4.1.2.2.5 Waktu penyelesaian Operasi Sidik Sengketa
Berdasarkan waktu penyelesaiannya, bahwa dalam menangani kasus sengketa pertanahan diatas yang berindikasi pidana, mulai dari tahun 2008
sampai dengan 2011 melalui Operasi Tuntas Sengketa waktu yang diperlukan atau digunakan untuk melakukan penanganannya yaitu 3 dua bulan atau 90
hari. Dalam pelaksanaan Operasi Sidik Sengketa, waktu penenganannya telah ditetapkan dengan Surat Perintah Kepala Badan Pertanahan Nasional RI
tahun 2008 tanggal 14 Pebruari 2008 Nomor : PO. 01 PBN-RI11 2008 tentang Operasi Tuntas dan Sidik Sengketa.
4.1.2.3 Hasil
Efektifitas merupakan gambaran tingkat keberhasilan atau keunggulan dalam mencapai sasaran yang telah ditetapkan dan adanya keterikatan antara nilai-nilai
yang bervariasi. Data kasus masalah sengketa dan konflik pertanahan yang telah ditangani oleh Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Tengah
tahun 2006 sampai dengan 2011 dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 21. Jumlah Penanganan Kasus Masalah Sengketa dan Konflik Pertanahan
Tahun Penanganan Sengketa
Tahun Operasi Tuntas dan Sidik
Sengketa
Target Realisasi
Prosentase Target
Operasi Realisasi
Prosentase
2006 367 kasus 219 kasus 59,7
2008 258 kasus 258 kasus 100
2007 292 kasus 117 kasus 40
2009 132 kasus 132 kasus 100
2010 90 kasus
88 kasus 97,7
2011 147 kasus 118 kasus 80,2
jumlah 659
336 51
jumlah 627 kasus 596 kasus 94,7
Sumber data : Kanwil BPN Jawa Tengah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa penanganan sengketa pertanahan sebelum ada operasi tuntas dan sidik sengketa yaitu tahun 2006 mencapai 59,7
atau 219 kasus masalah pertanahan dapat terselesaiakan, dan 148 kasus belum terselesaiakan, tahun 2007 mencapai 40 atau 117 kasus masalah pertanahan
dapat terselesaiakan, dan 175 kasus belum terselesaiakan. Pada pelaksanaan Operasi Tuntas dan Sidik Sengketa di Kantor wilayah
Badan Pertanahan Nasional Propinsi Jawa Tengah yang dimulai pada tahun 2008 mencapai 99,2 atau 256 kasus sengketa pertanahan yang ditangani melalui
operasi tuntas dan sidik sengketa dapat terselesaikan, dan 2 kasus belum terselesaiakan, tahun 2009 mencapai 100 atau 132 kasus sengketa pertanahan
yang ditangani melalui operasi tuntas dan sidik sengketa dapat terselesaikan, sedangkan tahun 2010 mencapai 97,7 atau 90 kasus sengketa pertanahan yang
ditangani melalui operasi tuntas dan sidik sengketa dapat terselesaikan 88 kasus dan 2 kasus belum terselesaiakan, tahun 2011 mencapai 94,7 atau 147 kasus
sengketa pertanahan sengketa pertanahan yang ditangani melalui operasi tuntas dan sidik sengketa dapat terselesaikan 118 kasus, dan 29 kasus belum
terselesaikan. Dari jumlah obyek Penanganan Kasus Masalah Sengketa dan Konflik
Pertanahan, sebelum ada operasi tuntas dan sidik sengketa 51 atau 336 kasus sengketa dapat terselesaiakan, dan masih 49 atau 323 kasus yang belum
terselesaiakan dari jumlah kasus yaitu 659 kasus, sedangkan penanganan kasus masalah sengketa dan konflik pertanahan melalui operasi tuntas dan sidik
sengketa mencapai 94,7 atau 594 kasus sengketa pertanahan yang sudah terselesaikan, jadi jumlah kasus sengketa pertanahan yang belum terselesaikan
5,3 atau 33 kasus dari jumlah 627 kasus yang ada. Melihat data tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa jumlah
penanganan sengketa pertanahan melalui operasi tuntas dan sidik sengketa selama kurang lebih 4 tahun sudah mencapai 594 kasus sengketa pertanahan dari target
operasi pelaksanaan yakni 627 kasus. Hal tersebut menandakan bahwa hasil yang dicapai pelaksanaan operasi tuntas dan sidik sengketa sudah sesuai dengan target
mengingat hasilnya lebih besar.
4.1.3 Faktor Pendukung Pelaksanaan Operasi Tuntas Sengketa dan Operasi