B. Subjek dan Objek Hukum di dalam Perjanjian Kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang tentang Mekansime Kredit Bersama
untuk Pertumbuhan Rendah Karbon.
1. Subjek Hukum Perjanjian JCM Indonesia – Jepang
Secara garis besar, pihak-pihak yang menjadi subjek hukum internasional dalam perjanjian bilateral di bidang lingkungan hidup ini adalah pihak Pemerintah
Indonesia dan Jepang. Kedua pihak ini saling melakukan kerjasama dalam pelaksanaan perjanjian ini melalui Kementerian dan perwakilan yang berasal dari
masing-masing negara. Kementerian dan perwakilan yang terlibat dalam pelaksanaan perjanjian ini, dari pihak negara Jepang sendiri diantaranya adalah
Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia, Kementerian Ekonomi, Perdagangan, dan Industri Jepang, Kementerian Lingkungan Hidup Jepang, Kementerian Luar
Negeri Jepang, Kementerian Agrikultur, Kehutanan, dan Perikanan Jepang, dan juga Japan International Cooperation Agency JICA. Di pihak Indonesia sendiri,
beberapa kementerian dan perwakilan Indonesia yang terlibat dalam implementasi perjanjian ini adalah Kementeriaan Koordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia, Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia, Kementerian Perindustrian
Republik Indonesia, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Kementerian Kehutanan Republik Indonesia, dan
juga Dewan Nasional Perubahan Iklim DNPI.
63
63
http:www.jcmindonesia.comidtentang-jcmpihak-pihak
Dalam implementasinya secara langsung, selanjutnya kedua pihak atau dengan kata lain masing-masing negara melaksanakan isi perjanjian JCM ini
dengan diwakilkan oleh sekretariat JCM di masing-masing negara. Selain itu, untuk mendukung dan membantu kelancaran pelaksanaan mekanisme kredit
bersama, kedua negara membentuk suatu komite bersama yang bertugas untuk mengkoordinasikan urusan-urusan terkait pelaksanaan mekanisme kredit bersama
ini. Selain itu untuk membantu pelaksanaan dan pengawasan setiap proyek JCM yang diusulkan, selanjutnya Komite Bersama juga menunjuk suatu entitas yang
disebut juga dengan entitas pihak ketiga, yang bertugas untuk melakukan proses validasi dan verifikasi dalam pelaksanaan proyek JCM yang diusulkan.
Disamping pihak-pihak yang disebutkan di atas, mekanisme kredit bersama ini tentu saja juga diikuti oleh berbagai pihak, baik dari kalangan swasta
maupun publik yang ikut serta menjadi peserta proyek JCM dengan melalui prosedur yang diatur di dalam pedoman JCM. Peserta-peserta proyek ini tentu saja
merupakan pihak-pihak yang berasal dari Jepang maupun Indonesia.
Untuk lebih jelasnya tentang para pihak atau lembaga yang ikut dan terlibat serta secara langsung dalam pelasanaan proyek JCM ini selanjutnya akan
dibahas satu persatu secara lebih rinci. Penjelasan tentang pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut.
A. Sekretariat JCM Indonesia
Sekretariat Mekanisme Kredit Bersama Joint Crediting Mechanism, JCM Indonesia dibentuk oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian
Republik Indonesia pada bulan Februari 2014. Sekretariat ini dibentuk dengan
tujuan untuk mengelola implementasi kegiatan mekanisme kredit bersama antara Pemerintah Indonesia dan Jepang. Fungsi utama Sekretariat JCM Indonesia ini
adalah untuk mendukung Komite Bersama Joint Committee, JC dan pemangku kepentingan terkait, berperan menjadi pusat informasi dan komunikasi JCM, serta
bekerjasama dengan seluruh pemangku kepentingan dalam rangka memastikan terpenuhinya tujuan kerjasama dan kelancaran implementasi.
