Kekerasan dalam pacaran: studi deskriptif pada siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko tahun ajaran 2012/2013 dan implikasinya terhadap usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi sosial.

(1)

i

KEKERASAN DALAM PACARAN (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013

dan Implikasinya Terhadap Usulan

Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling

Disusun Oleh: Dendy Setyadi NIM: 091114015

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

i


(2)

(3)

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

MOTTO

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong, Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang

lain, Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran, Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu,

sabar menanggung segala sesuatu, Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap, Sebab pengetahuan

kita tidak lengkap dan nubuat kita tidak sempurna, Tetapi jika yang sempurna tiba, maka yang tidak sempurna itu akan lenyap.”

( 1 Korintus 13: 4-10)

Kupersembahkan Karyaku ini untuk ;

Tuhan Yesus Kristus

Universitas Sanata Dharma, Prodi Bimbingan Konseling

Orang Tuaku Bapak Siswadi dan ibu Suyati

Adikku Dimas Kurnia Adi, Vindy Ayu Saputri

Sadtya Edy N, Mariska K , Andreas Rian, Sahabat-sahabatku BK

2009

SMA N I Karangnongko Klaten


(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 15 Juli 2013 Penulis

Dendy Setyadi

v


(6)

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Dendy Setyadi

Nomor Mahasiswa : 091114015

Dengan Pengembangan Ilmu Pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya saya yang berjudul :

KEKERASAN DALAM PACARAN (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial)

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 15 Juli 2013 Yang menyatakan,

Dendy Setyadi


(7)

vii

ABSTRAK

KEKERASAN DALAM PACARAN (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI

SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik

Layanan Bimbingan Pribadi Sosial)

Dendy Setyadi Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai bentuk kekerasan dalam berpacaran pada remaja di SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013. Masalah pertama yang diteliti adalah “Bentuk-bentuk kekerasan seperti apa yang kerap muncul dalam berpacaran di kalangan remaja SMA N 1 Karangnongko Tahun ajaran 2012/2013?”. Masalah yang kedua adalah “Berdasarkan bentuk kekerasan pacaran yang frekuen dialami siswa, topik bimbingan apa yang implikatif diusulkan dalam penyusunan program bimbingan pacaran yang sehat dan aman?”.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran pada siswa dengan jumlah 58 item. Subyek penelitian adalah para siswa kelas XI IPA 1, 2, 3 dan XI IPS 1, 2, 3 SMA N 1 Karangnongko yang terdiri dari 184 orang. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif katagoris yang diawali dengan tabulasi skor tabulasi skor dari masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang dialami siswa. Kategorisasi ini terdiri dari tiga jenjang yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa (1) Bentuk-bentuk kekerasan dalam berpacaran pada remaja SMA N 1 Karangnongko Tahun ajaran 2012/2013 termasuk dalam kategori “jarang” terdapat 58 butir item, dan terdapat kategori kerap kali 2 item, dan bentuk kekerasan dalam pacaran yang terjadi kategori sering tidak ada. (2) Berdasarkan analisis butir-butir kuesioner bentik-bentuk kekerasan dalam pacaran, yang terindikasi 10 frekuensi tinggi, diusulkan topik bimbingan yang implikatif dalam bimbingan pacaran yang sehat dan aman.

vii


(8)

ABSTRACT

DATING VIOLENCE

(A Descriptive Study of the Eleventh Grade Students at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 Academic Year and Its Implications to

the Suggested Topics of Social Personal Guidance Service)

by Dendy Setyadi University Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

This study belongs to a descriptive study that aims at obtaining the description about violence in dating among adolescents’ overview as students at

SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic year. The first problem

formulated is “What types of dating violence that often appear in dating among adolescents of the students at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic year?” The second is “Based on the types of dating violence frequently encountered, what are the implied guidance topics appropriately suggested in compiling the healthy and safe dating guidance program?”

The type of this research is a descriptive study using survey method. The research instrument used is a questionnaire about types of dating violence among adolescents consisting of 58 items. The subject is the eleventh grade students of class XI IPA 1, 2, 3 and XI IPS 1, 2, 3 at SMAN 1 Karangnongko consisting of 184 people. The technique of data analysis is using categorized descriptive technique that begins with a score tabulation of each item, then categorizing the types of dating violence encountered by students. This categorization consists of three levels, they are high, medium, and low.

The results show that: (1) The types of dating violence encountered by adolescents at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic year indicate that 58 items belong to the rare category, 2 items belong to the frequent category, and no items belong to the often category. (2) Based on the analysis of the items in the questionnaire that belong to high frequency, the writer suggested the implied guidance topics in compiling the healthy and safe dating guidance program.


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih karuniaNya, serta bimbinganNya selama proses penyelesaian skripsi ini. Skripsi ini berjudul Kekerasan dalam Pacaran (Studi Deskriptif Siswa Kelas XI SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial). Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini. Baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan, namun semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang berharga bagi perkembangan diri penulis.

Skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak yang telah bersedia membimbing, membantu dan selalu memberikan dorongan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph. D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Dr. Gendon Barus, M.Si. Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling dan dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan

ix


(10)

pikiran untuk membimbing serta memotivasi penulis dalam proses penulisan skripsi ini sampai selesai dan menjadi sebuah buku.

3. Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si. dan A. Setyadari, S.Pd. S.Psi., Psi., M.A Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan semangat pada penulis.

4. Bapak dan Ibu Dosen di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan berbagai ilmu pengetahuan selama ini sehingga berguna bagi penulis.

5. Bapak Markus, S.Pd. Kepala Sekolah SMA Santo Mikael Warak yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan uji coba instrumen penelitian.

