c. Norma Norma adalah
“aturan sebagai petunjuk hidup bagi individu dalam masyarakat
” Ruminiati, 2008:1-38. Norma merupakan sumber hukum yang menguatkan kedudukan muatan materi dalam PKn, yaitu konsep, nilai, moral
yang diwujudkan dalam perilaku. Norma dalam masyarakat hendaknya dipatuhi oleh anggota masyarakat, karena norma tersebut mengandung sanksi. Siapa saja,
baik individu maupun kelompok, yang melanggar norma mendapat hukuman yang berwujud sanksi, antara lain sanksi agama, sanksi susila, sanksi moral bagi
pelanggaran kesopanan, hukum atau kebiasaan masyarakat. Wirman Burhan 2014:8 menyatakan bahwa inti materi PKn adalah sebagai
berikut: a Civics Knowledge, yaitu pengetahuan tentang kewarganegaraan yang
berkaitan dengan politik, hukum, moral, budaya, dan lain-lain. b Civics Skill, yaitu tentang keterampilan kewarganegaraan, peran serta
dalam kehidupan bermasyarakat. c Civics Values, yaitu tentang nilai-nilai kewarganegaraan mengenai
nilai-nilai kewarganegaraan, percaya diri, nilai keadilan, agama, demokrasi dan lain-lain.
Berdasarkan penjelasan tentang pembelajaran PKn di SD di atas, maka dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran PKn diharapkan peserta didik
dapat mengembangkan kemampuan berpikir, bernalar, meningkatkan kesadaran berbangsa dan cinta tanah air yang didasari dengan nilai, moral dan norma.
2.1.5 Model Teams Games Tournaments TGT
2.1.5.1 Pengertian Model Pembelajaran Joyce Weil dalam Rusman, 2013:133 menyatakan bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum rencana pembelajaran jangka panjang, merancang bahan- bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain,
sedangkan Hamiyah Jauhar 2014:57 menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan
“cara atau teknik penyajian yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar tercapai tujuan pembelajaran
”. Komaruddin dalam Hamiyah Jauhar, 2014:59 mengemukakan bahwa
model belajar dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan. Selain itu, model pembelajaran juga
dapat diartikan sebagai cara, contoh maupun pola yang mempunyai tujuan untuk menyajikan pesan kepada siswa yang harus diketahui, dimengerti, dan dipahami,
yaitu dengan cara membuat suatu pola atau contoh dengan bahan-bahan yang dipilih oleh para pendidik atau guru sesuai dengan materi yang diberikan dan
kondisi dalam kelas. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri sebagai berikut: a Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.
b Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu. c Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan pembelajaran di
kelas. d Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: 1 Urutan langkah-
langkah pembelajaran syntax; 2 Adanya prinsip-prinsip reaksi; 3 Sistem sosial; dan 4 Sistem pendukung.
e Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak tersebut meliputi: 1 Dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang
dapat diukur; dan 2 Dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang.
f Membuat persiapan mengajar desain instruksional dengan pedoman model pembelajaran yang dipilihnya Rusman, 2013:136.
Berdasarkan penjelasan tentang model pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan pembelajaran
yang telah di rencanakan sebagai pedoman dalam proses pembelajaran untuk
menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.1.5.2 Pembelajaran Kooperatif Cooperative Learning Nurulhayati dalam Rusman, 2013:203 mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Cooperative learning
merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok, sedangkan Sanjaya 2006:239 menyatakan bahwa model pembelajaran kelompok
adalah rangkaian kegiatan belajar yang di lakukan oleh siswa dalam kelompok- kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah di rumuskan.
Pernyataan tersebut didukung oleh Rusman 2013:202 yang mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
“bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara
kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heteroge
n”. Pendapat tersebut didukung oleh Roger dalam Huda 2011:29 yang menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara social
diantara kelompok-kelompok pembelajar yang ada di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk
meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain. Parker dalam Miftahul Huda, 2011:29 mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai susasana
pembelajaran dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompok-kelompok kecil untuk mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif merupakan serangkaian kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa dalam kelompok, untuk mencapai tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Rusman 2013:204 menyatakan bahwa terdapat empat hal penting dalam pembelajaran kooperatif, yakni: 1 Adanya peserta didik dalam
kelompok; 2 Adanya aturan main role dalam kelompok; 3 Adanya upaya belajar dalam kelompok; dan 4 Adanya kompetensi yang harus dicapai oleh
kelompok. Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai
berikut: a Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena
itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b Didasarkan pada Manajemen Kooperatif Manajemen mempunyai tiga fungsi, yakni: 1 Fungsi manajemen
sebagai perencanaan dalam pembelajaran kooperatif; 2 Fungsi manajemen sebagai organisasi dalam pembelajaran kooperatif; dan 3
Fungsi manajemen sebagai kontrol dalam pembelajaran kooperatif.
