Fund. Secara prinsip program-program tersebut digunakan untuk mencegah deforestrasi lahan yang menyebabkan lepasnya carbon di atmosfer. Untuk
mekanisme non-kyoto atau dikenal dengan pasar sukarela karbon baru dapat diakses pasca berakhirnya kesepakatan Protokol Kyoto atau setelah tahun 2012,
sehingga dapat disimpulkan bahwa, masuknya berbagai dana karbon non-kyoto kepada negara ketiga atau negara berkembang, termasuk Indonesia merupakan
sebatas isu dan wacana. Sedangkan mekanisme CDM hanya dapat diakses oleh korporasi atau industri yang bersedia menurunkan emisinya.
37
Penafsiran lainnya mengenai perdagangan karbon dapat kita lihat dalam ketentuan nasional, seperti
Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2008 tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim DNPI. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 46 Tahun 2008 tentang
Dewan Nasional Perubahan Iklim DNPI, Perdagangan Karbon diartikan sebagai kegiatan jual beli sertifikat pengurangan emisi karbon dari kegiatan mitigasi
perubahan iklim.
38
B. Hal-Hal yang Melatarbelakangi Perdagangan Karbon
Diciptakan dan dilaksanakannnya mekanisme perdagangan karbon sebenarnya memiliki kaitan yang sangat erat dengan terjadinya pemanasan global
atau Global Warming saat ini. Hal ini disebabkan karena Pemanasan Global Global Warming inilah yang melatarbelakangi adanya mekanisme perdagangan
karbon atau dengan kata lain mekanisme perdagangan karbon yang dilakukan oleh negara-negara pada masa sekarang ini merupakan bagian dari serangkaian cara
37
Artikel Perdagangan Karbon di Aceh, dipostkan oleh Dewa Gumay pada 07202008, diakses dari https:dewagumay.wordpress.com20080720perdagangan-karbon-di-hutan-aceh
38
Pasal 1 butir ke-6 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2008 tentang Dewan Nasional Perubahan Iklim
dalam mencegah dan menanggulangi dampak atau akibat dari pemanasan global Global Warming yang terjadi melalui pemotongan jumlah atau kuota gas rumah
kaca yang tersebar di atmosfer. Salah satu dampak yang paling nyata dirasakan dari adanya Pemanasan
Global adalah perubahan iklim. Perubahan iklim yang terjadi mempengaruhi kondisi dan keadaan lingkungan secara global, yang secara tidak langsung
mempengaruhi kehidupan mahluk hidup yang tinggal di dunia ini. Para ilmuwan berpendapat perubahan iklim terjadi karena terjadi kenaikan suhu atmosfer bumi,
atau yang biasa disebut pemanasan global Global Warming. Pemanasan global menyebabkan keseimbangan sistem iklim terganggu dan mengubah iklim bumi
kita. Ribuan penelitian telah hampir dapat memastikan bahwa pemanasan global ini diakibatkan oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer bumi.
Gas rumah kaca adalah jenis-jenis gas yang dapat memerangkap radiasi matahari yang sebagian seharusnya dipantulkan lagi oleh bumi. Semakin tinggi konsentrasi
gas rumah kaca di atmosfer, semakin tinggi pula radiasi energi matahari diperangkapnya, sehingga mengakibatkan peningkatan suhu atmosfer. Inilah
fenomena yang dikenal dengan istilah efek rumah kaca greenhouse effect.