6. Bapak Suyanto Kepala Sekolah SMA N 1 Karangnongko, Klaten yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian kepada para siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko.

7. Ibu Giantari, S.Pd. dan Bapak Priyono S.Pd. Guru Bimbingan dan Konseling SMA N 1 Karangnongko, Klaten yang telah membantu penulis dalam proses pengambilan data di sekolah terhadap para siswa kelas XI. 8. Para Siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko yang telah berpartisipasi

dalam proses pengumpulan data.

9. Bapak saya Siswadi, Ibu Suyati S.Pd. dan Adik Dimas Kurnia Adi saya yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan selalu mendoakan. 10.Vindy Ayu Saputri yang memberi motivasi dan doa.


(11)

xi

11. Dosen Seminar Ag. Krisna Indah M, S.Pd.,M.A. yang telah membantu saya dari 0 sampai bisa menjadi proposal yang baik.

12. Para Dosen yang memberi inspirasi pada saya (Pak Donal, Pak Sin, Pak Budi, Mas Tatung, Mbak Indah, Bu Retno, dll)

13. Mas Pur UKSW dan Pak Sopyan Guru SMP saya yang telah membereskan dalam Hal Bahasa.

14. Teman-teman Bimbingan Klasikal (Prima, Rian, Wira, Mas Pur, Yhuvita, Fransiska Wening, Sr. Valen, Rino, Tia, Wulan Oneng, Dedy, Rino, dll) yang membagikan pengalamannya.

15. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2009 yang selalu memberikan semangat dan dorongan kepada penulis selama proses penulisan skripsi.

16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam proses penulisan skripsi ini. Dengan segala segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimaksih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Penulis memilki harapan yang besar semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Penulis

xi


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN………. iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… v

LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vi

ABSTRAK……… vii

ABSTRACT... viii

KATA PENGANTAR……….. ix

DAFTAR ISI………. xii

DAFTAR TABEL………. xiv

DAFTAR GRAFIK... xv

DAFTAR LAMPIRAN………. xvi

BAB I PENDAHULUAN………. 1

A. Latar Belakang Masalah……….. 1

B. Rumusan Masalah………. 6

C.Tujuan Penelitian……….. 7

D. Manfaat Penelitian……… 7

E. Definisi Operasional………. 9

BAB II LANDASAN TEORI……….. 11

A.Kekerasan... 11


(13)

xiii

B.Pacaran... 12

C.Kekerasan dalam Pacaran... 18

D.Bentuk Kekerasan dalam Pacaran...………… 19

E. Remaja... 36

F. Bimbingan Pribadi Sosial... 43

BAB III METODE PENELITIAN………. 46

A. Jenis Penelitian……….. 46

B. Subyek Penelitian……….. 46

C. Instrumen Penelitian……….. 47

D. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data………... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN……… 59

A. Hasil Penelitian... 59

B. Pembahasan Hasil Penelitian………..………. 66

C. Dampak Implikatif Hasil Penelitian……… 81

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………. 86

A. Kesimpulan………. 86

B. Saran……….. 87

DAFTAR PUSTAKA………. 89

LAMPIRAN……… 93

xiii


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Rincian Subjek Penelitian... 47

Tabel 2 : Skoring Kuesioner....………..……. 49

Tabel 3 : Kisi-kisi Kuesioner Kekerasan dalam Pacaran...……. 50

Tabel 4 : Item Valid dan tidak valid... 53

Tabel 5 : Koefisien Reliabilitas...……….. 54

Tabel 6 : Norma Penggolongan Kategorisasi Tingkat Frekuensi Kekerasan dalam Pacaran... 57

Tabel 7 : Hasil pengolongan... 58

Tabel 8 : Gambaran Umum Partisipasi Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, Frekuensi berganti Pacar, dan Agama... 60

Tabel 9 : Kategori Tingkat Frekuensi... 61

Tabel 10: Penggolongan Bentuk-bentuk Dating Violence dalam tiga kategori.. ………. 62

Tabel 11: Lamanya Hubungan Pacaran Berdasarkan Jenis Kelamin... 64

Tabel 12: Penggolongan butir dalam tiga Kategori... 65

Tabel 13: Analisis Top ten bentuk-bentuk Dating Violence... 65

Tabel 14: Pengolongan item Tertinggi Menurut Frekuensi... 66

Tabel 15: Rumusan Butir-butir dating violence top ten dan Usulan Topik Bimbingan... 82

Tabel 16: Usulan Topik-topik bimbingan pribadi sosial yang relevan... 83


(15)

xv

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1 : Profil Bentuk-bentuk Dating Violence yang dialami siswa... 63

xv


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Internal Tiap Aspek.. 93

Lampiran 2 : Data Hasil Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran... 99

Lampiran 3 : Kuesioner……… 126

Lampiran 4 : Satuan Pelayanan Bimbingan... 132

Lampiran 5 : Surat Pengantar Penelitian...………... 145


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Banyak hal yang terjadi di masa remaja, salah satu yang menarik adalah trend berpacaran. Fenomena berpacaran sudah sangat umum terjadi di kalangan remaja. Pacaran merupakan suatu proses dua manusia lawan jenis untuk saling mengenal dan memahami, dan belajar membina hubungan sebagai persiapan pranikah, untuk menghindari terjadinya ketidakcocokan dan permasalahan pada saat setelah menikah. Masing-masing berusaha mengenal kebiasaan, karakter atau sifat, dan reaksi-reaksi terhadap berbagai masalah maupun peristiwa.

