b. Konvensi tentang Keanekaragaman Hayati the Biodiversity Convention. c. Konvensi tentang Perubahan Iklim the Climate Change Convention.
d. Agenda 21, sebuah dokumen berjumlah 800 halaman, yang berisi “cetak biru”
pembangunan berkelanjutan di abad ke-21. e. Prinsip-prinsip pengolahan hutan yang tidak mengikat.
f. Pengembangan lebih lanjut instrumen-instrumen hukum dari Konvensi tentang Desertifikasi, Konvensi Pencemaran Laut yang Bersumber dari Daratan.
g. Perjanjian untuk membentuk Komisi tentang Pembangunan Berkelanjutan yang tugasnya memantau pelaksanaan kesepakatan-kesepakatan Rio dan Agenda
21.
19
B. Ruang Lingkup Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan Hidup
1. Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan Hidup yang bersifat Multilateral
Perjanjian Internasional yang bersifat Multilateral merupakan suatu perjanjian internasional yang disepakati atau disetujui secara sah oleh para pihak
yang terkait di dalamnya, dimana jumlah para pihak yang ikut serta tersebut adalah lebih dari dua subjek hukum internasional. Kaidah hukum yang terkandung
di dalam perjanjian multilateral ini dapat bersifat khusus maupun umum. Dikatakan bersifat khusus, karena coraknya yang tertutup, yaitu kaidah hukum
yang terdapat dalam perjanjian multilateral hanya mengatur masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan-kepentingan para pihak yang merupakan
19
Prof.Dr.Takdir Rahmadi, S.H., LLM., Hukum Lingkungan di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo
Persada , 2011, hal. 13
peserta perjanjian multilateral tersebut, Sedangkan perjanjian multilateral yang bersifat umum memiliki corak yang terbuka, yaitu bahwa hal-hal yang diatur
dalam perjanjian itu tidak hanya mengatur masalah-masalah terkait kepentingan para peserta perjanjian tersebut, melainkan juga kepentingan pihak ketiga atau
pihak lainnya. Perjanjian multilateral yang bersifat terbuka ini membuka kemungkinan bagi pihak ketiga atau pihak lainnya untuk ikut serta manjadi bagian
dalam perjanjian ini. Perjanjian internasional di bidang lingkungan hidup sekarang ini pun semakin berkembang dan untuk perjanjian yang bersifat
multilateral sering disebut dengan istilah Multilateral Enviromental Agreement MEA. MEAs merupakan perjanjian internasional yang hidup living agreement
dan berkembang sesuai dengan dinamika masyarakat internasional.
20
Perjanjian multilateral pertama kali dibentuk untuk manangani masalah perdagangan gading
dan perlindungan habitat hewan dan tumbuhan yang dilakukan di benua Afrika, dimana sebagai upaya untuk menangani masalah ini diadakan lah pertemuan
negara-negara kolonial di Afrika Inggris, Perancis, Jerman, Belgia Kongo, yang kemudian menghasilkan suatu konvensi, yaitu London Convention, yang
ditandatangani pada tanggal 19 Mei 1900. Selanjutnya, perkembangan perjanjian multilateral di bidang lingkungan hidup muncul terkait adanya perburuan mamalia
laut ikan paus, sehingga untuk mencegah hal ini, disepakatilah Convention for the Regulation of Whaling tahun 1911, yang kemudian diperbaharui dengan
International Agreement for International Convention for the Regulation of Whaling pada 2 Desember 1946, yang memuat pembentukan Komisi Ikan Paus
Internationa International Whaling Commision. Pada tahap selanjutnya,
20
Andreas Pramudianto,Op.Cit., hal.70
perjanjian multilateral di bidang lingkungan hidup berkembang sesuai dengan kebutuhan global dan kasus-kasus lingkungan hidup yang terjadi. Perkembangan
itu dapat dilihat dengan adanya pengaturan global mengenai perkembangan teknologi, tenaga nuklir, limbah pembuangan, perlindungan satwa dan fauna, serta
kebutuhan global lainnya. Kasus-kasus lingkungan internasional seperti kasus nuklir Chernobyl, kasus limbah B3 Seveso, dan kasus-kasus lainnya, juga
membuat para subjek internasional untuk bersama-sama melakukan perundingan dan membuat perjanjian dalam rangka mencegah dan menanggulangi kasus-kasus
serupa. Kemudian, hadirnya Deklarasi Stockholm 1992 dan terbentuknya UNEP, semakin mendorong pembentukan perjanjian internasional di bidang lingkungan
hidup, seperti disetujuinya London Dumping Convention, yang merupakan tahap awal terbentuknya MEA, dan disusul dengan perjanjian-perjanjian lainnya, seperti
Convention on International Trade in Endangered Species CITIES tahun 1973, International Convention for the Prevention of Pollution by Ships, 1973,
MARPOL 1978, Bonn Convention 1979, United Nations on the Law of the Sea UNCLOS 1982, Convention on the Protection of the Ozone Layer 1985,
Protokol Montreal 1987, hingga Basel Convention tahun 1989. Selanjutnya setelah KTT Bumi 1992, UNEP mendorong terbentuknya beberapa MEA seperti
United Nations Framework Convention on Climate Change atau UNFCCC 1992, United Nations Convention in Biological Diversity atau UNCBD 1992, United
Nations Convention to Combat Desertification atau UNCCD 1994, dan beberapa perjanjian internasional lainnya. Selain itu, pada era ini beberapa produk hukum
internasional berupa protokol juga berkembang, seperti Protocol to the London Dumping Convention 1996, Kyoto Protocol 1997, Protocol to the Basel
Convention atau Liability Protocol 1999, dan Biosafety Protocol tahun 2000. Setelah KTT Johanesburg tahun 2000 hingga Rio plus 20 tahun 2012, tidak
banyak MEA yang berhasil disepakati, kecuali di tahun 2013 Minamata Convention on Mercury.