39
Terjadinya fenomena efek rumah kaca yang berdampak pada timbulnya pemanasan global yang mengakibatkan perubahan iklim di bumi ini sebenarnya
sangat dipengaruhi oleh aktivitas kehidupan manusia. Banyak aktivitas yang dilakukan manusia sejak berkembangnya perindustrian yang menghasilkan gas
rumah kaca, sehingga volume gas rumah kaca yang dihasilkan dari aktivitas atau kegiatan manusia tersebut melebihi volume atau kadar gas rumah kaca yang
39
Tim Penulis Dewan Nasional Perubahan Iklim, Ibid., hal.9
seharusnya dapat diterima dan dipantulkan kembali oleh bumi secara normal. Hal ini menyebabkan sebagian gas rumah kaca tersebut terperangkap dalam atmosfer
bumi dan mengakibatkan peningkatan suhu rata-rata di bumi. Hal inilah yang mengakibatkan suhu di bumi semakin panas dan terjadinya perubahan iklim di
bumi, yang mana perubahan iklim ini membawa dampak yang buruk bagi kehidupan mahluk hidup di bumi.
Berbagai bentuk kegiatan atau aktivitas manusia yang dapat menyebabkan peningkatan kadar atau volume gas rumah kaca di bumi terdapat di berbagai
sektor kehidupan. Hal ini dapat kita lihat secara nyata, seperti pada sektor perindustrian, dimana pada sektor ini, banyak kegiatan industri yang
menghasilkan gas buangan ke udara, yang berupa gas rumah kaca. Selain itu, masih ada beberapa pengusaha yang tidak mengikuti aturan dan tidak
menggunakan teknologi penyaring gas buangan tersebut sebagaimana mestinya, sehingga gas hasil buangan ke udara menjadi polusi udara yang dapat merusak
atmosfer dan menimbulkan kenaikan volume gas rumah kaca. Di sisi lan, seperti pada sektor transportasi, banyak pemakaian transportasi yang kurang atau tidak
efisien di tengah-tengah masyarakat, sehingga menyebabkan meningkatnya gas rumah kaca dari buangan asap kendaraan bermotor. Contoh lainnya dapat dilihat
pada sektor energi, dimana masih banyaknya pembangkit energi yang masih menggunakan bahan bakar fosil, dimana proses pembakaran fosil ini
menimbulkan emisi gas rumah kaca. Selain itu, pola tingkah kehidupan masyarakat sehari-hari yang kurang efisien dalam memakai dan mengelola energi
serta kurangnya rasa tanggung jawab dan kesadaran dalam merawat alam lingkungan sekitar, merupakan salah satu penyebab tidak langsung dari
meningkatnya emisi gas rumah kaca. Pola tingkah ini, dapat dilihat dengan masih banyaknya manusia yang tidak menggunakan energi secara efisien atau cenderung
menggunakan energi yang ada secara boros, seperti penggunaan energy listrik dan air. Di lain pihak, masih adanya perilaku manusia yang melakukan penebangan
liar di hutan-hutan, padahal hutan berfungsi sebagai paru-paru bumi, dimana tanaman-tanaman dan pohon-pohon yang yang ada di dalamnya dapat membantu
menyerap emisi gas rumah kaca di bumi. Pemerintah suatu negara juga memiliki andil dalam menyebabkan
perubahan iklim yang melatarbelakangi munculnya mekanisme perdagangan karbon ini. Pengeloalan negara oleh pemerintah yang mengedepankan aspek
pembangunan demi peningkatan ekonomi negara, dengan mengesampingkan aspek lingkungan memiliki dampak yang luas dan besar terhadap rusaknya
lingkungan, termasuk dampaknya bagi munculnya fenomena gas rumah kaca. Contoh kebijakan-kebijakan pemerintah, seperti tata kelola dan tata letak wilayah
yang tidak sesuai peruntukkannya, kurangnya lahan hijau, pengelolaan dan konservasi hutan yang kurang baik dan bijak menjadi penyebab tidak langsung
naiknya emisi gas rumah kaca. Selanjutanya, masih kurangnya instrumen hukum dalam mengatur tentang emisi gas rumah kaca maupun pengawasan pelaksanaan
instrumen hukum yang telah ada menyebabkan kurangnya kinerja hukum dalam menangani masalah gas rumah kaca yang berdampak perubahan iklim ini.
C. Pengaturan Hukum Internasional tentang Perdagangan Karbon