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia (Hadi:2010). Pacaran berarti tahap untuk saling mengenal antara seorang laki-laki dan perempuan yang saling tertarik dan berminat untuk menjalin hubungan yang eksklusif (terpisah, sendiri, istimewa). Pacaran memang diarahkan untuk suatu hubungan yang lebih lanjut, lebih dalam, dan lebih pribadi. Ini tidak boleh diartikan sebagai keharusan untuk melanjutkan. Pacaran dimaksudkan sebagai situasi yang memungkinkan pasangan yang

1


(18)

berelasi semakin dekat dan akhirnya menemukan kecocokan satu sama lain untuk melanjutkan hidup bersama dalam ikatan resmi, berbentuk perkawinan.

Indahnya romantika pacaran seringkali menghipnotis remaja sehingga lupa bahwa di balik indahnya pacaran, justru membawa dirinya ke dalam situasi yang tidak menyenangkan, bahkan akan menjadi cerita yang tidak akan terlupakan seumur hidup. Dalam aktifitas pacaran, ada kalanya bisa terjadi hal-hal yang menimbulkan kekerasan. Sebagian besar remaja beranggapan bahwa dalam berpacaran tidak mungkin terjadi kekerasan, karena masa berpacaran merupakan masa yang penuh dengan hal – hal yang indah, yang setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata – kata yang dilakukan dan diucapkan oleh dua sejoli yang sedang dimabuk asmara. Orang sering tidak sadar bahwa sebuah hubungan pacaran dapat berubah menjadi tidak sehat dan dapat memunculkan kekerasan.

Kekerasan adalah suatu tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang, baik yang terjadi di depan umum atau dalam kehidupan pribadi (Arya, 2010). Kekerasan yang terjadi ini biasanya terdiri dari beberapa jenis, misalnya: serangan terhadap fisik, mental/psikis, ekonomi dan seksual. Dari segi fisik, kekerasan yang dilakukan bisa berupa: memukul, meninju, menendang,


(19)

3

menjambak, mencubit, dan lain sebagainya. Dari segi mental, bentuk kekersan biasanya seperti: cemburu yang berlebihan, pemaksaan, memaki-maki di depan umum, dan lain sebagainya. Kekerasan dalam hal ekonomi, misalnya: jika pasangan sering meminjam uang atau barang-barang lain tanpa pernah mengembalikannya, selalu minta ditraktir, dan lain-lain. Kekerasan dalam hal seksual bisa berbentuk, misalnya dipaksa dicium oleh pacar, kemudian mulai meraba-raba tubuh atau memaksa untuk melakukan hubungan seksual.

Kekerasan dalam berpacaran telah banyak terjadi di Indonesia, seperti yang dilansir dalam LBH APIK (Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan) bahwa selama tahun 2009, LBH APIK menerima pengaduan dan pendampingan sebanyak 56 kasus kekerasan dalam pacaran. Tahun 2001 Rumah Sakit Bhayangkara di Makasar membuka pelayanan satu atap (one stop service) dalam menangani masalah kekerasan terhadap perempuan. Selama 1 tahun ada 7 kasus kekerasan dalam pacaran yang dilaporkan. PKBI Yogyakarta mendapatkan bahwa dari bulan Januari hingga Juni 2001 saja, terdapat 47 kasus kekerasan dalam berpacaran, 57% diantaranya adalah kekerasan emosional, 20% mengaku mengalami kekerasan seksual, 15% mengalami kekerasan fisik, dan 8% lainnya merupakan kasus kekerasan ekonomi. Januari hingga Juni 2011 PKBI Yogyakarta juga menemukan 27 kasus kekerasan dalam pacaran yang 15% di antaranya kekerasan fisik, 57%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(20)

kekerasan emosional, 8% kekerasan seksual, dan 20% kekerasan ekonomi. (Kesrepro.info)

Harian Tribun Jogja (17 Juli 2012) memberitakan bahwa 14 perempuan meninggal akibat kekerasan saat menjalani pacaran. Data yang telah disampaikan di atas menunjukkan bahwa tindak kekerasan yang terjadi saat berpacaran di Indonesia berada dalam tingkat yang mengkhawtirkan. Hal ini berkaitan dengan dampak yang diterima oleh sang korban karena kekerasan dalam berpacaran. Para korban umumnya bersikap pasif, mereka hanya diam, tidak berani melapor atau bercerita kepada orang lain karena beberapa alasan, diantaranya: malu, terlalu sayang kepada pacar, takut ditinggalkan, beranggapan masalah tersebut merupakan hal yang terlalu pribadi, tidak tahu harus berbuat apa, dan ketakutan akan ancaman dan kenekatan sang pacar.

Sedikit sekali masyarakat yang tahu adanya kekerasan yang terjadi dalam pacaran, karena sebagian besar menganggap bahwa masa pacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang indah. Kekerasan dalam berpacaran merupakan masalah yang masih belum banyak terungkap karena ketidaktahuan masyarakat, akibat kurangnya informasi dan data dari laporan korban mengenai kekerasan tersebut. Permasalahan kekerasan dalam berpacaran harus segera dicari solusinya, karena remaja adalah penerus bangsa yang akan memegang peranan penting bagi kemajuan bangsa. Apabila dalam masa remaja sesorang mendapat perlakuan yang kasar, maka pengalaman tersebut akan berdampak pada kejiwaan. Karena


(21)

5

remaja merupakan harapan bangsa, maka tentunya kita tidak menginginkan bila remaja kita lemah dan rapuh dalam mental, psikis, dan spiritualnya.

Fenomena di atas, menunjukkan tindak kekerasan yang terjadi saat berpacaran cukup mengkhawatirkan dan sangat merugikan, maka dari itu diperlukan peran dari guru Bimbingan dan Konseling sebagai sarana perubahan untuk membantu dengan memberikan informasi sesuai dengan apa yang dibutuhkan siswa sebagai subjek bimbingan. Di samping itu, peran guru bimbingan adalah membimbing dan mengarahkan siswa untuk dapat mengambil keputusan yang tepat untuk tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya pemberian bantuan yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan anak dan merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan.

