27
sebagai taktik untuk menahan pasangannya pergi darinya. Ini menandakan dominasi dari pihak yang melayangkan pukulan tersebut.
4. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Berpacaran yang Umum Terjadi
Menurut Subhan 2004, bentuk- bentuk kekerasan yang sering
dilakukan meliputi :
a. Kekerasan Fisik, merupakan pelecehan seksual, seperti: rabaan,
colekan yag tidak diinginkan, pemukulan, penganiayaan, serta pemerkosaan.
b. Kekerasan Nonfisik, merupakan pelecehan seksual, seperti: sapaan,
siulan, atau bentuk perhatian yang tIdak diinginkan, direndahkan, dianggap selalu tidak mampu, memaki, dll.
Jombang women’s crisis center 2013 mengidentifikasi bentuk kekerasan
dalam pacaran yang terjadi di kalangan remaja adalah:
a. Kekerasan fisik, misalnya memukul, menendang, menjambak rambut,
mendorong sekuat tenaga, menampar, menonjok, mencekik, membakar bagian tubuhmenyundut dengan rokok, pemaksaan berhubungan seks,
menggunakan alat, atau dengan sengaja mengajak seseorang ke tempat yang membahayakan keselamatan.
b. Kekerasan seksual, bentuknya bisa berupa pemaksaaan hubungan
seksual rabaan, ciuman, sentuhan yang tidak kita kehendaki, dipaksa aborsi, dll.
28
c. Kekerasan psikis, bentuknya berupa cacimakiaan, umpatan, hinaan,
pemberian julukan yang mengandung olok-olok ; membuat seseorang menjadi bahan tertawaan ; mengancam, cemburu yang berlebihan,
membatasi pasangannya untuk melakukan kegiatan yang disukai, pemerasan, mengisolasi, larangan berteman.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku dating violence terdiri dari tiga bentuk yakni kekerasan Verbal dan Emosional yang
terdiri dari mengatakan pacarnya gendut, menuduh, mempermalukan di depan umum, membatasi kebebasan, ancaman, melanggar privasi. Kekerasan fisik,
berupa memukul, meninju, menendang, menjambak rambut, mendorong sekuat tenaga, menampar, menonjok, mencekik. Bentuk kekerasan dapat
berupa seksual pemaksaan hubungan seksual, perkosaan, rabaan yang tidak di inginkan.
5. Faktor-Faktor Kekerasan dalam Pacaran
Murray dalam Siagian 2012:16 menyatakan bahwa terdapat tujuh faktor yang berkontribusi dalam Kekerasan dalam Pacaran, yaitu:
a. Penerimaan teman sebaya
Remaja cenderung ingin mendapatkan penerimaan dari teman sebaya mereka, misalnya remaja pria dituntut oleh teman sebayanya untuk
melakukan kekerasan sebagai tanda kemaskulinan mereka.
29
b. Harapan peran gender
Pria diharapkan untuk lebih mendominasi sedangkan wanita diharapkan untuk lebih pasif. Pria yang menganut peran gender yang
mendominasi akan lebih cenderung mengesahkan perbuatan dating violence kepada pasangannya, sedangkan wanita yang menganut peran
gender yang pasif, akan lebih menerima dating violence dari pasangannya.
c. Pengalaman yang sedikit
Secara umum, remaja memiliki sedikit pengalaman dalam berpacaran dan menjalin hubungan dibandingkan dengan orang dewasa.
Remaja tidak mengerti seperti apa pacaran yang benar, apakah setiap hal yang mereka lakukan saat pacaran adalah baik. Contohnya: cemburu dan
posesif dari abuser dilihat sebagai tanda cinta dan sesuatu yang dipersembahkan dari abuser. Karena kurangnya pengalaman, mereka
menjadi kurang objektif dalam menilai hubungan mereka.
d. Jarang berhubungan dengan pihak yang lebih tua
Remaja selalu merasa bahwa orang dewasa tidak akan menanggapi mereka dengan serius, dan mereka menganggap bahwa intervensi dari
orang dewasa akan membuat kepercayaan diri dan kemandirian diri mereka hilang. Inilah yang membuat mereka menutupi dating violence
yang terjadi pada diri mereka.
30
e. Sedikit akses ke layanan masyarakat
Remaja di bawah usia 18 tahun mempunyai akses yang sedikit ke pengobatan medis, dan meminta perlindungan ke tempat penampungan
orang-orang yang menjadi korban kekerasan. Mereka membutuhkan panduan orangtua, tetapi mereka takut menyampaikannya. Hal ini akan
menghambat remaja untuk terlepas dari kekerasan dalam pacaran.
f. Legalitas
Kesempatan legal berbeda antara orang dewasa dan remaja, remaja kurang memiliki kesempatan legal. Remaja sering kali memiliki akses
yang sedikit ke pengadilan, polisi dan bantuan. Ini merupakan rintangan bagi remaja untuk melawan dating violence.
g. Penggunaan obat-obatan
Obat-obatan tidak merupakan penyebab dating violence, tetapi ini dapat meningkatkan peluang terjadinya dating violence dan meningkatkan
keberbahayaannya. Obat-obatan
menurunkan kemampuan
untuk menunjukkan kontrol diri dan kemampuan membuat keputusan yang baik
dihadapan wanita ataupun prianya.