c Kemauan untuk Bekerja Sama Keberhasilan
dalam pembelajaran
kooperatif ditentukan
oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan
atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. d Keterampilan berkerja sama
Siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan Rusman, 2013:207.
Menurut Roger dan David Johnson ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
a Prinsip Ketergantungan Positif. positive interdependence
Dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam peyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing anggota kelompok. Sehingga, semua anggota kelompok akan
merasakan saling ketergantungan.
b Tanggung Jawab Perseorangan individual accountability Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing
anggota kelompok. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam
kelompok tersebut.
c Interaksi Tatap Muka face to face promotion interaction Memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok
untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
d. Partisipasi dan Komunikasi participation communication Melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam
kegiatan pembelajaran. e. Evaluasi Proses Kelompok
Menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya
bisa bekerja sama dengan lebih efektif dalam Rusman, 2013:212.
Rusman 2013:211 mengemukakan bahwa terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
Tabel 2.2 Tahapan dalam Pembelajaran Kooperatif
TAHAP TINGKAH LAKU GURU
Tahap 1 Menyampaikan Tujuan
dan Memotivasi Siswa Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan
dicapai dan
menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan
memotivasi siswa belajar. Tahap 2
Menyajikan Informasi Guru menyajikan informasi atau materi
kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.
Tahap 3 Mengorganisasikan Siswa
ke dalam
Kelompok- kelompok Belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membimbing setiap
kelompok agar
melakukan transisi secara efektif dan efisien. Tahap 4
Membimbing Kelompok Bekerja dan Belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
Tahap 5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Tahap 6 Memberikan
Penghargaan Guru mencari cara-cara untuk menghargai
baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Berdasarkan penjelasan tentang pembelajaran kooperatif di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan
cara siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.
2.1.5.3 Model Pembelajaran Teams Games Tournaments TGT Slavin dalam Huda, 2011:116 menyatakan bahwa teams games
tournaments TGT merupakan kompetisi dengan kelompok-kelompok yang memiliki komposisi kemampuan yang setara. TGT terasa lebih fair di bandingkan
kompetisi dalam pembelajaran-pembelajaran tradisional pada umumnya, di karenakan dalam TGT kompetisi di lakukan pada setiap minggunya. Dengan
pengelompokan yang memiliki komposisi kemampuan yang setara, maka siswa akan menikmati bagaimana suasana turnament itu. Pendapat tersebut didukung
oleh Rusman 2013:224 yang menyatakan bahwa TGT adalah “salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan,
jenis kelamin dan suku kata atau ras yang berbeda ”.
Shoimin 2014:203 menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif model TGT adalah
“salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perebdaan status,
melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan
dan reinforcement ”. Slavin dalam Rusman, 2013:225 mengemukakan bahwa
model teams games tournaments TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu : a Tahap penyajian kelas class precentation;
b Belajar dalam kelompok teams; c Permainan games;
d Pertandingan tournament; e Penghargaan kelompok team recognition.
Hamdani 2011:92 menyatakan bahwa model TGT terdiri atas lima komponen utama. deskripsi dari masing-masing komponen adalah sebagai
berikut: a Presentasi di kelas.
