Faktor Risiko PPOK Penyakit Paru Obstruktif Kronik 1. Definisi PPOK

angka kematian karena asma, bronkitis kronik dan emfisema menduduki peringkat ke-6 dari 10 penyebab tersering kematian di Indonesia. Data kunjungan pasien di RSUP H.Adam Malik dan RS.Tembakau Deli Medan menunjukkan kecenderungan peningkatan PPOK. Pada tahun 2009 proporsi pasien PPOK yang dirawat inap di bagian paru adalah 3,55 dari seluruh pasien yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan. Sementara proporsi pasien yang dirawat inap dengan diagnosis PPOK adalah 19,82 dari seluruh pasien yang rawat inap dibagian paru. Distribusi proporsi pasien antara lain usia 60 tahun 60,2, laki-laki 50 dengan riwayat merokok bekas perokok 35,2, perokok 42 dengan rerata Indeks Brinkman 431,18. 2 Penelitian yang dilakukan Yusuf P pada tahun 2010 didapat kunjungan pasien PPOK ke poli rawat jalan Paru RSUP H Adam Malik Medan sebanyak 82 orang dengan proporsi 7.1 dari semua kunjungan pasien. 10 PPOK merupakan penyakit yang banyak diderita berjuta manusia di dunia, pada penderita PPOK keterbatasan dalam melakukan aktivitas menjadi penyebab penting dari kematian. WHO memprediksikan bahwa PPOK akan menjadi penyebab kematian ke empat didunia pada tahun 2030. 11

