Uji stabilitas dipercepat dengan 1 peringkat suhu

24 Gambar 9. Kinetika dari dekomposisi sediaan padat Oleh karena kecepatan degradasi dari ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl tidak dapat dihitung maka t 90 dari ketotifen fumarat maupun siproheptadin HCl tidak dapat ditentukan, hal ini menyebabkan stabilitas dari ketotifen fumarat maupun siproheptadin HCl dalam sediaan racikan pulveres juga belum dapat dipastikan.

2. Uji stabilitas dipercepat dengan 1 peringkat suhu

Menurut Kupiec 2003, penentuan beyond use date dengan menggunakan metode stabilitas dipercepat cukup menggunakan satu peringkat suhu saja, yaitu 40 . Karena penentuan beyond use date dengan pendekatan menggunakan t 90 dari senyawa yang memiliki t 90 lebih singkat tidak dapat dilakukan maka penentuan beyond use date sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl dilakukan menggunakan uji stabilitas dipercepat dengan satu peringkat suhu, yaitu 40 C selama 7 hari. 24 Tabel IX. Kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl setelah pemanasan selama 7 hari dengan menggunakan suhu 40 C Hari Kadar siproheptadin HCl BB X ± SE Kadar ketotifen fumarat BB X ± SE 0,40 ± 0,02 0,24 ± 0,02 1 0,40 ± 0,02 0,25 ± 0,01 2 0,39 ± 0,01 0,25 ± 0,01 3 0,41 ± 0,02 0,28 ± 0,01 4 0,37 ± 0,02 0,23 ± 0,03 5 0,34 ± 0,02 0,24 ± 0,01 6 0,40 ± 0,03 0,35 ± 0,03 7 0,36 ± 0,01 0,27 ± 0,01 Hasil uji stabilitas ketotifen fumarat dan siproheptadin dalam sediaan racikan pulveres selama 7 hari dengan pemanasan pada suhu 40 C telah tercantum pada tabel IX. Berdasarkan uji statistik menggunakan One Way ANNOVA dengan tingkat signifikansi 95 perbedaan kadar ketotifen fumarat dan kadar siproheptadin HCl setelah pemanasan selama 7 hari adalah berbeda bermakna. Adanya perbedaan kadar yang bermakna setelah pemanasan selama 7 hari, tidak dapat membuktikan bahwa sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl ini tidak stabil selama 1 bulan kedepan. Secara umum, suatu sediaan obat dikatakan stabil jika selama penyimpanan kadarnya tidak boleh berkurang lebih dari 10 akan tetapi perlu dilihat lagi monografi dari masing- masing obat. Kadar minimum tablet siproheptadin HCl yang masih diperbolehkan menurut Farmakope Indonesia edisi IV adalah 90 dan kadar maksimumnya 110. Batasan kadar untuk tablet ketotifen fumarat tidak ada di Farmakope Indonesia maupun literatur lain yang telah dicari oleh penulis, jadi sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat 24 dan siproheptadin HCl dikatakan stabil apabila kadar siproheptadin dalam racikan sediaan tersebut tidak kurang dari 90 dan tidak lebih dari 110. Hasil persentase perubahan kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl selama 7 hari tertera pada tabel X. Persentase perubahan kadar tersebut didapat dengan membandingkan kadar pada hari tertentu dengan kadar pada hari ke-0. Tabel X. Persentase perubahan kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl setelah pemanasan selama 7 hari dengan menggunakan suhu 40 C Hari Persentase perubahan kadar ketotifen fumarat Persentas e perubahan kadar siproheptadin HCl 100,00 100,00 1 104,17 100,00 2 104,17 97,50 3 116,67 102,50 4 95,83 92,50 5 100,00 85,00 6 145,83 100,00 7 112,5 90,00 Dari data persentase perubahan kadar ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl setelah pemanasan selama 7 hari dengan suhu 40 C pada tabel X dapat dilihat bahwa rentang persentase perubahan kadar ketotifen fumarat adalah 95,83-145,83 dan untuk siproheptadin HCl adalah 85,00-102,50. Apabila disesuaikan dengan ketentuan dari Farmakope Indonesia mengenai rentang kadar yang diperbolehkan untuk tablet siproheptadin HCl maka sediaan racikan pulveres tersebut dapat dikatakan tidak stabil. Akan tetapi, sediaan racikan pulveres campuran ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl dari rumah sakit X ini, belum dapat dikatakan tidak stabil karena hal ini dapat disebabkan oleh zat aktif ketotifen fumarat dan siproheptadin HCl dalam tiap pulveres sangat kecil 24 sehingga adanya sedikit saja perbedaan antar tiap bungkus pulveres saat pembagian serbuk campuran obat dalam proses peracikan dapat memberikan perbedaan kadar yang menjadi sangat bermakna. Jadi adanya perbedaan kadar bukan berarti terjadi degradasi atau perubahan zat aktif karena pemanasan yang dilakukan selama 7 hari sehingga mempengaruhi kadarnya dalam tiap sediaan racikan pulveres. Terjadinya perbedaan kadar selain disebabkan karena zat aktif yang terlalu kecil, dapat pula disebabkan karena perubahan bentuk sediaan. Sediaan siproheptadin HCl yang digunakan Pronicy, Kalbe Farma merupakan kaplet salut film seharusnya bentuk sediaan bersalut tidak boleh dipecah lagi karena adanya salut berfungsi untuk melindungi sediaan agar tidak rusak oleh asam lambung. Proses peracikan yang dilakukan telah merusak lapisan film yang ada pada kaplet menyebabkan ada sebagian siproheptadin HCl yang masih menempel pada salutnya sehingga tidak dapat larut sempurna dengan pelarut yang digunakan sehingga mempengaruhi kadarnya saat dilakukan penetapan kadar.

3. Menggunakan 25 dari waktu expired date sediaan aslinya