Bimbingan merupakan bantuan dalam memberikan informasi dengan menyajikan pengetahuan yang dapat digunakan untuk mengambil suatu keputusan. Tujuan bimbingan adalah membimbing dan mengarahkan seseorang atau individu ke suatu tujuan dan mengatur kehidupan sendiri, menjamin perkembangan dirinya seoptimal mungkin, memikul tanggung jawab atas arah hidupnya dan menyelesaikan tugas yang dihadapi dalam kehidupan secara memuaskan. Untuk memperoleh pemahaman mengenai pacaran yang sehat dan aman, remaja memerlukan bimbingan. Bimbingan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(22)

merupakan salah satu cara untuk mencegah kekerasan di dalam berpacaran bagi remaja.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : Analisis Kekerasan dalam Pacaran (Studi Diskripsif Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Berpacaran pada Siswa Kelas XI SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik Layanan Bimbingan Pribadi Sosial).

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bentuk-bentuk kekerasan seperti apa yang kerap muncul dalam berpacaran di kalangan remaja SMA N 1 Karangnongko?

2. Berdasarkan bentuk kekerasan pacaran yang frekuen sangat banyak atau tinggi dialami siswa, topik bimbingan apa yang implikatif diusulkan sebagai program bimbingan pacaran yang sehat dan aman di SMA N 1 Karangnongko?


(23)

7

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Memperoleh data dan informasi secara lebih jelas dan lengkap mengenai bentuk kekerasan dalam berpacaran yang banyak dialami siswa SMA N 1 Karangnongko

2. Penyusunan satuan pelayanan bimbingan pribadi sosial tentang kekerasan dalam berpacaran (dating violence) yang dialami remaja SMA N I Karangnongko berdasarkan identifikasi bentuk-bentuk kekerasan dalam berpacaran yang kerap.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi mahasiswa Bimbingan dan Konseling untuk mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki menyangkut dating violence sebagai bekal seorang calon guru Bimbingan dan Konseling di sekolah.

2. Manfaat praktis

a. Guru Pembimbing

Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk menggembangkan program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial, khususnya dalam pencegahan kekerasan dalam berpacaran.


(24)

b. Siswa

Siswa semakin sadar akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pelajar dalam mempersiapkan masa depannya. Siswa semakin sadar untuk berefleksi sampai seberapa hubungan dalam berpacaran yang semestinya dan dapat memperoleh bantuan-bantuan yang sesuai untuk mecegah kekerasan dalam berpacaran.

c. Guru Mata Pelajaran

Hasil penelitian ini dapat digunakan Guru Mata Pelajaran dalam mengupayakan agar tidak terjadi kekerasan pada siswa dalam berpacaran.

d. Peneliti

Peneliti mendapat kesempatan untuk melakukan penelitian serta belajar berpikir kritis dalam menjawab persoalan-persoalan, khususnya dalam mencermati bentuk-bentuk kekerasan berpacaran pada siswa SMA N 1 Karangnongko Klaten Tahun Pelajaran 2012/2013, sehingga peneliti mampu mengembangkan program Bimbingan dan Konseling Pribadi Sosial, khususnya dalam rangka meminimalisir kekerasan dalam berpacaran.


(25)

9

e. Peneliti lain

Peneliti lain mendapat masukan yang terkait dengan penelitian ini, sehingga terinspirasi mengembangkan penelitian yang terkait dengan kekerasan dalam berpacaran.

E. Definisi Operasional

1. Dating violence adalah tindakan atau ancaman yang dilakukan secara sengaja, baik melalui perilaku, perkataan maupun mimik wajah yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain dalam hubungan pacaran, yang ditujukan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuatan atau kekuasaan dan kontrol atas pasangannya dalam hubungan pacaran. Hal ini disebabkan karena kecemburuan, mengontrol perilaku, perubahan suasana hati yang tak bisa diramal, alkohol dan penggunaan obat, ledakan kemarahan, mempunyai masalah dengan teman dan keluarga, menggunakan kekuatan ketika bertengkar.

2. Remaja adalah suatu masa transisi perkembangan dan masa kanak-kanak menuju masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional.

3. Bimbingan Pribadi-Sosial adalah bimbingan yang diberikan kepada siswa dalam menghadapi keadaan batinnya sendiri dan mengatasi berbagai pergumulan dalam batinnya sendiri; dalam mengatur diri sendiri di bidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(26)

luang, penyaluran napsu seksual, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama di berbagai lingkungan (pergaulan sosial).


(27)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini berisi uraian mengenai kekerasan, pacaran, kekerasan dalam pacaran, bentuk kekerasan dalam pacaran, remaja dan bimbingan prribadi sosial.

A. Kekerasan

John Galtung (Warsana, 1992) mengatakan, kekerasan atau dalam prinsip dasar hukum publik dan privat Romawi merupakan sebuah ekspresi, baik yang dilakukan secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang, umumnya berkaitan dengan kewenangannya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002), kekerasan adalah perihal atau sifat keras,paksaan, perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera ataumatinya orang lain.

Menurut WHO (1999), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar atau trauma atau perampasan hak. Kekerasan dapat pula berupa pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau sakit pada orang lain, dan hingga batas tertentu kepada binatang dan harta-benda. Istilah "kekerasan" juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak.

11


(28)

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa kekerasan adalah tindakan yang bersifat, berciri keras, paksaan yang dilakukan kepada seseorang atau kelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau menyebabkan kerusakan fisik, psikis atau barang orang lain.

