83 dalam perang.
90 Pantaslah,
pertemuan tidak
diakhiri happy ending, meski bukan dengan duka lara, tak ada
kesepakatan ataupun
penandatanganan MOU.
Eh bukan, maksudku MOL alias
memorandum of love. Pulang hampa tangan
. Dan aku pun sebenarnya
kurang menginginkan.
90a Pantaslah,
pertemuan tidak
diakhiri happy ending, meski bukan dengan duka lara, tak ada
kesepakatan ataupun
penandatanganan MOU.
Eh bukan, maksudku MOL alias
memorandum of love. Pulang tanpa membawa apa-apa
. Dan aku pun sebenarnya kurang
menginginkan.
91
Ia dihadiahkan
pada Tumenggung Wiroguno sebagai
penghargaan atas jasa sang pahlawan perang yang mampu
memadamkan api disintegrasi.
91a
Ia dihadiahkan
pada Tumenggung Wiroguno sebagai
penghargaan atas jasa sang pahlawan perang yang mampu
memadamkan pemberontakan
yang telah terjadi.
3.4 Fungsi Melebihkan
Gaya ini digunakan untuk membesar-besarkan atau membanggakan diri pribadi dan di balik itu sebenarnya mengecilkan orang lain. Di balik itu juga gaya
bahasa ini dimanfaatkan untuk menyembunyikan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang ada pada diri pribadi Baryadi, 2012: 29. Berikut
adalah fungsi melebihkan yang ditemukan dalam gaya bahasa persamaan atau simile:
92 Dengan gaun merah muda, aku malah melenggak-lenggok layaknya
peragawati beraksi di atas catwalk Roro Mendut Atmo, hal 74.
Contoh 92 tokoh aku digambarkan melenggak-lenggok layaknya peragawati di atas catwalk
, padahal sebenarnya tokoh aku tersebut bukanlah seorang peragawati dan tidak sedang berada di atas catwalk. Terlihat bahwa tokoh
tersebut merasa bangga pada dirinya sendiri. Berikut adalah fungsi melebihkan yang terdapat dalam gaya bahasa ironi:
84 93
“Hai, kamu pemuda ingusan Menurut laporan asistenku, kamu orang yang bernama Pronocitro brengsek itu, bukan?” Roro Mendut Atmo,
hal 9.
Frasa pemuda ingusan pada contoh 93 memiliki fungsi melebihkan karena Pronocitro adalah pria dewasa, bukan anak kecil yang masih ingusan.
94 “Orang edan, ngapain kamu berlama-lama berduaan dengan trimanku,
ha?” pejabat itu naik pitam Roro Mendut Atmo, hal 9. Orang edan
pada contoh 95 memiliki fungsi melebihkan karena Pronocitro adalah pemuda yang waras sifatnya.
95 “Tahukah kamu, Prono gemblung, kalau sebentar lagi ia akan menjadi
selirku?” Wiroguno mengintrogasi Roro Mendut Atmo, hal 9. 96
“Jangan ikut campur urusanku dengan Prono menying ini, Ndut” Wiroguno memperingatkan trimannya Roro Mendut Atmo, hal 9.
Prono gemblung pada contoh 95 dan Prono menying pada contoh 96
merupakan gaya bahasa ironi yang memiliki fungsi melebihkan karena bertujuan untuk mengecilkan dan mengejek Pronocitro.
97 “Pasukan Tangkap pemuda gembel jelek itu” komando Panglima
Wiroguno pada anak buahnya Roro Mendut Atmo, hal 10. Pemuda gembel jelek
pada contoh 97 merupakan gaya bahasa ironi yang memiliki fungsi melebihkan karena oleh penulis telah dinyatakan bahwa
Pronocitro adalah pemuda yang tampan. 98
“Hai para begundal Mau pada lari kemana lagi kalian, ha? Tempat ini sudah saya blokade. Ha… ha ha ha …” Wiroguno merasa menang
Roro Mendut Atmo, hal 11.
Contoh 98 frasa para begundal memiliki fungsi melebihkan karena bermaksud untuk mengecilkan Roro Mendut dan Pronocitro selain itu mereka
berdua bukanlah para penjahat seperti yang dituduhkan oleh Tumengung Wiroguno.
85 99
“Dasar anak ingusan tak tahu malu, wanita sudah ditriman masih di mau. Sebaiknya engkau pulang menyusu pada ibumu karena yang
kuhadapi belum banyak ilmu. Lalu, belajarlah mencuci paras muka kalau ingin dihinggapi rasa cinta,”
kata-kata Wiroguno tak kalah menyakitkan hati lawan Roro Mendut Atmo, hal 12.
Contoh 99 yaitu pada kalimat Dasar anak ingusan tak tahu malu dan belajarlah mencuci paras muka,
memiliki fungsi melebihkan karena frasa anak ingusan
merupakan ungkapan yang digunakan untuk mencela seseorang yang masih muda dengan menganggapnya seperti anak kecil yang masih ingusan,
meskipun orang tersebut sudah tidak muda lagi. Frasa belajarlah mencuci paras muka,
memiliki fungsi melebihkan karena itu berarti Tumenggung Wiroguno menganggap lawan bicaranya memiliki wajah yang jelek padahal penulis telah
menyatakan bahwa Pronocitro adalah pemuda tampan. 100 “Lahirmu saja baru kemarin sore, sudah berlagak sebagai sang
pembantai. Kencangkan dulu kolor celanamu, kalau hendak berlaga
dengan tuanmu. Ayo jangan mundur meski selangkah karena pantang bagiku menyerah kalah” Tumenggung menerima tantangan Roro
Mendut Atmo , hal 12.
Contoh 100 Lahirmu saja baru kemarin sore, sudah berlagak sebagai sang pembantai, Kencangkan dulu kolor celanamu,
yang diucapkan oleh Tumenggung Wiroguno memiliki fungsi melebihkan karena Pronocitro bukanlah
pemuda yang baru lahir kemarin sore. 101 “Jangan asal menilai karya orang, ya Apresiasi senimu rendah. Cerpen
baik dibilang jelek,” bantahku Roro Mendut Atmo, hal 52. Contoh 101 yaitu pada kalimat Apresiasi senimu rendah, memiliki fungsi
melebihkan karena Ratri tidak akan terpilih menjadi ketua pengurus mading sekolah apabila tidak memiliki apresiasi terhadap karya seni dan sastra yang
tinggi.
86 102 “Kamu yang kaku kayak tulang.” Aku panas Roro Mendut Atmo,
hal 60. Contoh 102 pada kalimat Kamu yang kaku kayak tulang yang
diucapkan oleh tokoh Bram kepada Ratri ketika sedang kesal. Ungkapan tersebut berlebihan karena Ratri bukanlah orang yang kaku, apalagi sekaku tulang.
Ungkapan kekesalan Bram tersebut bertujuan untuk mengecilkan lawan bicaranya sekaligus untuk menyembunyikan kekurangannya yang tak mau diakuinya.
3.5 Fungsi Keindahan