Hubungan status sosial ekonomi dengan resiko terjadinya PPOK masih belum jelas, tetapi hal ini berhubungan dengan kekerapan untuk terpapar dengan
faktor resiko lainnya seperti polusi udara di dalam dan luar ruangan, gizi yang jelek, lingkungan yang padat, merokok seta faktor-faktor lainnya yang biasa terjadi pada
status sosial ekonomi yang rendah. PPOK adalah penyakit poligenik dan contoh klasik dari interaksi gen-
lingkungan. Faktor resiko paling sering diteliti adalah defisiensi alpha-1 antitrypsin, kerja enzim ini adalah menetralkan enzim proteolitik yang dapat merusak jaringan
paru. Kelainan ini banyak terjadi pada penduduk ras kaukasoid di Eropa utara.
1.2
Risiko obstruksi aliran udara secara genetik telah diteliti pada perokok yang mempunyai hubungan keluarga dengan PPOK berat. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa faktor genetik mempengaruhi kerentanan timbulnya PPOK. Telah di identifikasi kromosom 2q7 terlibat dalam patogenesis PPOK,termasuk TGF-1,
mEPHX
1
dan TNF. Gen-gen tersebut banyak yang belum pasti kecuali kekurangan alpha-1 antitrypsin.
2.1.4 Patologi dan Patogenesis PPOK
2
Perubahan patologis yang khas dari PPOK dijumpai di saluran napas besar central airway, saluran napas kecil peripheral airway, parenkim paru dan vaskuler
paru. Induksi sputum dan biopsi endobronkial dapat mewakili perubahan dari saluran napas besar. Bronkoalveolar lavage BAL dan sampel dari jarigan reseksi bedah
dapat mewakili perubahan dari saluran napas kecil dan parenkim paru. Perubahan dari saluran napas besar meliputi peningkatan jumlah makrofag, sel T limfosit CD8
+
dan sel B Limfosit, peningkatan jumlah dari sel epitel goblet dan metaplasia sel
Universita Sumatera Utara
sguamous dan pembesaran kelenjar submukosa. Pada saluran napas kecil menunjukkan peningkatan jumlah makrofag, sel T limfosit terutama CD8
+
, sel B limfosit, dan sel mast. Selain itu, lokalisasi neutrofil dan sel CD8
+
telah diamati di lapisan otot polos saluran napas pada perokok dengan PPOK. Perubahan struktur
saluran napas kecil terdiri dari penebalan dinding saluran napas , dengan peningkatan komponen matriks ekstraseluler dan massa otot halus, fibrosis peribronkial, eksudat
inflamasi luminal, dan penyempitan saluran udara. Pada parenkim paru menunjukkan peningkatan jumlah makrofag dan sel T limfosit CD8
+
, di samping kerusakan dinding alveolar, dan apoptosis sel epitel dan endotel. Pembuluh darah paru
menunjukkan peningkatan jumlah makrofag dan sel T limfosit CD8
+
, penebalan dari disfungsi sel endotel intima, dan meningkatkan massa otot polos. Akhirnya, lumen
jalan napas pasien dengan COPD berisi terutama neutrofil dan peningkatan jumlah CD8 T-limfosit di saluran udara yang lebih besar, dan peningkatan jumlah makrofag
dan neutrofil di pinggiran paru-paru. Perubahan ini akan tetap berlangsung sesuai dengan beratnya penyakit
walaupun sudah berhenti merokok.
2
Universita Sumatera Utara
Gambar 2.1. Pengaruh Merokok terhadap Inflamasi di Paru Mekanisme obstruksi saluran napas adalah obstruksi oleh sekret pada saluran
napas akibat produksi sekret yang berlebihan disertai penebalan kelenjar-kelenjar, submukosa, secara potensial merupakan komponen obstruksi saluran napas yang
reversibel. Infeksi saluran napas dimana sekret yang purulen merupakan manifestasi yang jelas adanya radang saluran napas, perubahan sifat dan warna sputum sangat
penting untuk menilai adanya infeksi akut atau eksaserbasi. Kemudian sembab mukosa dan bronkus, keadaan ini disebabkan oleh akumulasi sel-sel inflamatorik,
hipertrofi dan hiperplasi kelenjar-kelenjar mukus. Lalu terjadi kontriksi otot polos bronkus bronkospasme, pada penderita PPOK sering terdapat penebalan otot polos
bronkus.
2
Penurunan VEP
1
berasal dari inflamasi dan penyempitan saluran napas perifer, sementara penurunan pertukaran gas yang berasal dari kerusakan parenkim
pada emfisema. Pada proses inflamasi yang berlanjut, fibrosis dan eksudat luminal pada saluran napas kecil akan berhubungan pada penurunan VEP
1
dan perbandingan
Universita Sumatera Utara
VEP
1
2.1.5. Diagnosis PPOK