21
Perkembangan MEA selanjutnya ditandai dengan sibuknya pertemuan-pertemuan rutin para peserta perjanjian, pertemuan teknis
dengan para ahli, dan pertemua badan-badan MEA. Selain itu, adanya keterkaitan antar perjanjian internasional antara satu dengan yang lainnya, menyebabkan
dibentuknya suatu badan yang mengkkordinasi beberapa perjanjian internasional di satu bidang yang sama.
2. Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan Hidup yang Bersifat Regional Perjanjian regional merupakan kesepakatan-kesepakatan atau persetujuan-
persetujuan yang dilakukan dua negara atau lebih yang berada dalam satu wilayah atau kawasan regional tertentu. Di bidang lingkungan hidup terdapat juga bentuk
perjanjian regional yang dibentuk oleh negara-negara suatu kawasan regional tertentu yang membahas masalah-masalah tertentu yang terjadi di wilayah
regionalnya. Beberapa masalah-masalah lingkungan hidup yang dijadikan pokok permasalahan di dalam perjanjian regional adalah mengenai pertanian, perikanan,
pelestarian flora dan fauna, dampak pemakaian atomnuklir pada lingkungan, hujan asam, dan berbagai masalah lainnya. Perjanjian-perjanjian regioanal seperti
di atas secara lebih lengkap dapat dilihat di dalam tabel berikut:
21
Andreas Pramudianto,Op.Cit., hal.70
Contoh Perjanjian Internasional Regional No
Nama Perjanjian Internasional Tahun
Regional 1
International Convention for the Protection Birds
1950 Eropa
2 Convention
for Estabilishment
of the
European and Mediterranean Plant Protection Organization
1951 Eropa
3 Plant Protection Agreement for the South East
Asia and the Pacific Region 1956
Asia –
Pasifik 4
Convention of the African Migratory Locust Organization
1962 Afrika
5 Agreed Measure for the Conservation of
Antartic Fauna and Flora 1964
Antartika
6 Convention the Protection Animal During
International Transport 1968
Eropa
7 Agreement on the Conservation of Polar Bear
1973 Artik
8 Convention on Conservation of Nature in the
South Pacific 1976
Pasifik Selatan
9 Kuwait Regional Convention for Cooperation
on the Protection of the Marine Environment from Pollution
1978 Timur
Tengah
10 Convention on the Conservation European Wildlife and Natural Habitat
1979 Eropa
11 Convention on the Conservation Management of the Vicuna
1979 Amerika
Latin 12 Convention Nature Conservation and
Landscape Protection 1982
Eropa
13 ASEAN Agreement on the Conservation of Nature and Natural Resources
1985 Asia
Tenggara
14 Convention on the Ban of Import into Africa and the Control of Transboundary Movement
and Management of Hazardous Wastes Within Africa
1991 Afrika
Sumber: Danusaputro 1982 dan UNEP 2006 dalam Pramudianto 2008
Pembentukan perjanjian internasional di tingkat regional akan sangat membantu di tingkat global terutama dalam proses penanganan dampak yang muncul dari
kegiatan regional. Di sisi lain, diplomasi lingkungan tidak berhenti atau selesai ketika perjanjian internasional itu telah disepakati. Pertemuan-pertemuan
berikutnya akan terus dilakukan sepanjang berlakunya perjanjian internasional tersebut melalui perangkat Confrence of Parties CoP, Meeting of the Parties
MOP, Intersessional Meeting, Subsidary Bodies Meeting, Adhoc Working Group Meeting, dan lain-lain.