31
World Report On Violence And Health dalam Siagian 2012:17 mengindikasikan enam faktor yang menyebabkan dating violence diantaranya:
a. Faktor individual
Faktor demografi yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan kepada pasangannya adalah usia yang muda dan memiliki status
ekonomi yang rendah. The Health and Development Study in Dunedin, New Zealand 2002
– Dalam satu penelitian longitudinalnya menunjukkan bahwa seseorang yang berasal dari keluarga yang melakukan kekerasan-
berasal dari keluarga yang umumnya berada pada level ekonomi yang rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah atau pendidikan yang
rendah, maka mereka akan melakukan dating violence.
b. Sejarah kekerasan dalam keluarga
Studi yang dilakukan di Brazil, Afrika, dan Indonesia 2002 menunjukkan bahwa dating violence cenderung dilakukan oleh laki-laki
yang sering mengobservasi ibunya yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
c. Penggunaan Alkohol
Penelitian Black, dkk 2002 yang diadakan di Brazil, Cambodia, Canada, Chile, Colombia, Costa Rica, El Salvador, India,
Indonesia, Nicaragua, Afrika Selatan, Spanyol, dan Venezuela
32
menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peminum minuman keras dengan menjadi pelaku dating violence. Hal ini bisa
terjadi karena alkohol dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan individu dalam menginterpretasikan sesuatu World Report on Violence
and Health, 2002 . Lebih lanjut Borsary Carey dalam Roudsary, Leahy Walters, 2009
menggunakan pengukuran penggunan alkohol satu kali seminggu dalam memprediksikan pelaku dating violence.
d. Gangguan kepribadian
Penelitian di Canada 2002 menunjukkan bahwa laki-laki yang menyerang pasangannya cenderung mengalami emotionally dependent,
insecure dan rendahnya self-esteem sehingga sulit mengontrol dorongan-dorongan yang ada dalam diri mereka. Mereka juga memiliki
skor yang tinggi pada skala personality disorder termasuk diantaranya antisocial, aggressive and borderline personality disorders.
e. Faktor dalam Hubungan
O’Kefee 2005 mengatakan bahwa, kurangnya kepuasan dalam hubungan, semakin banyaknya konflik yang terjadi dalam hubungan
tersebut akan meningkatkan terjadinya dating violence. Hasil penelitian Lewis Fremouw, Ray Gold, Billingham dalam Luthra dan Gidycs,
2006 mengatakan bahwa semakin lama durasi suatu hubungan, maka dating violence dalam hubungan tersebut semakin meningkat.
33
Follingstad, Rutledge, Polek, McNeill-Hawkins dalam Luthra Gidycs, 2006 menyebutkan bahwa dengan pertambahan setiap 6 bulan
durasi pacaran, korban dari kekerasan berulang-ulang akan lebih bisa bertahan dalam hubungan yang dijalaninya, daripada korban yang
mengalami sekali kekerasan atau dengan kata lain semakin sering dilakukan suatu kekerasan kepada pasangannya maka sang pelaku akan
semakin merasa bahwa si korban menerima perilaku kekerasan tersebut.
f. Faktor komunitas
Pada Tingkat ekonomi yang tinggi, orang-orang lebih mampu untuk melakukan perlindungan ataupun pembelaan terhadap kekerasan
yang dialaminnya. Meskipun tidak selalu benar bahwa kemiskinan meningkatkan kekerasan, namun tinggal dalam kemiskinan dapat
menyebabkan hopelessness. Untuk beberapa pria, tinggal dalam kemiskinan bisa mengakibatkan stress, frustrasi, dan perasaan tidak
mampu untuk memenuhi harapan sosial, atau hidup sesuai dengan harapan sosial. Peran gender tradisional, ada tidaknya sanksi dalam
komunitas itu, atau daerah tempat tinggal pelaku dan korban merupakan bekas daerah perang sehingga tersedia peralatan perang, juga turut
berperan Sebagai pemicu dating violence. Kekerasan yang terjadi di komunitas berhubungan dengan faktor penyebab menjadi pelaku dating
violence dikedua gender Malik dalam O`Kefee, 2005. Frekuensi kekerasan yang terjadi di komunitas akan meningkatkan kekerasan yang
34
terjadi, mungkin ini disebabkan oleh penerimaan seseorang mengenai violence
tersebut. O’Keefe, 2005.
6. Karakteristik Orang yang melakukan Dating Violence