Presentasi kelas merupakan pengajaran langsung seperti diskusi pelajaran yang dipimpin oleh guru, atau dapat juga dengan
menggunakan presentasi audiovisual. Presentasi kelas berbeda dengan pengajaran biasa, presentasi kelas harus benar-benar terfokus pada unit
TGT. Sehingga siswa harus dapat benar-benar memperhatikan selama presentasi kelas, karena akan dapat membantu mereka dalam
melakukan game turnamen
b Tim Tim terdiri dari tiga sampai lima siswa yang memiliki komposisi
kelompok berdasarkan kemampuan akademik, ras, etnik, dan gender. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman
kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat permainan
dan pertandingan. Pada tahap ini siswa belajar bersama dengan anggota kelompoknya untuk menyelesaikan tugas dan soal yang diberikan.
c Permainan Permainan atau game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang
untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan
sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor yang memuat satu pertanyaan, kemudian kelompok yang berperan sebagai pemain
mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Kelompok lain diperbolehkan merebut pertanyaan yang tidak dapat
dijawab atau jawabannya salah. Siswa yang menjawab benar pertanyaan
itu akan
mendapat skor.
d Turnamen Pada turnamen guru menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen.
Siswa yang memiliki kemampuan tingi ditempatkan pada meja turnamen yang sama begitu pula siswa dengan kemampuan sedang
maupun rendah. Kompetisi yang seimbang ini memungkinkan dari semua tingkat memiliki kontribusi maksimal terhadap skor tim mereka
masing-masing. Siswa dari masing-masing kelompok bertanding untuk menyumbangkan poin tertinggi bagi kelompoknya. Dalam turnamen
ini, siswa yang memiliki kemampuan akademik sedang atau rendah dapat menjadi siswa yang mendapat poin tertinggi dalam kelompok
turnamennya. Poin
dari perolehan setiap anggota kelompok
diakumulasikan dalam poin kelompok. Berikut bagan pelaksanan turnamen dalam TGT:
Gambar 2.1 Pelaksanaan Turnamen e Penghargaan Kelompok
Dalam pembelajaran kooperatif, penghargaan diberikan untuk kelompok bukan individu, sehingga keberhasilan kelompok ditentukan
oleh keberhasilan setiap anggotanya. Penghargaan kelompok diberikan atas dasar rata-rata poin kelompok yang diperoleh dari game dan
turnamen dengan kriteria yang telah ditentukan, sebagai berikut: 1 Menghitung Skor Individu
Menurut Slavin dalam Rusman, 2013:215, untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung dengan tabel sebagai berikut:
Tabel 2.3 Penghitungan Skor Individu
No. Nilai Tes
Skor Perkembangan
1. Lebih dari 10 poin di bawah
skor dasar 0 poin
2. 10 sampai 1 poin di bawah skor
dasar 10 poin
3. Skor 0 sampai 10 poin di atas
skor dasar 20 poin
4. Lebih dari 10 poin di atas skor
dasar 30 poin
5. Pekerjaan sempurna tanpa
memerhatikan skor dasar 30 poin
Skor dasar individu yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 60 KKM Mata Pelajaran PKn SDN Wates 01 Semarang
2 Menghitung Skor Kelompok Skor
kelompok dihitung
dengan membuat
rata-rata skor
perkembangan anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, diperoleh skor kelompok dengan
tabel sebagai berikut Rusman, 2013:216:
Tabel 2.4 Penghitungan Skor Kelompok
No. Rata-rata Skor
Kualifikasi
1. 0≤N≤5
- 2.
6≤N≤15 Tim yang Baik Good Team
3. 16≤N≤20
Tim yang Baik Sekali Great Team 4.
21≤N≤30 Tim yang Istimewa Super Team
Kelebihan teams games tournaments TGT menurut Shoimin 2014:207 adalah sebagai berikut:
a Model TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas berkemampuan akademis tinggi lebih menonjol dalam pembelajaran,
tetapi peserta didik yang berkemampuan akademi lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan penting dalam kelompoknya;
b Dengan model pembelajaran ini, akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya;
c Dalam model pembelajaran ini, membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran, karena dalam pembelajaran
ini, guru menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok
terbaik; dan
d Dalam pembelajaran ini, membuat peserta didik menjadi lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa
turnamen dalam model ini.
Berdasarkan penjelasan tentang model teams games tournaments TGT di atas, maka dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model teams games
tournaments TGT dalam penelitian ini meliputi: 1 Tahap penyajian kelas; 2 Belajar dalam kelompok; 3 Permainan; 4 Pertandingan; dan 5 Penghargaan
kelompok.
2.1.6 Media Audiovisual