22
3. Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan Hidup yang Bersifat Bilateral Perjanjian Internasional yang bersifat Bilateral merupakan perjanjian
internasional yang dibuat atau dibentuk berdasarkan kesepakatan dua subjek
22
Pramudianto, Op.Cit, hal.99
hukum internasional saja. Kaidah hukum yang terdapat dalam perjanjian bilateral bersifat khusus dan tertutup Closed Treaty. Perjanjian ini dikatakan bersifat
khusus karena isi dan segala ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam perjanjian tersebut hanya berlaku bagi kedua pihak yang bersangkutan saja,
sedangkan yang dimaksudkan dengan bersifat tertutup adalah bahwa, perjanjian ini menutup kemungkinan masuknya pihak ketiga atau pihak lainnya untuk ikut
serta di dalam perjanjian ini. Perjanjian Bilateral di bidang lingkungan hidup sering juga disebut dengan istilah Bilateral Enviromental Agreement BEAs.
Perjanjian internasional bilateral ini umumnya lahir dari adanya diplomasi bilateral bilateral diplomacy antar kedua negara yang saling bersangkutan,
karena adanya suatu permasalahan yang berkaitan dengan kepentingan masing- masing negara. Diplomasi bilateral merupakan diplomasi yang dilakukan oleh dua
negara dalam hubungan internasional secara tertutup atau rahasia.
23
Selain itu, diplomasi bilateral dapat juga diartikan sebagai hubungan antara dua pihak
dimana mereka saling bertemu untuk membicarakan suatu hal dengan tujuan melakukan kerjasama, penempatan duta besar, mengadakan perjanjian atau hanya
sekedar melakukan kunjungan kenegaraan.
24
Dalam diplomasi bilateral ini, hal yang perlu dicatat dan diingat adalah bahwa bilateral diplomasi dapat terjadi
apabila ada keinginan satu pihak untuk membahas suatu persoalan tertentu. Di bidang lingkungan hidup, terdapat juga diplomasi-diplomasi bilateral yang
dilakukan antar negara yang menghasilkan perjanjian-perjanjian bilateral
23
Evans, Graham dan Jeffrey Newnham. 1997. Dictionary of International Relation. London: Penguin Reference.
24
Partanto, Pius A. dan M. Dahlan Al Barry. 1994. Kamus Ilmiah Populer. Surabaya: Penerbit Arkola.
mengenai kepentingan lingkungan hidup di wilayah negaranya masing-masing. Beberapa contoh perjanjian bilateral di bidang lingkungan hidup dapat dilihat
lebih jelas dalam daftar berikut: Contoh Perjanjian Internasional Bilateral:
Tahun Nama Perjanjian
Para Pihak 1906
Conventin Concerning the Equitable Distribution of the Waters of the Rio
Grande for Irrigation Meksiko -
Amerikan Serikat
1909 Boundary
Water Treaty
concluded Between Great Britain atas nama Kanada
and the United States Kanada -
Amerika Serikat
1911 Treaty Between the USA and the Great
Britain Providing for the Preservation and Protection of Fur Seals
Amerika Serikat – Inggris
1931 Convention Between Latvia and Lithuania
relating to Fishing in the Boundary Waters Latvia
– Lithuania
1958 Convention Between the United States and
Cuba for the Conservation of Shrimp Amerika Serikat
- Kuba
1962 Convention
Between France
and Switzerland concerning the Protection of
the Waters of Lake Geneva Against Pollution
Perancis – Swiss
1966 Agreement on the Plant Protection and
Phytosanitary Quarantine Between The Peoples of Bulgaria and the Untied Arab
Republic Bulgaria -
Republik Persatuan Arab
1969 Convention Between the Government of
the Republic
of Bolivia
and the
Government of the Republic of Peru Concerning Vicuna Conservation
Bolivia – Peru
1972 Agreemant Between the USA and Japan
Concerning an International Observer Scheme for Whaling Operation from Land
Stations in the North Pacific Ocean Amerika Serikat
– Jepang
1974 Agreement Between the Government of
Australia and the Government of Japan for the Protection of Migratory Birds in
Danger of Extiction and their Enviroment Jepang- Australia
1986 Agreement Between the Goverment of
Canada and the Government of the United States
of America
Concerning the
Transboundary Movement of Hazardous Waste
Kanada -
Amerika Serikat
1986 Agreement Between the Government of
Australia and the Government of the Australia
– China
People’s Republic of China for the Protection of Migratory Birds and their
Enviroment Dll
Sumber: Danusaputro 1982 dan UNEP 2006 dalam Pramudianto 2008
Selain perjanjian-perjanjian yang disebutkan di atas, sebenarnya masih terdapat banyak perundingan-perundingan diplomatik di bidang lingkungan hidup yang
disepakati melalui perjanjian bilateral antar-negara. Dalam penerapannya, perjanjian bilateral di bidang lingkungan hidup ini telah memperkaya kerjasama
yang bersifat kemitraan antar dua negara, sebagaimana yang diamanatkan dalam Konferensi Lingkungan Hidup di Stockholm 1972, KTT Rio 1992, dan KTT
Pembangunan Berkelanjutan 2002.
C. Jenis-jenis Perjanjian Internasional di Bidang Lingkungan Hidup