B. Pacaran

1. Pengertian pacaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Ketiga, 2002:807), pacar adalah kekasih atau teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta-kasih. Berpacaran adalah bercintaan; berkasih-kasihan (dengan sang pacar). Memacari adalah mengencani; menjadikan dia sebagai pacar; mengencani. Sementara kencan, sendiri menurut kamus tersebut adalah berjanji untuk saling bertemu di suatu tempat dengan waktu yang telah ditetapkan bersama.

Menurut Cate dan Llyod (dalam Dinastuti, 2008) pacaran atau courtship adalah semua hal yang meliputi hubungan berpacaran (dating relationship), baik yang mengarah ke perkawinan maupun yang putus sebelum perkawinan terjadi. Adimassana (2001) mengungkapkan bahwa pacaran mengandung pengertian bahwa pemuda dan pemudi mulai memproses hubungan mereka untuk serius melihat atau menjajagi dan memikirkan kemungkinan mereka dapat menikah. Baron & Byrne (dalam Satria, 2011) menyebutkan ada beberapa karakteristik dari


(29)

13

hubungan pacaran, yaitu perilaku yang saling bergantung satu dan lainnya, interaksi yang berulang, kedekatan emosionaal, dan kebutuhan untuk saling mengisi. Hubungan ini terdiri dari orang-orang yang kita sukai, seseorang yang kita sukai, cintai, hubungan yang romantis dan hubungan seksual. Salah satu kerakteristik dari pacaran yaitu adanya kedekatan atau keintiman secara fisik (physical intimacy). Keintiman (intimacy) tersebut meliputi berbagai tingkah laku tertentu, seperti berpegangan tangan, berciuman, dan berbagai interaksi perilaku seksual lainnya.

Pacaran merupakan proses perkenalan antara dua insan manusia yang biasanya berada dalam rangkaian tahap pencarian kecocokan menuju kehidupan berkeluarga yang dikenal dengan pernikahan. Aktivitas berpacaran memiliki variasi dalam pelaksanaannya dan sangat dipengaruhi oleh tradisi individu-individu dalam masyarakat. Dimulai dari proses pendekatan, pengenalan pribadi, hingga akhirnya menjalani hubungan afeksi yang ekslusif.

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa pacaran adalah suatu proses hubungan antara dua orang insan manusia (laki-laki dan perempuan) yang mempunyai komitmen untuk berinteraksi sosial dan melakukan aktivitas bersama-sama dengan maksud menuju hubungan yang lebih berkualitas (pertunangan atau pernikahan).


(30)

2. Fungsi Pacaran bagi Remaja

Beberapa fungsi berpacaran adalah sebagai berikut (dalam Rice: 2005):

a.Rekreasi

Salah satu fungsi utama berpacaran adalah untuk kesenangan.Pacaran memberikan hiburan yang merupakan bentuk dari rekreasi dan sumber kesenangan.

b. Persahabatan tanpa adanya tanggung jawab pernikahan

Persahabatan dengan orang lain merupakan motif kuat dalam berpacaran. Keinginan untuk memiliki hubungan pertemanan, mendapatkan dukungan, kasih sayang dan cinta dari orang lain merupakan bagian normal dalam perkembangan menuju kedewasaan

c. Sumber status keberhasilan

Remaja yang berasal dari kelas sosial ekonomi atas lebih sering berpacaran dibandingkan dengan mereka yang berasal dari kelas sosial ekonomi bawah dan beberapa remaja menggunakan hubungan berpacaran sebagai bagian untuk mendapatkan, membuktikan ataupun mempertahankan status. Saat ini hal tersebut bukan merupakan motif utama dari berpacaran.


(31)

15

d. Sosialisasi

Berpacaran merupakan tujuan dari perkembangan keppribadian dan sosial. Hal ini merupakan pembelajaran untuk mengetahui, memahami, dan bergaul baik dengan berbagai tipe individu yang berbeda. Melalui berpacaran, remaja belajar untuk bekerjasama, memperhatikan, bertanggung jawab, mempelajari beberapa kemampuan sosial, dan masalah etika serta mempelajari teknik untuk berinteraksi dengan orang lain.

e.Pengalaman seksual atau kepuasan

Penelitian telah menunjukkan bahwa berpacaran telah menjadi lebih dari sekedar orientasi seks karna telah banyak remaja yang melakukan hubungan seksual. Apakah berpacaran digunakan untuk melakukan seks atau seks berkembang pada masa berpacaran tergantung sikap, perasaan, motif, dan nilai yang dianut oleh remaja itu sendiri

f. Pemilihan pasangan

Apakah hal ini merupakan motif yang disadari atau tidak, pemilihan pasangan akan terjadi juga terutama dikalangan remaja yang sudah memiliki pengalaman berpacaran sebelumnya. Semakin lama sesorang berpacaran, kecenderungan mereka utuk terlalu mengidolakan satu sama lain akan semakin berkurang dan akan semakin besar kesempatan mereka untuk mengenal satu sama lain. Berpacaran juga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(32)

memberikan kesempatan bagi dua orang untuk menjadi pasangan.jika mereka memilki persamaan dalam suatu peranan, memiliki minat dan karakter kepribadian yang sama, mereka akan mengembangkan hubungan yang harmonis apabila dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki persamaan dalam hal fisik, karakteristik psikologis dan sosial.

