Republik Indonesia. Dalam penyelesaian sengketa pertanahan yang berindikasi pidana melalui Operasi Sidik Sengketa ini, jangka waktu penyelesaiannya
adalah 90 hari.Mediasi, Solusi Masalah Tanah 2008www.Suara Merdeka.com.
2.4.2 Dasar Pelaksanaan Operasi Tuntas Sengketa dan Operasi Sidik
Sengketa
Pelaksanaan Operasi Tuntas dan Sidik Sengketa mengacu pada Undang- undang nomor 5 tahun 1960 tentang pokok-pokok Agraria, TAP MPR
No.IXMPR2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam,
pasal 5,
Peraturan Presiden No.10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional,
Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No.34 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah
Pertanahan, serta Kesepakatan bersama antara Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor : 3-
SKB-BPN RI-2007 No.Pol : B576III2007, tentang Penanganan Masalah Pertanahan.
Dengan keluarnya Perturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional struktur Badan Pertanahan Nasional sekarang berubah, di
Badan Pertanahan Nasional Pusat terdiri dari seorang Kepala yang memimpin Badan Pertanahan Nasional, Sekretaris Utama sebagai unsur pimpinan, dan
Inspektorat Utama sebagai unsur pengawasan, serta lima orang Deputi salah satunya adalah Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik
Pertanahan. Selama ini Badan Pertanahan Nasional tidak memiliki organ khusus yang berwenang kuat dalam mengurai dan menangani konflik atau sengketa
pertanahan. Peraturan presiden tersebut memastikan ada Deputi khusus yang menangani sengketa atau konflik pertanahan. Deputi ini tentu menjadi unsur
terpenting dalam menjawab kehausan korban konflik agraria di tanah air. Sebagai realisasinya, dalam Pasal 22 Peraturan Presiden No.10 Tahun
2006 tentang Badan Pertanahan Nasional dibentuk Deputi Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan yang bertugas merumuskan
dan melaksanakan Kebijakan di Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa dan Konflik Pertanahan dan berfungsi menyelenggarakan pengkajian dan pemetaan
secara sistematis berbagai masalah, sengketa, dan konflik pertanahan. Berdasarkan Perpres No.10 tahun 2006 pasal 23 Deputi Bidang Pengkajian
dan Penanganan Sengketa dan Konflik pertanahan dalam melaksanakan tugas, menyelenggarakan fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengkajian dan penanganan
sengketa dan konflik pertanahan; 2.
Pengkajian dan pemetaan secara sistematis berbagai masalah, sengketa, dan konflik pertanahan;
3. Penanganan masalah, sengketa dan konflik pertanahan secara hukum
dan non hukum. 4.
Penanganan perkara pertanahan; 5.
Pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah, sengketa dan konflik pertanahan melalui bentuk mediasi, fasilitasi dan lainnya;
6. Pelaksanaan putusan-putusan lembaga peradilan yang berkaitan dengan
pertanahan. 7.
Penyiapan pembatalan dan penghentian hubungan hukum antara orang,danatau badan hukum dengan tanah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan yang berlaku. Dalam menjalankan tugasnya, Bidang Pengkajian dan Penanganan Sengketa
dan Konflik Pertanahan mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No.34 Tahun 2007 tanggal 12 Juni 2007 tentang
Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan. Dalam
rangka melaksanakan percepatan penyelesaian sengketa pertanahan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia telah menandatangani Keputusan
Kerjasama atau MoU dengan Badan Pertanahan Nasional BPN.
2.5 Kerangka Berfikir
- Undang-Undang No.5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria pasal 2 ayat 1,2
- TAP MPR No.IXMPR2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber
Daya Alam, pasal 5 -
Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional -
Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia No. 34 tahun 2007 tentang Petunjuk Teknis Penanganan dan Penyelesaian Masalah Pertanahan
-
Kesepakatan bersama antara Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor : 3-SKB-BPN RI-2007 No.Pol :
B576III2007, tengtang Penanganan Masalah Pertanahan
.
Operasi Tuntas dan Sidik Sengketa OPTUSTA
Operasi Tuntas Sengketa : Kerjasama BPN RI dengan Ombudsman,
penanganan sengketa tanah melalui Mediasi
Operasi Sidik Sengketa : Kerjasama BPN RI dengan POLRI penanganan
sengketa tanah yang terdapat unsur Pidana.
Ruang Lingkup Operasi Tuntas Sengketa : -Struktur Tim Operasi Tuntas Sengketa
-Dasar Pelaksanaan -Kasus yang di tangani
-Tipologi Permasalahan -Kasus berdasarkan Karakteristik Pihak yang
bersengketa -Pemetaan Maslah berdasarkan sebaran kasus
-Pemetaan masalah berdasarkan waktu penyelesaian
Ruang lingkup Operasi sidik sengketa: -Dasar pelaksanaan
-Tugas dan fungsi Tim Ad Hoc -Administrasi dan Kendali Operasi sidik
sengketa -Operasi Sidik sengketa berdasarkan Sebaran
Kasus -Tindak Pidana dalam Pelaksanaan Operasi
Sidik Sengketa -Waktu penyelesaian Operasi Sidik Sengketa
Pelaksanaan Operasi Tuntas dan Sidik Sengketa OPTUSTA Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
Provinsi Jawa Tengah
Faktor Penghambat Operasi Tuntas dan Sidik Sengketa
Faktor Pendukung Operasi Tuntas dan Sidik Sengketa
Efektifitas Pelaksanaan Operasi Tuntas dan Sidik Sengketa