Sistem Pengelolaan Sampah Kegiatan Belajar

91 Kegiatan 3 Pernahkah anda memikirkan bagaimana perjalanan sampah yang dibuang, misal mulai dari rumahindustri hingga lokasi pembuangan akhir TPA?Coba anda mencari informasi tentang pengelolaan sampah disekitar rumah andaDapatkah Anda menceritakan bagaimana perjalanan sampah yang kita hasilkan dari rumah hingga sampai di pembuangan akhir tersebut? Kegiatan 2 : Setelah mempelajari kajian tentang limbah B3, buatlah kelompok diskusi sebanyak 5-6 orang teman anda, dan diskusikan hal dibawah ini: a. Carilah sebanyak mungkin contoh limbah yang dihasilkan oleh industri kimia dan identifikasi masing-masing contoh limbah berdasarkan karakteristiknya dan golongkanlah contoh limbah yang anda cari tersebut apakah termasuk limbah B3 atau non B3 Bandingkan dan simpulkan hasil tugas anda dengan kelompok lain b. Diskusikan dan carilah berbagai referensi yang membahas apakah limbah radioaktif termasuk ke dalam limbah B3 atau non B3? Berikan alasannya. Laporkan hasil diskusi anda dalam bentuk laporan

b. Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun Non B3

1. Sistem Pengelolaan Sampah

Diperkirakan setiap harinya rata-rata setiap penduduk menghasilkan 2-3 liter sampah, sehingga jumlah sampah yang dihasilkan oleh warga Daerah Khusus Ibu Kota DKI mencapai 6000 ton. Percayakan Anda bahwa jumlah ini setara dengan 92 tumpukan sampah setinggi gedung-gedung perkantoran yang ada di kota-kota besar misal di Jalan Sudirman Jakarta? Gambar berikut ini adalah perjalanan setumpuk sampah dari berbagai sumber sampah di sebuah kota menuju TPA. Gambar 17. Sistem pengelolaan sampah Sumber: http:dandysmainfile.blogspot.com201201study- manajemen-pengelolaan-sampah-2012.html.UodKkNKBmRs 93 Keterangan gambar: TPS= tempat pembuangan sementara TPA = tempat pembuangan akhir B3 = Bahan Berbahaya dan Beracun PPLI = Pusat Pengolahan Limbah Industri Sistem pengelolaan sampah Gambar 10 terlihat bahwa penghasil sampah terbesar lebih dari 50 adalah rumah tangga. Jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga sebagai wujud tanggung jawabnya, maka jumlah beban sampah di TPA akan jauh berkurang. Jarak rata-rata sumber sampah ke TPA adalah 40 km, karena lokasi TPA berada di luar batas wilayah DKI Jakarta. Hal ini juga banyak terjadi di kota besar lainnya di Indonesia, yang sering berakibat pada protes masyarakat yang tinggal dekat dengan TPA. Dengan mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA, ceceran air sampah yang terjadi selama pengangkutan sampah juga akan berkurang, dan biaya truk serta bahan bakar juga akan jauh berkurang. Tumpukan sampah bukan hanya mengganggu kesehatan, namun juga mengancam nyawa manusia Seperti yang terjadi di Bandung tahun 2005 lalu – TPA Leuwigajah yang menyebabkan meninggalnya lebih dari 140 nyawa tertimbun longsor sampah sejumlah jutaan meter kubik dalam semalam. Tahun 2006 yang lalu kejadian serupa pun terjadi di TPA Bantargebang, yang menewaskan sejumlah pemulung. Kejadian menyedihkan ini tentunya dapat dicegah jika sampah dapat kita kurangi dan diolah semaksimal mungkin mulai dari sumbernya, yang salah satunya adalah lingkungan rumah tangga kita sendiri. 94  Kerusakan Lingkungan Akibat Sampah Gambar 18. Kerusakan Lingkungan Akibat Sampah Sumber: http:wartakota.tribunnews.com20130318 larangan - buang-sampah-di-sungai Gambar pemandangan yang sering dijumpai di kota besar: sungai yang dipadati sampah lindi. Lindi lebih dikenal sebagai air sampah yang baunya sangat menyengat. Lindi adalah substansi cairan yang dihasilkan dalam proses pembusukan sampah. Seringkali lindi bercampur dengan air hujan sehingga jumlahnya menjadi sangat banyak, seperti sering kita lihat menetes dari truk yang mengangkut sampah di jalan raya. Lindi mengandung zat berbahaya apalagi jika berasal dari sampah yang tercampur. Jika tidak diolah secara khusus, lindi dapat mencemari sumur air tanah, air sungai, hingga air laut dan menyebabkan kematian biota makhluk hidup laut.  TPA Lahan Urug Saniter Sanitary Landfill Tempat Pembuangan Akhir TPA jenis ini menerapkan sistem pengendalian pencemaran akibat sampah yang sangat ketat. Setiap hari, sampah yang ditimbun harus dipadatkan dan ditutup kembali dengan lapisan tanah menggunakan alat berat seperti 95 buldozer. Lapisan dasar TPA menggunakan bahan tertentu sehingga lindi tidak meresap ke air tanah, melainkan dialirkan ke instalasi pengolahan lindi yang telah disiapkan. Sanitary Landfill juga dilengkapi dengan jaringan pipa gas untuk mengendalikan gas metana gas berbahaya yang dapat menyebabkan kebakaran yang timbul akibat proses biokimia yang terjadi pada sampah di TPA. Biaya operasional TPA jenis ini tidak murah . Gambar 19. Sanitary Landfill Sumber: https:durianburgdavao.wordpress.com201002 19the-davao-city-p268-million-sanitary-landfill 96  TPA Penimbunan Terbuka Open Dumping Gambar 20. Open dumping Sumber: http:www.airlimbahku.com201305 menuju-tpa-sanitary-lan Sdfill.html Umumnya TPA yang ada di kota-kota besar di Indonesia menggunakan metoda penimbunan terbuka open dumping. Sampah yang ditimbun dibiarkan terbuka atau tidak ditutup secara harian dengan tanah, dan sistem pengumpulan dan pengolahan lindi air sampah tidak optimal. Gas metana yang timbul akibat reaksi biokimia sampah tidak dikendalikan sehingga sering terjadi kebakaran di TPA. TPA jenis ini sangat merusak lingkungan dan menjadi sumber berbagai penyakit dan masalah lainnya seperti longsor.  Ancaman Penyakit Akibat Kotoran Manusia dan Sampah Dari seluruh jumlah sampah yang dihasilkan penduduk DKI Jakarta setiap hari, 13 nya tidak dapat ditangani oleh Dinas Kebersihan data Dinas Kebersihan, 2005. Jumlah ini termasuk 97 sampah yang dibuang langsung ke sungai, selokan, tercecer di jalan, dibakar, atau ditimbun di lahan kosong yang sering disebut TPA Tempat Pembuangan Akhir TPS Tempat Pembuangan Sementara liar. Apa akibatnya dengan kesehatan keluarga kita ? Gambar 21. Diagram transmisi kuman Sumber: EHP 1999 Dari diagram diatas, lalat merupakan salah satu jalur pengantar kuman yang utama. Sampah yang berceceran, terutama sampah organik atau yang mudah membusuk sangat digemari oleh lalat. Oleh sebab itu, melalui pengolahan sampah organik yang baik, kita akan mempersempit kesempatan lalat untuk hinggap dan berkembang biak. Begutu pula halnya dengan tikus, karena sampah yang tercampur adalah tempat favorit tikus untuk bersarang.

2. Jenis-Jenis Sampah