2.2 KAJIAN EMPIRIS
Penelitian ini juga didukung oleh jurnal dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya tentang penggunaan model pembelajaran teams games tournaments
TGT, media audiovisual untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn. 2.2.1 Penelitian yang dilakukan oleh Dhessriyatno Fajar Nugroho tahun 2013
pada siswa kelas V SD Kaliwiru Semarang dengan judul “Peningkatan
Kualitas Pembelajaran IPA Melalui Model Teams Games Tournament TGT PADA Siswa Kelas V SD Kaliwiru Semarang
” menunjukkan bahwa keterampilan guru pada siklus I memperoleh skor 17,5 dengan
kriteria baik, siklus II memperoleh skor 27 dengan kriteria sangat baik. Aktivitas siswa pada siklus I memperoleh rata-rata 17,7 dengan kriteria
baik, dan siklus II memperoleh 22,15 dengan kriteria sangat baik. Presentase ketuntasan klasikal hasil belajar siswa pada siklus I
memperoleh presentase 57, siklus II memperoleh presentase 88. 2.2.2 Penelitian yang dilakukan oleh Aris Susanto tahun 2011 pada siswa kelas
III SDN Mangkangkulon 02 Semarang dengan judul “Peningkatan
Kualitas Pembelajaran PKn Melalui Model Kooperatif Tipe TGT Dengan Menggunakan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas III SDN
Mangkangkulon 02 Semarang ” menunjukkan bahwa keterampilan guru
siklus I memperoleh skor 30 dengan kategori baik, siklus II memperoleh skor 32 dengan kategori baik, dan siklus III memperoleh skor 40 dengan
kategori sangat baik. Jumlah skor rata-rata aktivitas siswa siklus I mendapatkan 29,32 dengan kategori baik, siklus II mendapatkan 32,39
dengan kategori baik, dan siklus III mendapatkan 34,73 dengan kategori sangat baik. Ketuntasan klasikal siklus I sebesar 68,29, siklus II sebesar
78,05, dan siklus III sebesar 85,37. 2.2.3 Penelitian yang dilakukan oleh Wini Fitriani tahun 2011 pada siswa kelas
V SDN Jl. Palabuan Kecamatan Subang Kabupat dengan judul “Penerapan
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Turnaments TGT dalam Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Dasar
” menunjukkan bahwa adanya hasil belajar dengan menerapkan
pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam meningkatkan penalaran matematika terlihat dari nilai rata-rata post test siswa diperoleh pada siklus
I 65,38, pada siklus II 73,64, dan siklus III 79,94. Dapat terlihat adanya peningkatan nilai rata-rata siswa dari tiap siklus, sehingga dapat
disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan kemampuan penalaran matematika siswa Sekolah Dasar.
2.2.4 Penelitian yang dilakukan oleh Aziz Hargo Sofyantoro tahun 2013 pada siswa kelas V SDN Semambung Sidoarjo dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments TGT Untuk
Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Di Sekolah Dasar ”
menunjukkan bahwa aktivitas guru mengalami peningkatan selama tiga siklus, pada siklus I yaitu 68, pada siklus II meningkat 73,33 dan pada
siklus tiga menjadi 88. Peningkatan juga terjadi pada aktivitas siswa dari siklus I sampai siklus III yaitu 67,14, 72,86, dan 84,29.
Keterampilan sosial siswa mengalami peningkatan pada siklus I mencapai
59,22 pada siklus II mencapai 74,02, dan meningkat pada siklus III menjadi 84,02. Respon yang diberikan siswa pada siklus I sampai siklus
III yaitu 65,12, 74,16 dan 82,98. Dapat disimpulkan bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournaments TGT dapat meningkatkan keterampilan sosial siswa pada Mata Pelajaran IPS Kelas V SDN Semambung Sidoarjo.
2.2.5 Penelitian yang dilakukan oleh Putri Meidita Yekti tahun 2013 pada siswa kelas III SDN Karanganyar 02 Semarang dengan judul
“Peningkatan Kualitas Pembelajaran Pkn Melalui Model Kooperatif Tipe Team Games
Tournament Tgt Dengan Media Powerpoint Pada Siswa Kelas III SDN Karanganyar 02 Semaran
g” menunjukkan bahwa pada siklus I keterampilan guru mendapat skor 23 dengan kriteria baik, pada siklus II
guru mendapat skor 27 dengan kriteria baik, dan pada siklus III guru mendapat skor 31 dengan kriteria sangat baik. Sedangkan, aktivitas siswa
pada siklus I mendapat rata-rata jumlah skor 21,66 dengan kriteria baik, pada siklus II mendapat rata-rata jumlah skor 24,35 dengan kriteria baik,
dan pada siklus III mendapat rata-rata jumlah skor 25,73 dengan kriteria baik. Selain itu, hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan
ditunjukkan dengan ketuntasan belajar klasikal pada siklus I sebesar 57,5, siklus II sebesar 70, dan siklus III mencapai 82,5.
