididik bertanggung jawab pada diri sendiri. Anak mulai diminta untuk membina dirinya sendiri, anak mulai dididik untuk memenuhi kebutuhan dan
kewajiban dirinya sendiri. Implikasinya adalah berbagai aktivitas seperti makan sendiri, mandi sendiri, berpakaian sendiri, dan lain-lain dapat dilakukan pada usia
tersebut. Pada usia ini anak juga mulai dididik untuk tertib dan disiplin karana pelaksanaan sholat menuntut anak lebih tertib, disiplin, dan taat. Mendidik sholat
juga berarti membina masa depannya sendiri. Sebagai konsekuensinya berarti anak dididik untuk menentukan pilihan masa depan, menentukan cita-cita, dan
sekaligus ditanamkan sistem keyakinan. Artinya cita-cita itu akan tercapai jika dilandasi dengan keyakinan yang kuat. Keyakinan ini akan terwujud jika dilandasi
dengan upaya sungguh-sungguh yang dilakukan secara terus menerus, tertib, dan disiplin.
c Peduli 9-10 tahun. Setelah anak dididik tanggung jawab diri, maka selanjutnya anak dididk untuk mulai peduli pada orang lain, terutama teman
sebaya yang setiap hari ia bergaul. Menghargai orang lain hormat kepada yang
40
lebih tua dan menyayangi kepada yang lebih muda, menghargai hak-hak orang lain, bekerja sama dengan teman-temannya, membantu dan menolong orang lain,
dan lain-lain merupakan aktivitas yang sangat penting pada masa ini. Sebagai dampak dari kegiatan bekerja sama dan kebersamaan ini juga berdampak pada
sebuah pendidikan akan pentingnya tanggung jawab pada orang lain. Oleh karena itu, nilai-nilai kepemimpinan mulai tumbuh pada usia ini. Pada usia ini tampaknya
tepat jika anak dilibatkan dengan nilai-nilai kepedulian dan tanggung jawab pada orang lain, yaitu mengenai aspek kepemimpinan.
d Kemandirian 11-12 tahun. Berbagai aspek yang telah dilalui pada usia- usia sebelumnya makin mematangkan karakter anak sehingga akan membawa
anak kepada kemandirian. Kemandirian ini ditandai dengan kesiapan dalam menerima resiko sebagai konsekuensi tidak mentaati aturan. Proses pendidikan ini
di tandai dengan: 1 jika usia 10 tahun belum mau menjalankan sholat maka pukullah; dan 2 pisahkan tempat tidurnya dengan orang tuanya. Kemandirian ini
juga berarti bahwa anak telah mampu bukan hanya mengenal mana yang benar dan mana yang salah tetapi anak telah mampu membedakan mana yang benar dan
mana yang salah, mampu membedakan mana yang baik mana yang buruk. Fase kemandirian berarti anak telah mampu menerapkan terhadap hal-hal yang menjadi
larangan atau yang dilanggar, serta sekaligus memahami konsekuensi resiko jika melanggar atuaran.
e Bermasyarakat 13 tahun . Tahap ini merupakan tahap dimana anak dipandang telah siap memasuki kondisi kehidupan di masyarakat.Anak
diharapkan telah siap bergaul di masyarakat dengan bekal pengalaman-
41
pengalaman yang dilalui sebelumnya. Setidaknya ada dua nilai penting yang harus dimiliki anak walaupun masih bersifat awal atau belum sempurna, yaitu: 1
Integritas; dan 2 kemampuan beradaptasi. Jika tahap-tahap pendidikan karakter dapat dilakukan dengan baik maka
pada tingkat usia berikutnya tinggal menyempurnakan dan mengembangkannya.
2.1.5 Kegiatan untuk mengembangkan bakat, minat, dan karakter