64
Indonesia merupakan satu-satunya negara tuan rumah JCM yang memiliki Sekretariat nasionalnya sendiri. Sekretariat JCM Indonesia yang berkedudukan di
Jakarta bekerja sama secara intensif dengan Sekretariat JCM Jepang yang berkedudukan di Tokyo. Selanjutnya, kedua secretariat, yakni Sekretariat
JCM Indonesia dan Jepang dapat secara bersama-sama: • Menyiapkan draf metodologi dan mengusulkannya kepada Komite Bersama
Joint Committee, JC • Menerima dan melakukan telaah atau peninjauan terhadap inisiatif dari
kandidat partisipan proyek JCM • Memonitor perkembangan program-program JCM, implementasi proyek,
kriteria pembangunan berkelanjutan dan pemenuhan integritas lingkungan. Selain itu, masing-masing Sekretariat dapat secara terpisah memutuskan:
• Mengembangkan kriteria pembangunan berkelanjutan dan lingkungan serta peningkatan kapasitas yang dibutuhkan
• Mengawasi perkembangan studi kelayakan JCM • Memfasilitasi partisipan-partisipan proyek dalam pembangunan kapasitas
berbasis proyek
64
http:www.jcmindonesia.comidtentang-jcmjcm-secretariat
• Membangun dan memelihara sebuah sistem pencatatanpendaftaran terhadap proyek-proyek JCM, sebagaimana dikembangkan oleh Komite Bersama
• Mendaftarkan kredit yang diterbitkan oleh Komite Bersama ke dalam sistem pencatatan registry sesuai pembagian yang ditetapkan Komite Bersama.
65
B. Komite Bersama Joint Committee, JC Komite bersama terdiri dari perwakilan yang ditunjuk oleh masing-masing
negara. Masing-masing negara menunjuk anggota Komite Bersama dari sisi masing-masing dan memberitahukan kepada pihak lainnya tentang penetapan
penunjukan ini, yang dilakukan secara tertulis. Jumlah nggota yang ditunjuk oleh masing-masing pihak untuk mewakilinya di dalam Komite Bersama tidak boleh
melebihi 10 orang. Jumlah anggota tersebut dapat berubah setiap saat, baik itu meningkat, menurun, ataupun berubah, selama mereka berada di dalam jumlah
yang diperbolehkan, dengan terlebih dahulu memberikan atau mengirimkan pemberitahuan tertulis dari kedua belah pihak.
66
Selain itu, kedua negara juga memiliki dua Co-Chairs yang ditunjuk oleh masing-masing negara, dimana dalam hal ini, salah satu Co-Chairs ditunjuk oleh
pihak Pemerintah Indonesia dan Co-Chairs lainnya ditunjuk oleh pihak Pemerintah Jepang. Penunjukan ini juga disertai dengan adanya pemberitahuan
satu sama lain. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap Co-Chair dapat menunjuk alternatif pengganti dari anggota Komite Bersama yang berasal dari masing-
masing negara, untuk melakukan fungsi Co-Chair. Penunjukan ini kemudian diberitahukan, baik secara elektronik maupun tertulis. Dalam hal Co-Chair
65
http:www.jcmindonesia.comidtentang-jcmjcm-secretariat
66
Aturan Prosedur untuk Komite Bersama Pasal 5
mengundurkan diri, pihak negara yang menunjuk Co-Chair yang mengundurkan diri tersebut akan menunjuk orang lain sebagai penggantinya.
67
Pada tahap pelaksanaannya, Komite Bersama ini mengadakan pertemuan dengan kurun waktu yang seperlunya, namun paling tidak dilakukan minimal satu
kali pertemuan dalam setahun. Co-Chairs memberikan pemberitahuan tentang tanggal setiap pertemuan tidak kurang dari dua minggu sebelum tanggal
pertemuan. Dalam hal mengadakan pertemuan seperti yang disebutkan di atas, Co-Chairs memberikan agenda setiap pertemuan dalam jangka waktu yang tidak
kurang dari dua minggu sebelum tanggal pertemuan, dan juga memberikan draft akhir dokumen untuk pertemuan dalam jangaka waktu yang tidak kurang dari lima
hari kerja sebelum tanggal pertemuan.
68
Keputusan yang dibuat oleh Komite Bersama dalam rapat kemudian diadopsi dalam bentuk kesepakatan. Dalam hal ini, Co-Chairs berperan dalam
memastikan apakah kesepakatan telah tercapai. Co-Chairs dapat menyatakan bahwa kesepakatan tidak atau belum tercapai jika ada keberatan yang dinyatakan
dengan suatu keputusan yang diusulkan oleh anggota Komite Bersama. Keputusan yang dikeluarkan oleh Komite Bersama diterbitkan dalam bahasa inggris,
dikarenakan bahasa resmi yang digunakan oleh Komite Bersama ini adalah bahasa inggris. Oleh karena itu, maka jika ada anggota Komite Bersama yang berbica
maupun mengajukan materi tentang JCM dalam bahasa lain, hendaknya memberikan penafsiran atau terjemahan tentang maksud dan tujuannya itu sesuai
dengan pemahaman yang dipahami dalam bahasa inggris.