2.1.3. Faktor Risiko PPOK

1,2 Identifikasi faktor risiko merupakan langkah penting dalam pencegahan dan tatalaksana PPOK. Pada dasarnya semua PPOK merupakan hasil interaksi dari lingkungan dan gen, misalnya pada dua orang dengan riwayat merokok yang sama, hanya satu yang berkembang menjadi PPOK karena perbedaan dalam predisposisi genetik untuk penyakit ini. Status sosial ekonomi berhubungan dapat dihubungkan Universita Sumatera Utara dengan berat badan bayi saat lahir yang dapat berdampak pada pertumbuhan dan pengembangan paru. Beberapa hal faktor resiko PPOK : Tabel. 2. Faktor Risiko PPOK 1,2, 1. Asap rokok 2. Polusi Udara dalam dan luar ruangan 3. Stres oksidatif 4. Gen 5. Tumbuh kembang paru 6. Sosial Ekonomi Asap rokok sampai saat ini masih merupakan faktor risiko tersering terjadinya PPOK. Merokok merupakan masalah kesehatan global, lebih dari 10 juta batang rokok dihisap setiap menit, setiap hari diseluruh dunia oleh 1 milyar laki-laki dan 250 juta perempuan. Sekitar 900 juta 84 perokok didunia hidup dinegara berkembang termasuk Indonesia. 12 Indonesia menduduki peringkat ketiga didunia setelah Cina dan India sebagai negara dengan jumlah perokok terbanyak. Sebanyak 65 juta penduduk Indonesia 28 adalah perokok yang artinya setiap 4 orang Indonesia terdapat seorang perokok. 13 Prevalensi perokok laki-laki di Indonesia saat ini diperkirakan 69,04 dan perempuan sebesar 4,83. Dinegara berkembang sedikitnya terdapat satu dari empat orang dewasa perokok. Seorang perokok memiliki kecendrungan yang tinggi untuk mengalami gangguan saluran napas dan gangguan fungsi paru penurunan nilai VEP 12 1 13 . Risiko terjadinya PPOK pada perokok berhubungan dengan jumlah, usia mulai merokok, total rokok yang dihisap. Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan apakah pasien merupakan seorang perokok aktif, perokok pasif, atau Universita Sumatera Utara bekas perokok. Penentuan derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman IB, yaitu perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok dalam tahun. Interpretasi hasilnya adalah derajat ringan 0-200, sedang 200-600, dan berat 600. 14 Pada beberapa penelitian longitudinal menunjukkan adanya penurunan VEP 1 pada laki-laki perokok bekisar 45 – 90 ml pertahun, sedangkan orang normal 30 ml pertahun. Dan data epidemiologi perokok ≥ 10 bungkus pertahun atau sama dengan 200 nilai IB dan berumur 40 tahun adalah kelompok resiko untuk terjadinya PPOK. Bukan hanya asap rokok, asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu dan asap kompor minyak bumi dan gas untuk keperluan memasak di rumah tangga dapat memicu terjadinya polusi udara di dalam ruangan terutama pada ruangan yang memiliki ventilasi yang buruk, dan gas buang emisi dari kendaraan bermotor dan debu jalanan merupakan penyebab tersering dari polusi di luar ruangan dapat juga menurunkan fungsi paru merupakan faktor resiko untuk terjadinya PPOK. 15 1.2 Polusi udara yang menahun suatu faktor resiko yang meningkatkan berkembangnya obstruksi jalan napas atau penurunan nilai VEP 1 pada remaja umur 10 hingga 18 tahun seperti yang dilaporkan oleh Gauderman dkk tentang efek polusi udara terhadap faal paru dan mekanisme ini dapat meningkatkan resiko terjadinya PPOK saat dewasa. Infeksi virus maupun bakteri merupakan salah satu faktor yang berperan dalam proses terjadinya PPOK dan perburukan pada penderita PPOK. Kolonisasi bakteri dapat menyebabkan inflamasi pada saluran napas dan hal ini memegang peranan penting dalam terjadinya eksaserbasi. 15 1.2 Universita Sumatera Utara Hubungan status sosial ekonomi dengan resiko terjadinya PPOK masih belum jelas, tetapi hal ini berhubungan dengan kekerapan untuk terpapar dengan faktor resiko lainnya seperti polusi udara di dalam dan luar ruangan, gizi yang jelek, lingkungan yang padat, merokok seta faktor-faktor lainnya yang biasa terjadi pada status sosial ekonomi yang rendah. PPOK adalah penyakit poligenik dan contoh klasik dari interaksi gen- lingkungan. Faktor resiko paling sering diteliti adalah defisiensi alpha-1 antitrypsin, kerja enzim ini adalah menetralkan enzim proteolitik yang dapat merusak jaringan paru. Kelainan ini banyak terjadi pada penduduk ras kaukasoid di Eropa utara. 1.2 Risiko obstruksi aliran udara secara genetik telah diteliti pada perokok yang mempunyai hubungan keluarga dengan PPOK berat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik mempengaruhi kerentanan timbulnya PPOK. Telah di identifikasi kromosom 2q7 terlibat dalam patogenesis PPOK,termasuk TGF-1, mEPHX 1 dan TNF. Gen-gen tersebut banyak yang belum pasti kecuali kekurangan alpha-1 antitrypsin.

2.1.4 Patologi dan Patogenesis PPOK

Dokumen yang terkait

Perbandingan Kadar C- Reactive Protein Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Stabil dengan Eksaserbasi di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan.

2 70 87

Karakteristik Hipertensi pada Pasien Penyakit Jantung Koroner yang Dirawat Inap di RSUP Haji Adam Malik dari September Hingga November 2014

6 76 84

Gambaran EKG Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan Tahun 2012

6 113 83

Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik Yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit Martha Friska Medan Tahun 2010-2011

1 63 90

Gambaran Simtom Ansietas dan Depresi pada Pasien Penyakit Paru Ostruktif Kronik (PPOK) di SMF Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi RSUP H. ADAM MALIK MEDAN dan BP4 MEDAN

11 99 67

Hubungan Lamanya Hemodialisis dengan Kualitas Hidup Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP H. Adam Malik Bulan Juni 2011

6 81 72

Prevalensi Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) dengan Riwayat Merokok di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM) Medan Periode Januari 2009 – Desember 2009

1 50 51

Tingkat Keparahan Ansietas pada Pasien Tuberkulosis Paru di Instalasi Rawat Jalan SMF Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi RSUP H. Adam Malik Medan

1 39 69

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS DENGAN GEJALA PRE HIPERTENSI PADA PASIEN LAKI-LAKI LANJUT USIA ipi122529

0 0 7

Perbandingan nilai Limfosit T CD8+ pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik dengan laki-laki dewasa sehat perokok di RSUP H.Adam Malik Medan

0 0 16