Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN
berperan meningkatkan percepatan perombakan bahan organik dan menghancurkan bahan organik. Peran Streptomyces sp. menghasilkan zat
anti mikroba dari asam amino yang dihasilkan bakteri fotosintetik. Jamur fermentasi berperan dalam menguraikan bahan organik dan menghasilkan
alkohol dan zat antimikroba. Melalui proses fermentasi, ragi menghasilkan senyawa-senyawa bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman dari asam amino
dan gula yang dikeluarkan oleh bakteri fotosintetik atau bahan organik dan akar-akar tanaman.
Substrat sebagai sumber karbohidrat merupakan bahan baku fermentasi yang mengandung nutrisi-nutrisi yang dibutuhkan oleh
mikroorganisme untuk pertumbuhan. Sumber utama dalam pembuatan pupuk cair ini yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber mikroorganisme itu
sendiri. Sumber karbohidrat dalam penelitian ini adalah bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka. Glukosa dari tetes tebu molasses yang
digunakan sebagai nutrisi bagi bakteri Saccharomyces cerevisiae selama fermentasi dan sumber mikroorganisme berasal dari bioaktivator EM4.
Kandungan fosfor dalam substrat digunakan oleh sebagian besar mikroorganisme untuk membangun sel mikroorganisme tersebut. Sejumlah
mikrorganisme menghasilkan enzim fosfatase sehingga proses mineralisasi fosfor terjadi sempurna. Hal ini sejalan dengan pendapat Stofella dan Brian
2001 bahwa perombakan bahan organik dan proses mineralisasi fosfor terjadi
karena adanya
enzim fosfatase
yang dihasilkan
oleh mikroorganisme.
Kandungan P total pada fermentasi 4 hari sebesar 282 ppm 0,0282, dimana mikroorganisme ini mulai berdaptasi. Pada fase adaptasi
ini mikroorganisme melakukan penyesuaian pada lingkungannya. Setelah beradaptasi terhadap kondisi baru, sel-sel akan tumbuh cepat sampai jumlah
maksimum dan menyerap fosfor yang ada, sehingga kandungan P menurun. Pada lama fermentasi 8 hari kandungan P total menjadi 271 ppm 0,0271
dikarenakan aktivitas mikroorganisme sedang mengalami log phase. Log phase yaitu dimana mikroorganisme mulai tumbuh dan membelah pada
kecepatan maksimum Pratiwi,2008. Hal ini juga didukung oleh Mulyadi 2013 yang berpendapat bahwa kandungan yang berbeda-beda dipengaruhi
kecepatan mikroba yang berbeda-beda dalam mengurai bahan fermentasi. Pada fermentasi ke 12 hari terjadi kenaikan kandungan P kembali
menjadi 437 ppm 0,0437. Hal ini dikarenakan aktivitas mikroorganisme yang semakin berkurang sehingga jasad-jasad dari mikroorganisme yang
mengandung fosfor tersebut mengakibatkan bertambahnya kandungan P total pada sampel pupuk tersebut.
2. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Kalium Total pada Pupuk cair hasil fermentasi bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit Semangka
Kalium K digunakan untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama penyakit yang dibutuhkan tanaman. Kandungan K
yang terukur pada bayam, sawi, kulit pisang dan kulit semangka berasal dari ion K kalium tersedia dalam tanah yang akan diabsorbsi oleh tanaman
yang akan membantu proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis atau respirasi.
Berdasarkan hasil analisa variansi kandungan kalium total diperoleh bahwa lama fermentasi tidak memengaruhi kandungan kalium total secara
signifikan atau tidak terdapat perbedaan yang nyata diantara lama fermentasi yang berbeda. Oleh karena itu, tidak terdapat perlakuan lama
fermentasi yang terlihat menonjol memiliki pengaruh diantara perlakuan lainnya.
Menurut Rosmarkam dan Yuwono 2002, kalium mempunyai peranan sebagai katalisator yaitu sebagai penyusun dan pembongkar
karbohidrat, terutama di dalam pengubahan protein dan asam-asam amino. Kalium digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substrat sebagai
katalisator, dengan kehadiran bakteri dan aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kalium Sutedjo dkk., 1996.
Analisa yang diperoleh untuk unsur hara makro P dan K, jika dibandingkan pada salah satu contoh spesifikasi nilai minimum unsur hara
makro pupuk organik yang ada di Indonesia, maka hasil analisa pada penelitian ini tidak memenuhi standar. Penelitian ini menguji P dan K total.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai kandungan unsur hara P P
2
O
5
dan K K
2
0 untuk mengetahui potensi pupuk cair untuk dapat diaplikasikan sebagai sumber hara bagi tanaman.
3. Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Fosfor dan Kalium Total pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi Bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit
Semangka
Dari hasil pengukuran menunjukkan bahwa hasil setiap perlakuan lama fermentasi memiliki kandungan P dan K total yang berbeda-beda.
Pengaruh lama fermentasi terhadap kandungan fosfor total dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut :
Gambar 4.1 Pengaruh Lama Fermentasi terhadap Kandungan Fosfor Total pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi Bayam, Sawi,
Kulit Pisang dan Kulit Semangka
Berdasarkan gambar 4.1, dapat dilihat bahwa fermentasi
menentukan tinggi rendahnya kandungan P total. Kandungan rerata P total pada lama fermentasi 8 hari mengalami sedikit penurunan, namun pada
lama fermentasi 12 hari kandungan fosfor total meningkat. Melihat adanya peningkatan kandungan tersebut, masih memungkinkan terjadinya
peningkatan setelah lama fermentasi 16 hari dikarenakan substrat pada sampel pupuk cair masih ada dan pertumbuhan terus berlangsung.