69
67
Aturan Prosedur untuk Komite Bersama Pasal 7-8
68
Aturan Prosedur untuk Komite Bersama Pasal 9-11
69
Aturan Prosedur untuk Komite Bersama Pasal 12,13, 19, dan 20
Selain melalui jalur pertemuan resmi, pengambilan keputusan oleh Komite Bersama juga dapat dilakukan melalui jalur elektronik dan panggilan konferensi.
Komite Bersama dapat mengambil keputusan dengan cara elektronik jika semua prosedur berikut ini dibuat:
A Keputusan yang diusulkan diberitahukan oleh Co-Chairs untuk semua anggota Komite Bersama dengan cara elektronik.
B Keputusan yang diusulkan dianggap diadopsi ketika, I. Tidak ada anggota Komite Bersama yang memberikan pernyataan negatif
dengan sarana elektronik dalam waktu 20 hari kalender setelah distribusi keputusan yang diusulkan dan kedua Co-Chairs telah membuat pernyataan
afirmatif yang berarti secara elektronik, atau II. Semua anggota Komite Bersama telah membuat pernyataan afirmatif
melalui cara elektronik. Jika dalam pengambilan keputusan ini terdapat suatu pernyataan negatif yang
dibuat oleh salah satu anggota Komite Bersama, maka Co-Chairs akan mempertimbangkan pendapat anggota tersebut dan mengambil tindakan yang
dianggap tepat. Selain itu, dalam rangka membantu membuat keputusan secara elektronik, Komite Bersama juga dapat mengadakan konferensi panggilan.
70
Dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya, Komite Bersama dapat membentuk suatu panel yang dipandang perlu. Prosedur
dan ketentuan yang berlaku di dalam panel yang dibentuk tersebut diputuskan secara bersama-sama oleh Komite Bersama. Selain itu, untuk mendukung
70
Aturan Prosedur untuk Komite Bersama Pasal 16, 17, dan 18
kinerjanya, Komite Bersama juga dapat menunjuk ahli eksternal dalam membantu bagian-bagian pekerjaannya pada kasus per kasus.
71
Anggota Komite Bersama, sekretariat atau badan lain, atau orang yang telah didelegasikan oleh pekerjaannya untuk membantu Komite Bersama
diharapkan untuk dapat menghormati kerahasiaan dari semua informasi rahasia yang diperoleh dalam posisinya dan tidak membuat penyalahgunaan atau
mengungkapkan informasi rahasia tersebut kepada pihak ketiga.
72
C. Entitas Pihak Ketiga Third- Party Entity TPE’s
Entitas pihak ketiga merupakan suatu entitas yang ditunjuk oleh Komite Bersama setelah memenuhi persyaratan untuk melaksanakan proses validasi atas
proyek yang diusulkan, serta memverifikasi pengurangan atau penghapusan emisi gas rumah kaca. Calon TPE yang ingin mengajukan dirinya untuk menjadi TPE
hendaknya memiliki pengetahuan yang cukup tentang mekanisme kredit bersama yang dilakukan bersama antara Indonesia dan Jepang.
73
Para calon TPE yang hendak menjadi TPE, diharuskan memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut:
1. Agar memenuhi syarat untuk menjadi TPE dibawah JCM, kandidat atau calon entitas harus merupakan salah satu dari:
A Suatu entitas yang telah terakreditasi ISO 14065 oleh badan akreditasi, yang merupakan anggota dari Forum Akreditasi Internasional
selanjutnya disebut sebagai IAF berdasarkan ISO 14064-2; atau
71
Aturan Prosedur untuk Komite Bersama Pasal 22 dan 23
72
Aturan Prosedur untuk Komite Bersama Pasal 24
73
Pedoman Mekanisme Kredit Bersama untuk Penunjukan Sebagai Entitas Pihak Ketiga Pasal 13
B Sebuah Badan Operasional yang ditunjuk selanjutnya disebut sebagai DOE dari Mekanisme Pembangunan Bersih selanjutnya disebut
sebagai CDM. 2. Calon entitas ditujukan untuk melakukan validasi terhadap proyek JCM atau
verifikasi kegiatan JCM, yang mana diakreditasi atau ditunjuk sesuai dengan ketentuan di atas. Sedangkan, untuk lingkup sektoral ditentukan oleh Komite
Bersama sejalan dengan ketentuan di bawah ini. lingkup sektoral untuk JCM didasarkan pada para pihak dari CDM.