2.2.6 Penelitian yang dilakukan oleh Nur Indah tahun 2013 pada siswa kelas V Sekolah Dasar Negeri Jatilaba 01 Kabupaten Tegal dengan judul
“Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament TGT Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Materi Bumi Pada Siswa Kelas VA Sekolah Dasar Negeri Jatilaba 01 Kabupaten Tegal
” menunjukkan bahwa nilai rata-rata kelas saat pelaksanaan pre test mencapai 45
meningkat menjadi 80 pada saat post test, dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 3,85 menjadi 84,62. Selain itu, nilai rata-rata kelas
pada siklus I mencapai 76,15 meningkat pada siklus II menjadi 80,38 dengan peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 76,92 menjadi
80,77. Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran pada siklus I yang mencapai 72,8 meningkat pada siklus II menjadi 81,54 dan telah
mencapai kriteria aktivitas belajar yang sangat tinggi. Perolehan nilai performansi guru melalui APKG 1, 2 telah memenuhi syarat lulus dengan
perolehan nilai akhir pada siklus I yang mencapai 82,79 meningkat pada siklus II menjadi 88,98.
2.2.7 Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Puspitasari tahun 2013 pada siswa kelas V SD Negeri Kraton 3 Kota Tegal dengan judul
“Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Materi Daur Air Dan Peristiwa Alam Melalui
Model Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments TGT Pada Siswa Kelas V SD Negeri Kraton 3 Kota Tega
l” menunjukkan bahwa perolehan nilai performansi guru melalui APKG 1 dan 2 mencapai 80,88 meningkat
pada siklus II menjadi 85,93. Nilai rata-rata kelas pada hasil tes formatif siklus I sebesar 74,26 meningkat pada siklus II menjadi 81,73 dengan
peningkatan ketuntasan belajar klasikal dari 66,67 menjadi 88,46. Aktivitas belajar siswa selama proses pembelajaran pada siklus I mencapai
66,74 meningkat pada siklus II menjadi 77,09 dan memperoleh kriteria aktivitas belajar sangat tinggi.
2.2.8 Jurnal oleh Lois Ann Wodarski dengan judul “Teaching Nutrition by
Teams-Games-Tournaments: An Application of Behavioral Analysis ”
menunjukkan bahwa siswa senang dengan model TGT. Siswa menikmati bekerja dalam kelompok dan bersaing dalam turnamen. Guru
menunjukkan bahwa anak-anak menikmati bekerja dalam kelompok dan kegiatan TGT tidak hanya meningkatkan pengetahuan siswa tentang gizi,
tetapi juga diperkuat membaca, matematika, ejaan, dan keterampilan pengukuran.
2.2.9 Jurnal oleh Caroline Kerfoot dengan judul “Game Changers? Multilingual
Learners in a Cape Town Primary School ” menunjukkan bahwa
penerapan permainan dalam pembelajaran di SD Kota Cape, Afrika Selatan dapat meningkatkan interaksi siswa dan mengembangkan
keterampilan siswa dalam melakukan modifikasi dalam permainan. 2.2.10 Jurnal oleh James S. Kinder dengan judul
“Using Audio-Visual Materials in Education
” menunjukkan bahwa penggunaan alat bantu audiovisual dalam efek total lingkungan kelas harus menjadi salah satu faktor dalam
meningkatkan berbagai pengalaman belajar. 2.2.11 Jurnal oleh C.N Botham dengan judul
“Audio-Visual Aids for Cooperative Education and Training
” menunjukkan bahwa audiovisual dapat digunakan untuk mendukung pembelajaran kooperatif dan memfasilitasi
pelaksanaan belajar kelompok dalam proses pendidikan berkelanjutan baik formal maupun informal.
Dengan berbagai hasil penelitian yang relevan tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran teams games tournaments TGT dapat meningkatkan
keterampilan guru, aktivitas siswa dan hasil belajar. Hasil penelitian tersebut, digunakan sebagai data pendukung oleh peneliti
dalam melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran
PKn dengan Menggunakan Model Teams Games Tournaments TGT Berbantu Media Audiovisual Pada Siswa Kelas IVA SDN Wates 01 Semarang
”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah: 1 Kondisi
identifikasi masalah yang menjadi dasar pemilihan model dan media pembelajaran; 2 Penentuan langkah-langkah pembelajaran, keterampilan guru,
dan aktivitas siswa; 3 Penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang berasal dari jurnal nasional dan jurnal internasional; 4 Keadaaan subjek penelitian dan
tempat penelitian; 5 Penentuan variabel penelitian, jenis penelitian, perencanaan tahap penelitian, data, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan
indikator keberhasilan; 6 Teknik analisis data dilengkapi dengan tabel kualifikasi skor indikator yang berfungsi untuk memberikan kualifikasi kategori
pada setiap indikator dengan kategori kurang, cukup, baik, dan sangat baik; dan 7
Hasil penelitian.
2.3 KERANGKA BERPIKIR