dikembangkan. Sehingga untuk melihat kedua aspek ini perlu dikembangkan suatu perangkat pembelajaran untuk suatu topik tertentu
yang sesuai dengan model pembelajaran yang dikembangkan. Selain itu dikembangkan pula instrumen penelitian yang sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Arends 2001:24, menyeleksi enam mode pengajaran yang sering
dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran kooperatif, pengajaran
berdasarkan masalah dan diskusi kelas. Arends dan pakar model pembelajaran yang lain berpendapat bahwa tidak ada satu model
pembelajaran yang paling baik diantara yang lainnya, karena masing- masing model pembelajaran dapat dirasakan baik, apabila telah
diujicobakan untuk mengajarkan materi pelajaran tertentu Arends, 1997. Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang ada perlu kiranya
diseleksi model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu.
4. Metode Kooperatif
Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab IV Pasal 19 ayat 1 tertulis proses pembelajaran
pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. Untuk mencapai tujuan pemerintah tersebut, guru harus menggunakan model pembelajaran yang kreatif dan variatif dan
mulai meninggalkan model konvensional seperti ceramah Lie, 2002. Seperti dikemukakan Kemp 1979, perlu adanya kegiatan belajar
mengajar yang mendorong peserta didik untuk aktif berpartisipasi. Dengan aktifnya siswa dalam kegiatan pembelajaran, diharapkan hasil
pembelajaran lebih tercapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran oleh rekan sebaya peer teaching melalui pembelajaran
kooperatif ternyata lebih efektif daripada pembelajaran oleh pengajar Lie, 2002.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar menciptakan interaksi yang silih asah. Dengan demikian, sumber belajar
bagi siswa tidak hanya guru dan buku ajar tetapi juga sesama siswa Nurhadi dan Senduk, 2003. Lie 2002 mengungkapkan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling bekerjasama dalam tugas-tugas
yang terstruktur. Dalam sistem tersebut, guru bertindak sebagai fasilitator. Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro dalam Priyanto, 2007
mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih
asah, silih asih, dan silih asuh antarsesama siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata. Pembelajaran kooperatif dimaknai sebagai
serangkaian aktivitas pembelajaran yang diorganisasikan sedemikian rupa
sehingga pembelajaran tersebut difokuskan pada pertukaran informasi terstruktur antarpembelajar dalam grup yang bersifat sosial dan masing-
masing pembelajar bertanggungjawab penuh atas pembelajaran yang mereka jalani Kagan, 1992:8.
Dalam pembelajaran kooperatif siswa pandai mengajar siswa yang kurang pandai tanpa merasa dirugikan. Siswa kurang pandai dapat belajar
dalam suasana yang menyenangkan karena banyak teman yang membantu dan memotivasinya. Siswa yang sebelumnya terbiasa bersikap pasif
setelah menggunakan pembelajaran kooperatif akan terpaksa berpartisipasi secara aktif agar bisa diterima oleh anggota kelompoknya Priyanto,
2007. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pembelajaran yang berusaha
memanfaatkan teman sejawat siswa lain sebagai sumber belajar, disamping guru dan sumber belajar lainnya.
5. Unsur-unsur model pembelajaran kooperatif