3. Tahapan Pacaran

Menuru Priyani (2010), Relasi antara pria dan wanita mempunyai berbagai tahap, mulai dari tahap yang paling awal sampai palling dekat dan dalam dan akhirya ke arah ke yang istimewa. Tahap-tahap relasi pria dan wanita sangat terkait dengan perkembangan jiwa seseorang. Tahap tahapnya adalah sebagai berikut :

a. Kekaguman/ tergila-gila pada lawan jenis

Pada tahap ini seseorang merasa sangat tertarik bahkan tergila-gila pada seseorang yang belawanan jenis. Orang yang dikagumi bisa orang yang tidak dikenalnya. Keksarkan ciraguman terhadap seseorang tersebut biasanya hanya berdai-ciri fisik atau penampilannya, bukan karena keena kepribadiannya.

b. Cinta monyet

Tahap ini ditandai munculnya perasaan suka pada seseorang yang sangat kuat, yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa adanya alasan yang masuk


(33)

17

akal. Kadang perasaan itu muncul pada pandangan pertama. Cinta monyet bisa tertuju pada seseorang yangg dikenalnya, dan tidak didasari oleh pengenalan akan pribadi orang itu. Perasaan jatuh cinta dalam tahap ini, diikuti dengan perasaan yang sangat menggelora dan berimbas pada aktivitas lainnya, tetapi tidak berlangsung lama, segera akan berpindah ke orang lain, dan seterusnya sampai berulang berkali-kali.

c. Kencan

Tahap ini biasanya adalah peningkatan dari tahap cinta monyet, yang terjadi pada dua orang yang salig jatuh cinta, yang sudah disertai ketertarikan pada perilaku tertentu dari pasangan, dan disertai keinginan untuk mengobrol/bersama-sama dalam waktu tertentu, tetapi belum ada komitmen. Pada tahap kencan bisa terjadi perasaan tertarik menghilang karena ada hal tertentu yang tidak disukai. Apabila perasaan tertarik itu hilang, maka relasi kembali sebagai pertemanan biasa.

d. Pacaran

Diawal dengan peristiwa “menembak” yang ditanggapi oleh orang yang ditembak, lalu ada komitmen untuk “jalan bareng”. Pada saat ini biasanya mulai sedikit demi sedikit, tampil apa adanya (karena terlalu lelah untuk perpura-pura terus). Pada saat ini biasanya belum melibatkan kedua orang tua. Tahap pacaran biasanya merupakan hasil seleksi setelah melaukukan kencan dengan beberapa orang.


(34)

e. Pacaran serius

Pada tahap ini, biasanya sudah ada pembicaraan “masa depan”, orang tua sudah dikenalkan.

f. Perkawinan

Tahap dimana sudah ada ikatan formal sebagai suami istri. Peningkatan dari satu tahap ke tahap berikutnya dalam relasi antara pria dan wanita adalah sesuatu yang akan terjadi dan mengalir secara alamiah, dan perlu dikelola dan disikapi secara bijak agar semakin mendewasakan pribadi seseorang.

C. Kekerasan dalam Pacaran (Dating Violence)

1. Pengertian Kekerasan dalam Pacaran

Riani (2012) mengatakan kekerasan dalam pacaran adalah segala bentuk tindakan yang mempunyai unsur kekerasan yang meliputi kekerasan secara fisik, seksual, atau psikologis yang terjadi dalam sebuah hubungan pacaran, baik yang dilakukan di depan umum maupun dalam kehidupan pribadi. Menurut Cate dan Llyod (dalam Dinastuti, 2008) pacaran atau courtship adalah semua hal yang meliputi hubungan berpacaran (dating relationship), baik yang mengarah ke perkawinan maupun yang putus sebelum perkawinan terjadi. Dari pengertian di atas, dapat dipahami bahwa kekerasan dalam berpacaran adalah semua perilaku


(35)

19

yang bermaksud menyakiti pasangan dalam sebuah hubungan secara fisik dan verbal sehingga merugikan orang lain.

Wekerle dan Wolfe (dalam Furlong :2005) memberikan definisi kekerasan dalam pacaran sebagai semua tindakan yang bermaksud untuk mengontrol atau mendominasi pasangannya secara fisik, seksual atau emosional yang menyebabkan terjadinya luka.

Berdasarkan uraian di atas dapat diperoleh kesimpulan bahwa Dating violence adalah tindakan atau ancaman yang dilakukan secara sengaja baik melalui perilaku, perkataan maupun mimik wajah yang dilakukan salah satu pihak kepada pihak lain dalam hubungan pacaran. Perilaku ini ditujukan untuk memperoleh dan mempertahankan kekuatan atau kekuasaan dan kontrol atas pasangannya dalam hubungan pacaran.

D. Bentuk Kekerasan dalam Pacaran (Dating Violence)

Menurut Murray (dalam Siagian 2009:16) bentuk-bentuk dating violence terdiri atas tiga bentuk, yaitu kekerasan verbal dan emosional, kekerasan seksual, kekerasan fisik.

1. Kekerasan Verbal dan Emosional

Kekerasan verbal dan emosional dalam berpacaran adalah ancaman yang dilakukan pasangan terhadap pacarnya dengan perkataan maupun

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(36)

mimik wajah. Menurut Murray (dalam Siagian 2009:16), kekerasan verbal dan emosional terdiri dari:

a. Memangil Nama atau Memberi Julukan Negatif (Name Calling)

Name calling adalah memanggil pasangannya dengan

sebutan-sebutan yang negatif. Pasangan mengatakan pacarnya gendut, jelek, malas, bodoh, tidak ada seorangpun yang menginginkan pacaran dengannya, mau muntah melihat pacarnya. Korban menerima tipe kekerasan ini, karena mereka tidak memiliki self esteem yang tinggi, sehingga tidak bisa mengatakan “jika saya jelek, mengapa kamu masih bersama saya sekarang”.

b. Mengintimidasi (Intimidating)

Pasangannya atau pacarnya akan menunjukkan wajah yang kecewa tanpa mengatakan alasan mengapa ia marah atau kecewa dengan pacarnya. Perlakuan menakut-nakuti dan menggertak pasangan dengan cara bertindak ceroboh saat mengendarai kendaraan. Jadi, pihak laki-laki atau perempuan dapat mengetahui apakah pacarnya marah atau tidak, dari ekspresi wajahnya dan perilakunya.