3. Persyaratan untuk calon entitas di dalam lingkup sektoral ditentukan sebagai berikut:
A Calon entitas yang terakreditasi dibawah ISO 14065 dan telah memenuhi syarat untuk lingkup sektoral, sebagaimana ditentukan oleh Komite
Bersama dengan mempertimbangkan kompertensi sektoral mereka, seperti yang dijelaskan dalam aplikasi mereka.
B Calon entitas yang merupakan DOE, memenuhi syarat untuk lingkup sektoral, yang mana ditetapkan mereka sebagai DOE.
74
Calon Entitas Pihak Ketiga TPE’s yang ingin menjadi Entitas Pihak Ketiga secara resmi, dibawah JCM, harus memenuhi segala proses pengajuan atau
penunjukan atas dirinya oleh Komite Bersama. Proses pengajuan diri untuk menjadi Entitas Pihak Ketiga ini dilakukan melalui beberapa tahap. Pada tahapan
awal, calon entitas dapat mengajukan formulir permohonan untuk menjadi TPE melalui Sekretariat JCM. Pada saat mengajukan formulir permohonan tersebut,
74
Pedoman Mekanisme Kredit Bersama untuk Penunjukan Sebagai Entitas Pihak Ketiga Pasal 10- 12
calon entitas diwajibkan untuk menunjukkan secara jelas semua lingkup sektoral yang hendak ditunjuknya dalam bentuk formulir aplikasi. Selain itu, jika calon
entitas hendak mengajukan dirinya untu lingkup sektoral tambahan di bawag JCM, maka calon entitas tersebut dapat mengajukan formulir aplikasi dan mencari
istilah yang tepat untuk ruang lingkup sektoral tersebut. Selanjutnya, Sekretariat JCM akan memeriksa apakah formulir pengajuan yang diajukan oleh calon entitas
telah selesai, dan kemudian akan memberitahukan hasilnya kepada calon entitas dalam kurun waktu 7 hari setelah diterimanya formulir pengajuan. Ketika aplikasi
telah dianggap selesai, Komite Bersama akan menetukan apakah akan menunjuk calon entitas untuk menjadi Entitas Pihak Ketiga atau menolak aplikasi yang
diajukan calon entitas. Setelah itu, Sekretariat JCM akan memberitahukan hasil keputusan bagi calon entitas tersebut dan membuat informasi yang relevan dari
TPE yang ditunjuk dan lingkup sektoral tersedia untuk umum melalui website JCM.
75
Dalam pelaksanaan mekanisme kredit bersama ini, Komite Bersama dapat menunda atau mencabut penunjukan TPE. Namun dalam melakukan hal ini, harus
dipenuhi beberapa situasi atau kondisi, yang melatarbelakangi penundaan atau pencabutan penunjukan TPE. Situasi atau kondisi yang dimaksud adalah ketika
kinerja TPE, yang berada di bawah JCM ini, ditemukan tidak sesuai dengan review yang dilakukan oleh Komite Bersama dan ketika suatu entitas tidak dapat
lagi memenuhi persyaratan untuk menjadi Entitas Pihak Ketiga, sebagaiman telah dijelaskan sebelumnya. Pada saat Komite Bersama menunda penunjukan TPE,
75
Pedoman Mekanisme Kredit Bersama untuk Penunjukan Sebagai Entitas Pihak Ketiga Pasal 14- 17
Komite Bersama dapat memutuskan untuk menunda penunjukan TPE secara keseluruhan ataupun sebagian saja.
76
Tindakan Komite Bersama yang menunda ataupun mencabut penunjukan TPE disertai dengan beberapa prosedur yang harus diikuti dalam rangka
mengkoordinasikan dampak penundaan dan pencabutan TPE ini terhadap keadaan proyek JCM yang sedang berjalan, Beberapa prosedur yang dimaksud adalah
sebagai berikut: 1. Ketika Komite Bersama memutuskan untuk menunda atau mencabut
penunjukan dari suatu TPE, maka Sekretariat JCM akan membuat nama dari TPE yang ditunda atau dicabut penunjukannya dan alasan yang penundaan
atau penarikan tersebut tersedia untuk umum melalui situs JCM, tanpa penundaan.
