155
meliputi prinsip, konsep dasar dan metode analisis yang sederhana, sebagai contoh hanya sebatas reaksi penetralan asidi-alkalimetri
a. Prinsip Titimetri
Titimetri atau volumetri adalah suatu cara analisis jumlah yang berdasarkan pengukuran volume larutan yang diketahui kepekatan
konsentrasi secara teliti yang direaksikan dengan larutan contoh sampel yang akan ditetapkan kadarnya Sulistiowati et al. 2007.
Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :
dimana : A adalah penitrasi titrant, T senyawa yang dititrasi titrat, a dan t jumlah mol dari A dan T.
Pereaksi yang direaksikan disebut larutan baku atau larutan standar titrant. Penambahan larutan baku diteteskan sedikit demi sedikit
dengan buret sampai tercapai titik akhir Sulistiowati et al. 2007. Penambahan titrant diteruskan sampai jumlah T yang secara kimia
setara dengan A, maka dikatakan telah tercapai titik ekuivalensi dari titrasi itu. Untuk mengetahui kapan penambahan titrant itu harus
dihentikan, maka digunakan suatu zat yang disebut indikator, sehingga dapat menunjukkan terjadinya kelebihan titrant dengan perubahan
warna. Perubahan warna ini bisa tepat atau tidak tepat pada titik ekuivalensi. Suatu keadaan dalam titrasi pada saat indikator berubah
warna disebut titik akhir, yaitu titik akhir sedekat mungkin dengan titik ekuivalensi, sehingga pemilihan indikator yang tepat merupakan salah
satu aspek yang penting dalam analisis Volumetri Titrimetri.
Jika volume larutan standar sudah diketahui dari percobaan, maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui dapat
dihitung dengan persamaan berikut Wiryawan 2008:
a A + t T Produk
156
Dimana: N b = konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya
V b = volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya Na =konsentrasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya
larutan Standar Va = volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya larutan
standar
b. Persyaratan Reaksi Titrasi
Tidak semua reaksi dapat digunakan sebagai reaksi titrasi. Untuk itu reaksi harus memenuhi syarat-syarat berikut Harjadi 1986:
1. Berlangsung sempurna, tunggal, dan menurut persamaan yang jelas
dasar teoritis 2.
Cepat dan reversible dasar praktis. Bila tidak cepat, titrasi akan
memakan waktu terlalu lama. Lebih-lebih menjelang titik akhir, reaksi akan semakin lambat karena konsentrasi titran mendekati nol
kecepatan reaksi sebanding dengan konsentrasi. Bila reaksi tidak reversible, penentuan akhir titrasi tidak tegas.
3.
Ada petunjuk akhir titrasi indikator. Petunjuk itu dapat:
Timbul dari reaksi itu sendiri, misalnya: titrasi campuran asam oksalat dan asam sulfat oleh KMnO
4
. Selama titrasi belum selesai titrat tidak berwarna, tetapi setelah akhir titrasi tercapai, larutan
menjadi berwarna karena kelebihan setetes saja dari titran menyebabkan warna yang jelas.
Berasal dari luar, dapat berupa suatu zat atau suatu alat yang dimasukkan ke dalam titrat. Zat itu disebut indikator dan
menunjukkan akhir titrasi, karena menyebabkan perubahan warna titrat atau menimbulkan perubahan kekeruhan dalam titrat
larutan jernih menjadi keruh atau sebaliknya.
157
4.
Larutan baku yang direaksikan dengan analat mudah didapat dan
sederhana menggunakannya
serta harus
stabil sehingga
konsentrasinya tidak mudah berubah bila disimpan.
Dalam suatu titrasi, keempat syarat di atas tidak selalu dipenuhi dengan baik, akan tetapi kadang-kadang kekurangan itu dapat diatasi. Misalnya:
a Suatu reaksi lambat kadang-kadang dapat dipercepat dengan
katalisator, seperti titrasi H
3
AsO
3
oleh KMnO
4
yang diberi sedikit KI sebagai katalisator. Kadang-kadang titrasi dipercepat dengan
pemanasan, seperti titrasi asam oksalat oleh KMnO
4
yang dilakukan dengan memanaskan titrat sampai 60-70
o
C. b
Reaksi samping kadang-kadang dapat ditiadakan dengan mengatur kondisi titrasi. Misalnya pada penggunaan CrCl
2
, suatu reduktor kuat yang baik untuk titrasi, tetapi selain dioksidasi oleh analat juga mudah
dioksidasi oleh oksigen dalam udara. Oksidasi oleh udara dapat dihindarkan dengan menitrasi dalam lingkungan CO
2.
c. Penggolongan Titimetri