(37)

21

c. Melanggar Privasi dalam Pengunaan Alat Komunikasi (Use of pagers and cell phones)

Seorang pacar ada yang memberikan ponsel kepada pacarnya, supaya dapat mengingatkan atau supaya tetap bisa menghubungi pacarnya. Alat komunikasi ini juga dapat memonitor pacarnya dan memeriksa keadaan pacarnya sesering mereka mau. Ada juga dari mereka yang tidak memberikan ponsel kepada pacarnya, tetapi baik yang memberikan ponsel maupun yang tidak memberikan ponsel tersebut akan marah ketika orang lain menghubungi pacarnya, meskipun orangtua dari pacarnya, karena itu mengganggu kebersamaan mereka. Individu ini harus mengetahui siapa yang menghubungi pacarnya dan mengapa orang tersebut menghubungi pacarnya. Menerobos area pribadi dengan cara mengawasi pergaulan, melarang sampai mengambil alih isi alat komunikasi.

d. Menjadikan Pacar sebagai Penunggu Telepon Sehingga Membatasi Kebebasan (Making a boy/girl wait by the phone)

Seorang pacar berjanji akan menelepon pacarnya pada jam tertentu, akan tetapi sang pacar tidak menelepon juga. Pacar yang dijanjikan akan ditelepon, terus menerus menunggu telepon dari pasangannya, membawa teleponnya kemana saja di dalam rumah, misalnya pada saat makan bersama keluarga. Hal ini terjadi berkali-kali, sehingga membuat si pacar tidak mau menerima telepon dari temannya, tidak berinteraksi dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(38)

keluarganya karena sedang menunggu telepon dari pacarnya. Hal ini disebabkan karena pasangan ingin selalu melindungi kekasihnya.

e. Memonopoli Waktu Pasangannya (Monopolizing a girl’s/ boy`s time)

Korban dating violence cenderung kehabisan waktu untuk melakukan aktivitas dengan teman atau untuk mengurus keperluannya karena pasangan yang selalu mengekang, karena mereka selalu menghabiskan waktu bersama dengan pacarnya.

f. Membuat Seseorang Merasa tidak Nyaman dengan Melakukan Penghinaan (Making a girl`s/ boy`s feel insecure)

Seringkali orang yang melakukan dating violence memanggil pacarnya dengan mengkritik. Perilaku ini ditandai dengan cara melakukan penghinaan seperti: bentuk rambut; pakaian, mereka mengatakan bahwa semua itu dilakukan karena mereka sayang pada pacarnya dan menginginkan yang terbaik untuk pacarnya. Padahal mereka membuat pacar mereka merasa tidak nyaman. Ketika pacar mereka terus menerus dikritik, mereka akan merasa bahwa semua yang ada pada diri mereka buruk, tidak ada peluang atau kesempatan untuk meninggalkan pasangannya.


(39)

23

g. Menuduh/Mempersalahkan (Blaming)

Semua kesalahan yang terjadi adalah perbuatan pasangannya, bahkan mereka sering mencurigai pacar mereka atas perbuatan yang belum dapat dibuktikan kebenarannya seperti menuduh melakukan perselingkuhan, hubungan seks.

h. Mengancaman (Making threats)

Biasanya mereka mengatakan, “Jika kamu melakukan ini, maka saya akan melakukan sesuatu padamu”. Perlakuan menakut-nakuti ini bisa dilakukan agar korban menuruti kemauannya dengan memutuskan hubungan cinta, hingga menyebar foto-foto dan video. Ancaman mereka tidak hanya berdampak pada pacar mereka, tetapi kepada orang tua, dan teman mereka.

i. Memanipulasi/Membuat Dirinya terlihat Menyedihkan (Manipulation / making himself look pathetic)

Hal ini sering dilakukan oleh pria. Perempuan sering dibohongi oleh pria. Pria biasanya mengatakan sesuatu hal yang konyol tentang kehidupan, misalnya pacarnya orang yang satu-satunya mengerti dirinya, atau mengatakan kepada pacarnya bahwa dia akan bunuh diri jika tidak bersama pacarnya lagi, memaksakan kehendaknya dengan cara mengungkit masa lalu yang menyedihkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(40)

j. Mengintrogasi (Interrogating)

Pasangan yang pencemburu, posesif, suka mengatur, cenderung menginterogasi pacarnya. Ia selalu menanyakan di mana pacarnya berada sekarang, siapa yang bersama mereka, berapa orang laki-laki atau wanita yang bersama mereka, atau mengapa mereka tidak membalas pesan mereka.

k. Mempermalukan di Depan Publik (Humiliating her/ him in public)

Mengatakan sesuatu mengenai organ tubuh pribadi pacarnya kepada pacarnya di depan teman-temannya. Atau mempermalukan pacarnya di depan teman-temannya. Perilaku ini ditandai dengan cara memperlakukan sang pacar tidak baik, melakukan penghinaan terhadap suku, ras, dan agama. Bahkan, membeberkan aib sang pacar sebagai sebuah gurauan.

l. Merusakkan, Meminjam Benda/Sesuatu yang Berharga (Breaking borrow treasured items)

Tidak memperdulikan perasaan atau barang-barang, uang milik pacar mereka, jika pasangan mereka menangis, mereka menganggap hal itu sebuah kebodohan.


