76
BAB III FUNGSI GAYA BAHASA KIASAN
DALAM KUMPULAN CERITA PENDEK RORO MENDUT ATMO KARYA BESAR S.W.
3.1 Pengantar
Dalam bab ini akan dibahas mengenai fungsi-fungsi gaya bahasa kiasan, di antaranya fungsi ironi, fungsi menghaluskan, fungsi melebihkan, fungsi
keindahan, dan fungsi mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung.
3.2 Fungsi Ironi
Subagyo 2004: 67, menyatakan bahwa gaya bahasa ironi merupakan cara yang ramah untuk menyinggung perasaan orang, atau sopan santun yang
mengejek. Berbicara atau bertutur merupakan tindakan yang berorientasi pada maksud atau tujuan goal oriented activity. Melalui ironi, maksud atau tujuan
yang sama dapat dikemukakan dengan beberapa tuturan yang berbeda-beda. Sekadar contoh, seorang ibu sudah berkali-kali menyuruh anak gadisnya menyapu
lantai ruang tamu. Apalagi kuliah libur sehingga anaknya punya banyak waktu luang untuk memenuhi harapan ibunya. Namun si anak gadis tetap saja tidak
beranjak dari depan televisi. Perintah sang ibu tidak juga dilaksanakan. Situasi itu membuat sang ibu marah. Lalu dengan nada geram dia berkata kepada anak
gadisnya, Dasar anak malas, sudah disuruh berkali-kali tetap saja tak bergeming.
77 Di samping itu, sang ibu dapat mengemukakan maksudnya dengan tuturan ini,
Anakku memang rajin, disuruh sekali saja langsung semua beres. Tuturan
semacam itulah yang disebut sebagai tuturan yang memiliki fungsi ironi. Berikut contoh fungsi ironi dalam gaya bahasa metafora:
79 “Hai, panglima kerajaan yang katanya selalu menang perang Mengakumu saja sebagai ksatria, tapi nyatanya berlaku betina
. Engkau hanya besar mulut menghadapi dua orang mengerahkan para pengikut.
Perempuan bisanya hanya menjerit, masih kau takut-takuti dengan segenap prajurit.” Pronocitro memanas-manasi lawannya Roro Mendut
Atmo , hal 11.
Pronocitro memanas-manasi Wiroguno dengan menyebutnya besar mulut, mengakumu saja sebagai ksatria, tapi nyatanya berlaku betina
pada data 79. Tuturan Pronocitro tersebut memiliki fungsi ironi karena menyindir Wiroguno
secara tidak langsung dengan cara menyamakan kelakuan Wiroguno dengan binatang yang bejenis kelamin betina. Berikut fungsi ironi dalam gaya bahasa
epitet: 80 “Lahirmu saja baru kemarin sore, sudah berlagak sebagai sang
pembantai. Kencangkan dulu kolor celanamu, kalau hendak berlaga dengan tuanmu.
Ayo jangan mundur meski selangkah karena pantang bagiku menyerah kalah” Tumenggung menerima tantangan Roro
Mendut Atmo , hal 12.
Dari data di atas terlihat bahwa fungsi ironi ditunjukkan dalam tuturan yang diucapkan oleh Wiroguno. Lahirmu saja baru kemarin sore, sudah berlagak
sebagai sang pembantai. Kencangkan dulu kolor celanamu, kalau hendak berlaga dengan tuanmu
, Wiroguno menyebut lawan bicaranya, Pronocitro, sebagai anak yang baru lahir kemarin sore dan harus mengencangkan dulu kolor celananya
apabila hendak bertarung dengan dirinya. Tuturan tersebut selain bersifat
78 menyindir juga menyakitkan hati lawan bicaranya. Berikut fungsi ironi dalam
gaya bahasa ironi: 81 “Tahukah kamu, Prono gemblung, kalau sebentar lagi ia akan menjadi
selirku?” Wiroguno mengintrogasi Roro Mendut Atmo, hal 9. Wiroguno menyebut Pronocitro sebagai Prono gemblung 81 dan
menanyakan pertanyaan yang bersifat retorik pada Pronocitro. Frasa tersebut menunjukkan fungsi ironi karena bersifat kasar dan bertujuan untuk mengejek dan
menghina lawan bicaranya. 82 “Dasar anak ingusan tak tahu malu, wanita sudah ditriman masih di
mau. Sebaiknya engkau pulang menyusu pada ibumu karena yang kuhadapi belum banyak ilmu. Lalu, belajarlah mencuci paras muka
kalau ingin dihinggapi rasa cinta,” kata-kata Wiroguno tak kalah
menyakitkan hati lawan Roro Mendut Atmo, hal 12. Tuturan Dasar anak ingusan tak tahu malu, wanita sudah ditriman masih
di mau. Sebaiknya engkau pulang menyusu pada ibumu karena yang kuhadapi belum banyak ilmu. Lalu, belajarlah mencuci paras muka kalau ingin dihinggapi
rasa cinta, pada data 82 memiliki fungsi ironi karena secara terang-terangan
menyindir dan menghina lawan bicaranya. Berikut fungsi ironi dalam gaya bahasa inuendo:
83 “Wah-wah kamu bilang pelanggan. Tapi dari tadi kamu berbisik-bisik dan saling tersenyum berdua.
Jangan kira, baru sekarang aku mengetahui hubunganmu ini, Mendut. Kamu memang wanita tidak tahu diuntung.
Kalau tidak kuselamatkan, mungkin engkau telah mati keterjang senjata nyasar di kancah peperangan.”
Wiroguno marah Roro Mendut Atmo, hal 8.
Wiroguno menyindir dengan mengatakan bahwa Pronocitro hanyalah salah satu pelanggan Roro Mendut pada data 83. Pada kenyataannya Wiroguno
sendiri tahu bahwa Pronocitro bukanlah sekedar pelanggan biasa bagi Roro
79 Mendut. Selain itu Wiroguno juga mengungkapkan tuturan yang kasar dengan
menyebut Roro Mendut sebagai wanita tidak tahu diuntung.
3.3 Fungsi Menghaluskan