Diagnosis PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik 1. Definisi PPOK

VEP 1

2.1.5. Diagnosis PPOK

KVP. Obstruksi saluran napas perifer yang progresif akan memerangkap udara selama ekspirasi menghasilkan hiperinflasi yang akan mengurangi kapasitas inspirasi dan akan menyebabkan sesak napas dan keterbatasan kapasitas latihan. Abnormalnya pertukaran gas menyebabkan hipoksemia dan hiperkapnia pada penderita PPOK yang beratnya sejalan dengan perjalanan penyakit. Gejala dan tanda PPOK sangat bervariasi, bisa dimulai dari tanpa gejala, gejala ringan hingga berat. Pemeriksaan fisis tidak ditemukan kelainan sampai kelainan jelas dan tanda inflamasi paru 1,2,17 Gejala utamanya adalah sesak napas, batuk, wheezing dan peningkatan produksi sputum. Gejala bisa tidak tampak sampai kira-kira 10 tahun sejak awal merokok. Dimulai dengan sesak napas ringan dan batuk sesekali. Sejalan dengan progresifitas penyakit gejala semakin lama semakin berat. Gambaran PPOK dapat dilihat dengan adanya obstruksi saluran napas yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas kecil dan destruksi alveoli. Biasanya terdapat riwayat merokok atau tanpa gejala pernapasan. Pada penderita dini, pemeriksaan fisik umumnya tidak dijumpai kelainan, sedangkan pada inspeksi biasanya terdapat kelainan, berupa: 1. Pursed-lips breathing mulut setengah terkatupmencucut. 2,13,17,18 2. Barrel chest diameter anteroposterior dan transversal sebanding. 3. Penggunaan otot bantu napas. 4. Hipertrofi otot bantu napas. 5. Pelebaran sela iga. Universita Sumatera Utara 6. Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena jugularis di leher dan edema tungkai. Pada palpasi biasanya ditemukan fremitus melemah, sedangkan pada perkusi hipersonor dan letak diafragma rendah, auskultasi suara pernapasan vesikuler melemah, normal atau ekspirasi memanjang yang dapat disertai dengan ronkhi atau mengi pada waktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa. Bila terjadi perburukan dari kondisi sebelumnya disebut eksaserbasi akut dengan gejala berupa sesak napas bertambah, produksi sputum meningkat dan perubahan warna sputum sputum lebih purulen . Eksaserbasi dapat disebabkan infeksi atau faktor lainnya seperti polusi udara, kelelahan atau timbulnya komplikasi. Penyebab tersering suatu eksaserbasi adalah infeksi trakeobronkial dan polusi udara, sepertiga penyebab tidak dapat diidentifikasi. Foto Toraks Foto toraks tidak direkomendasikan untuk mendiagnosis PPOK tetapi dapat digunakan untuk menyingkirkan penyakit lain yang juga dapat menimbulkan gejala obstuksi saluran napas bronkiektasis, kanker paru dan lain-lain. Temuan pada foto toraks dapat berupa : hiperinflasi, hiperlusen, ruang retrosternal melebar, diafragma mendatar, jantung pendulum. 2,3,14 Gambar 2.2 Radiologi PPOK 19 Universita Sumatera Utara Spirometri Spirometri merupakan baku emas untuk mendiagnosis PPOK. Pada pengukuran spirometri penderita PPOK, didapat penurunan volume ekspirasi paksa 1 detik VEP 1 dan penurunan kapasitas vital paksa KVP. Nilai VEPKVP selalu kurang dari 80 nilai normal. VEP 1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan penyakit. 1,2,14 Tabel 3. Pembagian keterbatasan aliran udara berdasarkan spirometri post bronchodilator VEP 1 Paduan mengenai derajat klasifikasi PPOK telah dikeluarkan oleh beberapa institusi seperti American Thoracic Society ATS, European Respiratory Society ERS, British Thoracic Society BTS, Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Diseases GOLD dan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia PDPI. Kelima paduan tersebut hanya mempunyai perbedaan yang sedikit, semuanya berdasarkan rasio VEP 1 KVP dan nilai VEP 1 . BTS, ATS, GOLD dan PDPI merekomendasikan nilai absolut dari rasio VEP 1 KVP harus kurang dari 70 sedangkan ERS merekomendasikan VEP 1 KVP kurang dari 88 untuk diagnosis PPOK. Pasien dengan VEP170 GOLD 1 Ringan VEP1 ≥ 80 prediksi GOLD 2 Sedang 50 ≤ VEP1 80 prediksi GOLD 3 Berat 30 ≤ VEP1 50 prediksi GOLD 4 Sangat Berat VEP1 30 prediksi Universita Sumatera Utara

2.1.6. Penatalaksanaan PPOK

Dokumen yang terkait

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2 70 87

Karakteristik Hipertensi pada Pasien Penyakit Jantung Koroner yang Dirawat Inap di RSUP Haji Adam Malik dari September Hingga November 2014

6 76 84

Gambaran EKG Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

6 113 83

Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2010-2011

1 63 90

Gambaran Simtom Ansietas dan Depresi pada Pasien Penyakit Paru Ostruktif Kronik (PPOK) di SMF Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi RSUP H. ADAM MALIK MEDAN dan BP4 MEDAN

11 99 67

Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Bulan Juni 2011

6 81 72

Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember 2009

1 50 51

Tingkat Keparahan Ansietas pada Pasien Tuberkulosis Paru di Instalasi Rawat Jalan SMF Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi RSUP H. Adam Malik Medan

1 39 69

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS DENGAN GEJALA PRE HIPERTENSI PADA PASIEN LAKI-LAKI LANJUT USIA ipi122529

0 0 7

Perbandingan nilai Limfosit T CD8+ pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan laki-laki dewasa sehat perokok di RSUP H.Adam Malik Medan

0 0 16