2. Ketika TPE ditunda atau ditarik penunjukannya, TPE memberitahu semua organisasi yang terkena dampak, termasuk peserta proyek, yang mana TPE
berada di bawah kontrak untuk melakukan validasi JCM dan atau kegiatan verifikasi pada saat penundaan atau penarikan.
3. Ketika TPE ditunda, TPE dapat terus melanjutkan kegiatan validasi danatau verifikasi JCM yang sedang berjalan, dalam rangka memenuhi kontrak yang
berlaku pada saat penundaannya. 4. Ketika TPE telah ditarik, TPE tidak akan melanjutkan setiap kegiatan validasi
danatau verifikasi JCM. 5. Proyek yang telah divalidasi atau diverifikasi oleh TPE pada saat penundaan
atau penarikan penunjukannya tidak terpengaruh oleh penundaan atau
76
Pedoman Mekanisme Kredit Bersama untuk Penunjukan Sebagai Entitas Pihak Ketiga Pasal 17- 18
penarikan penunjukan TPE tersebut. Namun, Komite Bersama dapat melakukan tindakan untuk proyek-proyek tersebut.
77
Suatu entitas pihak ketiga yang telah ditunda maupun ditarik penunjukannya oleh Komite Bersama dapat mengembalikan kedudukannya
semula sebagai entitas pihak ketiga atau TPE. Ketika TPE yang ditunda status penunjukannya, menyusul adanya peninjauan oleh Komite Bersama, ingin
dipulihkan kembali di bawah JCM, TPE tersebut dapat mengajukan formulir aplikasi dan dokumen yang menjelaskan tindakan korektif untuk penyebab
penundaannya. Kemudian Komite Bersama akan memutuskan apakah akan mengembalikan TPE berdasarkan dokumen yang disampaikan tersebut. Namun,
dalam hal TPE ditunda status penunjukannya karena berhenti memenuhi kondisi persyaratan, kemudian memperbaiki dirinya dengan cara memenuhi persyaratan,
dan selanjutnya TPE tersebut ingin dipulihkan di bawah JCM, maka dapat mengajukan formulir aplikasi. Komite Bersama memutuskan apakah akan
mengembalikan TPE tersebut. Jika Komite Bersama memutuskan bahwa status penudaan penunjukan dari TPE tersebut dihapus, maka Sekretariat JCM akan
membuat nama TPE dipulihkan, dan tersedia untuk umum melalui situs JCM, tanpa penundaan. Di sisi lain, perihal penarikan penunjukan TPE, TPE yang telah
ditarik penunjukannya dapat memulihkan keadaannya semula dengan cara mendaftar ulang sesuai dengan prosedur yang diuraikan sebelumnya.
78
Selain dapat ditunda dan ditarik penunjukannya oleh Komite Bersama, TPE juga dapa secara sukarela menarik dirinya atas penunjukan dirinya sebagai
77
Pedoman Mekanisme Kredit Bersama untuk Penunjukan Sebagai Entitas Pihak Ketiga Pasal 26- 30
78
Pedoman Mekanisme Kredit Bersama untuk Penunjukan Sebagai Entitas Pihak Ketiga Pasal 35- 36
TPE oleh Komite Bersama. Sebuah TPE dapat menarik aplikasi untuk penunjukan atau status peruntukannya dengan mengirimkan permintaan kepada Komite
Bersama melalui Sekretariat JCM. Dalam hal penarikan diri secara sukarela ini, TPE akan menginformasikan tentang penarikan dirinya secara sukarela ini kepada
setiap organisasi yang terkena dampak dari penarikan aplikasi untuk penunjukan atau status peruntukannya. Penarikan sukarela dari penunjukan sebagai TPE tidak
membebaskan TPE dari perjanjian atau kesepakatan kontrak dengan klien atau dengan Sekretariat JCM, termasuk biaya yang berkaitan dengan penilaian yang
dilakukan sebelum penarikan penunjukan TPE.
79
2. Objek Hukum Perjanjian JCM Indonesia - Jepang