0.01 0.02
0.03 0.04
0.05
4 hari 8 hari
12 hari K
ada r
P T
ot al
Lama Fermentasi
Namun, semakin lama waktu fermentasi bukan berarti kandungan P total juga semakin bertambah karena proses fermentasi berhubungan
langsung dengan mikroorganisme mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Apabila fermentasi dilanjutkan maka mikroorganisme akan
mengalami kematian disebabkan oleh nutrisi dari mikroba telah berkurang dan akan didapatkan hasil hara fosfor P yang lebih sedikit dibanding
sebelumnya. Kandungan kalium total pada pupuk cair hasil fermentasi bayam,
sawi, kulit pisang dan kulit semangka dengan lama fermentasi yang berbeda menghasilkan kandungan yang berbeda. Pengaruh lama fermentasi terhadap
kandungan kalium total dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut :
Gambar 4.2 Pengaruh Lama Fermentasi Terhadap Kandungan Kalium Total pada Pupuk Cair Hasil Fermentasi
Bayam, Sawi, Kulit Pisang dan Kulit Semangka
Berdasarkan gambar 4.2, dapat diketahui bahwa kandungan kalium total mengalami kenaikan pada lama fermentasi 8 hari dan mengalami
0.1 0.2
0.3 0.4
0.5
4 hari 8 hari
12 hari K
ada r
K T
ot al
Lama Fermentasi
sedikit penurunan pada hari ke-12. Berdasarkan data hasil penelitian, untuk mendapatkan kandungan unsur hara kalium total yang paling tinggi yaitu
dengan lama fermentasi 8 hari diikuti dengan lama fermentasi 12 hari meskipun analisa statistik menunjukkan hasil bahwa tidak ada perbedaan
diantara rerata perlakuan. Namun demikian, dari hasil penelitian ini kandungan fosfor total
yang tinggi lama fermentasi yang optimal yaitu 12 hari, sedangkan kandungan kalium total yang tinggi maka lama fermentasi yang optimal
yaitu antara 8 hari. Perbedaan kandungan fosfor total signifikan secara statistik dan kandungan kalium total tidak signifikan secara statistik.
4. Perubahan Suhu dan Derajat Keasaman pH Parameter pendukung dalam fermentasi adalah suhu dan pH.
Penelitian pembuatan pupuk organik cair ini dilaksanakan di galeri penelitian Pendidikan Biologi. Kondisi lingkungan di galeri penelitian
cukup mendukung pembuatan pupuk organik cair. Suhu dipengaruhi oleh factor penyinaran sinar matahari dan proses dekomposisi yang terjadi pada
tiap toples. Hasil pengukuran suhu ruang selama proses fermentasi bervariasi
yaitu suhu berkisar 28
o
C - 31
o
C dapat dilihat pada lampiran 2. Suhu dalam penelitian ini masih dalam range yang baik untuk fermentasi sehingga
mikroorganisme dapat mendegradasi substrat di dalam bahan tersebut. Hal PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ini sesuai dengan pernyataan Santoso 2010 yang berpendapat bahwa suhu yang baik untuk fermentasi adalah 25 - 55
o
C. Salah satu faktor yang memengaruhi aktivitas mikroorganisme di
dalam media penguraian bahan organik adalah pH. Menurut Campbell dan Reece
2008, pH
merupakan faktor
penting karena
berpengaruh terhadap ketersediaan mineral yang dibutuhkan oleh
tumbuhan. Pengujian pH dilakukan menggunakan pH meter. Derajat keasaman pupuk organik cair pada penelitian ini yaitu pada kisaran pH 3,6
– 4,5 dapat dilihat pada lampiran 2. Permentan 2011 menyatakan kisaran
pH pupuk organik cair yaitu sekitar 4-9,5. Reaksi kimia fermentasi yaitu:
Bahan organik CO
2
+H
2
O + hara + humus + ATP Reaksi yang terjadi pada perombakan fermentasi anaerob:
CH
2
O
x
XCH
3
COOH → CH
4
+ O
2
Derajat keasaman pada awal proses fermentasi akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam fermentasi
mengubah bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya, bakteri metanogen akan mengkonversikan asam organik menjadi senyawa
yang lebih sederhana seperti metana, amoniak, dan karbondioksida CO2 yang terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan
mendekati normal Prahesti dan Dwipayanti, 2011.
Aktivitas mikroorganisme
Bakteri penghasil asam methanomonas
Aktivitas mikrobia dalam mendekomposisi bahan organik menurut Dwijoseputro 2010 akan menghasilkan gas CO
2
. Gas CO
2
ini akan membentuk asam karbonat H
2
CO
3
yang mudah terurai menjadi ion H
+
dan HCO
3
-. Ion H
+
ini akan memengaruhi keasaman sehingga pH larutan menurun keasaman meningkat.
5. Hambatan dan Keterbatasan dalam Penelitian Hambatan yang dialami adalah kadar pH derajat keasaman selama
penelitian rendah agak asam. Menurut Campbell dan Reece 2008, jika pH terlalu asam dapat disesuaikan dengan menambahkan kapur yakni
kalsium karbonat atau kalsium hidroksida. Namun, jika pupuk cair akan diaplikasi ke tanaman maka dalam penggunaannya harus dilakukan
pengenceran yang lebih banyak untuk menetralkan pH-nya. Keterbatasan penelitian ini adalah penggunaan kontrol pupuk
organik cair komersial. Kontrol dalam penelitian ini hanya dengan melihat kandungan P total dalam kemasan sehingga untuk mengoptimalkan
perbandingan antara perlakuan sebaiknya pupuk cair kontrol juga diujikan kembali kandungannya dengan menggunakan metode pengukuran yang
sama dalam penelitian. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47