Tindak Tutur Tidak Langsung

103 sebuah rumah mewah dilayani banyak abdi dan jongos. Punya kendaraan tak bermotor, lengkap dengan kusirnya. Bagaimana Cah Ayu?” pejabat kerajaan itu menjanjikan segalanya Roro Mendut Atmo , hal 3. Elite pada data 155 merupakan kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris yang berarti orang-orang terpandang dan berderajat tinggi. Penggunaan kata dalam bahasa Jawa lebih banyak ditemukan dalam cerpern Roro Mendut Triman, hal ini dikarenakan cerpen tersebut berlatar belakang di kerajaan Mataram. Penggunaan kata dalam bahasa Inggris banyak terdapat dalam cerpen Sosok yang Hilang, hal ini sesuai dengan latar cerita yang tokoh-tokohnya merupakan mahasiswa yang aktif di kampus mereka.

3.6 Fungsi Mengungkapkan Sesuatu Secara Tidak Langsung

Dalam usaha utuk mengungkapkan diri mereka, orang-orang tidak hanya menghasilkan tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur-struktur gramatikal saja, tetapi mereka juga memperlihatkan tindakan-tindakan melalui tuturan-tuturan itu Yule, 2006: 81. Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak tutur. Dalam banyak hal, sifat peristiwa tuturlah yang menentukan penafsiran terhadap suatu tuturan ketika menampilkan suatu tindak tutur khusus Yule, 2006: 82. Tindak tutur dapat berwujud langsung dan tidak langsung, dan literal maupun tidak literal Nadar, 2009: 17.

3.6.1 Tindak Tutur Tidak Langsung

Tindak tutur langsung adalah tuturan yang sesuai dengan modus kalimatnya, sedangkan tindak tutur tidak langsung adalah tuturan yang modusnya 104 berbeda dengan fungsinya Nadar, 2009:18. Berikut adalah tindak tutur tidak langsung yang ditemukan dalam gaya bahasa metafora, epitet, dan ironi: 156 “Lho, kamu naksir sama bapaknya atau anaknya? Maumu apa, sih? Kamu bisa mati kutu karena memendam rindu. Kamu bisa ketinggalan kereta, hanya karena menyembunyikan rasa cinta. Sudah terbukti, Nico menganggapmu sepi. Apa kamu sudah bereaksi?” Jaya mengurus temannya dengan berapi-api Roro Mendut Atmo, hal 81. 157 “Mataku jadi saksi, Lang. Sayang sekali, punya teman terlalu ketinggalan jaman. Oh ya, aku barusan dari rumah Pak Anto, si dosen bujang perlente. Biasalah, diskusi sambil rujakan. Eh, ternyata mereka ada di sana. Nah, apa kamu tidak berani bersaing dengan teman sendiri?” begitu kata Wijaya Roro Mendut Atmo, hal 82. Data 156 dan 157 menunjukkan bahwa Wijaya sedang berusaha menyemangati temannya dalam memperebutkan cinta kekasih hatinya. Wijaya menyemangati dengan cara mengecilkan temannya dan memberitahukan hal-hal yang telah dilakukan oleh saingannya. Galang, adalah teman Wijaya yang tengah menyukai gadis bernama Reni. Sayangnya saingan Galang adalah temannya sendiri, yang juga merupakan anggota dari trio kampusnya, Nico. 158 “Hai, panglima kerajaan yang katanya selalu menang perang Mengakumu saja sebagai ksatria, tapi nyatanya berlaku betina. Engkau hanya besar mulut menghadapi dua orang mengerahkan para pengikut. Perempuan bisanya hanya menjerit, masih kau takut-takuti dengan segenap prajurit.” Pronocitro memanas-manasi lawannya Roro Mendut Atmo, hal 11. Data 158 menunjukkan bahwa Pronocitro dengan sengaja menyindir lawannya agar mau melawannya satu lawan satu, tanpa mengerahkan pengikut. Pronocitro dan Roro Mendut ketika itu tengah berusaha melarikan diri, tetapi gagal dan terkepung oleh pasukan Tumenggung Wiroguno. 159 “Orang edan, ngapain kamu berlama-lama berduaan dengan trimanku, ha?” pejabat itu naik pitam Roro Mendut Atmo, hal 9. 105 Data 159 secara tidak langsung pejabat tersebut menyuruh lawan bicaranya untuk pergi. Pejabat tersebut adalah Wiroguno yang memergoki Roro Mendut tengah berduaan dengan Ponocitro. 160 “Tahukah kamu, Prono gemblung, kalau sebentar lagi ia akan menjadi selirku?” Wiroguno mengintrogasi Roro Mendut Atmo, hal 9. Data 160 Wiroguno sengaja memberi tahu bahwa Roro Mendut akan menjadi selirnya, padahal Pronocitro telah mengetahui situasi tersebut. Wiroguno bermaksud menggertak Pronocitro sehingga apabila Pronocitro akan menjalin hubungan dengan salah satu selirnya maka ia akan berhadapan dengan pasukan kerajaan. 161 “Lahirmu saja baru kemarin sore, sudah berlagak sebagai sang pembantai. Kencangkan dulu kolor celanamu, kalau hendak berlaga dengan tuanmu. Ayo jangan mundur meski selangkah karena pantang bagiku menyerah kalah” Tumenggung menerima tantangan Roro Mendut Atmo, hal 12. 162 “Dasar anak ingusan tak tahu malu, wanita sudah ditriman masih di mau. Sebaiknya engkau pulang menyusu pada ibumu karena yang kuhadapi belum banyak ilmu. Lalu, belajarlah mencuci paras muka kalau ingin dihinggapi rasa cinta,” kata-kata Wiroguno tak kalah menyakitkan hati lawan Roro Mendut Atmo, hal 12. Data 161 dan 162 menunjukkan bahwa Wiroguno sengaja memanas- manasi Pronocitro dengan tujuan apabila ia perang tanding melawan Pronocitro ia tahu pasti bahwa ia akan menang. Wiroguno tahu betul seperti apa kemampuan Pronocitro.

3.6.2 Tidak Tutur Tidak Literal