(41)

25

2. Kekerasan Seksual

Kekerasan seksual dalam berpacaran adalah pemaksaan untuk melakukan kegiatan atau kontak seksual sedangkan pacar mereka tidak menghendakinya. Menurut Murray (dalam Siagian:2009:16), Kekerasan seksual terdiri dari:

a. Perkosaan

Melakukan hubungan seks secara paksa tanpa ijin pasangannya atau dengan kata lain disebut dengan pemerkosaan. Biasanya pasangan mereka tidak mengetahui apa yang akan dilakukan pasangannya pada saat itu. Peristiwa ini biasanya di bawah tekanan, ancaman, bujukan, memperdaya korban.

b. Sentuhan yang tidak diinginkan

Sentuhan pada bagian-bagian tubuh yang dilakukan tanpa persetujuan pasangannya, sentuhan ini kerap kali terjadi di bagian dada, bokong, dan yang lainnya.

3. Kekerasan Fisik

Kekerasan fisik dalam berpacaran adalah perilaku yang mengakibatkan pacar terluka secara fisik, seperti memukul, menampar, menendang dan sebagainya (Murray, 2009). Wanita juga melakukan kekerasan tipe ini terhadap pasangan prianya, akan tetapi konsekuensi fisik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(42)

yang terjadi tidak begitu berbahaya seperti yang dilakukan pria terhadap wanita.

Murray (dalam Siagian:2009) mengidentifikasi kekerasan fisik dalam pacaran terdiri dari:

a. Memukul, mendorong, membenturkan

Mumukul, mendorong dan membenturkan merupakan tipe abuse yang dapat dilihat dan diidentifikasi. Perilaku ini diantaranya adalah memukul, meninju, menendang, menampar, menggigit, mendorong ke dinding dan mencakar baik dengan menggunakan tangan maupun dengan menggunakan alat. Hal ini menghasilkan memar, patah kaki, dan lain sebagainya. Hal ini dilakukan sebagai hukuman kepada pasangannya.

b. Mengendalikan, menahan

Perilaku ini dilakukan pada saat menahan pasangan mereka untuk tidak pergi meninggalkan mereka, misalnya meremas, menggengam tangan atau lengannya terlalu kuat.

c. Permainan kasar

Menjadikan pukulan sebagai permainan dalam hubungan, padahal sebenarnya pihak tersebut menjadikan pukulan-pukulan ini


(43)

27

sebagai taktik untuk menahan pasangannya pergi darinya. Ini menandakan dominasi dari pihak yang melayangkan pukulan tersebut.

4. Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Berpacaran yang Umum Terjadi

Menurut Subhan (2004), bentuk- bentuk kekerasan yang sering dilakukan meliputi :

a. Kekerasan Fisik, merupakan pelecehan seksual, seperti: rabaan, colekan yag tidak diinginkan, pemukulan, penganiayaan, serta pemerkosaan.

b. Kekerasan Nonfisik, merupakan pelecehan seksual, seperti: sapaan, siulan, atau bentuk perhatian yang tIdak diinginkan, direndahkan, dianggap selalu tidak mampu, memaki, dll.

Jombang women’s crisis center (2013) mengidentifikasi bentuk kekerasan dalam pacaran yang terjadi di kalangan remaja adalah:

a. Kekerasan fisik, misalnya memukul, menendang, menjambak rambut, mendorong sekuat tenaga, menampar, menonjok, mencekik, membakar bagian tubuh/menyundut dengan rokok, pemaksaan berhubungan seks, menggunakan alat, atau dengan sengaja mengajak seseorang ke tempat yang membahayakan keselamatan.

b. Kekerasan seksual, bentuknya bisa berupa pemaksaaan hubungan seksual (rabaan, ciuman, sentuhan) yang tidak kita kehendaki, dipaksa aborsi, dll.


(44)

c. Kekerasan psikis, bentuknya berupa cacimakiaan, umpatan, hinaan, pemberian julukan yang mengandung olok-olok ; membuat seseorang menjadi bahan tertawaan ; mengancam, cemburu yang berlebihan, membatasi pasangannya untuk melakukan kegiatan yang disukai, pemerasan, mengisolasi, larangan berteman.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku dating violence terdiri dari tiga bentuk yakni kekerasan Verbal dan Emosional yang terdiri dari mengatakan pacarnya gendut, menuduh, mempermalukan di depan umum, membatasi kebebasan, ancaman, melanggar privasi. Kekerasan fisik, berupa memukul, meninju, menendang, menjambak rambut, mendorong sekuat tenaga, menampar, menonjok, mencekik. Bentuk kekerasan dapat berupa seksual pemaksaan hubungan seksual, perkosaan, rabaan yang tidak di inginkan.

5. Faktor-Faktor Kekerasan dalam Pacaran

Murray (dalam Siagian 2012:16) menyatakan bahwa terdapat tujuh faktor yang berkontribusi dalam Kekerasan dalam Pacaran, yaitu:

a.Penerimaan teman sebaya

Remaja cenderung ingin mendapatkan penerimaan dari teman sebaya mereka, misalnya remaja pria dituntut oleh teman sebayanya untuk melakukan kekerasan sebagai tanda kemaskulinan mereka.


(45)

29

b. Harapan peran gender

Pria diharapkan untuk lebih mendominasi sedangkan wanita diharapkan untuk lebih pasif. Pria yang menganut peran gender yang mendominasi akan lebih cenderung mengesahkan perbuatan dating violence kepada pasangannya, sedangkan wanita yang menganut peran gender yang pasif, akan lebih menerima dating violence dari pasangannya.

c. Pengalaman yang sedikit

Secara umum, remaja memiliki sedikit pengalaman dalam berpacaran dan menjalin hubungan dibandingkan dengan orang dewasa. Remaja tidak mengerti seperti apa pacaran yang benar, apakah setiap hal yang mereka lakukan saat pacaran adalah baik. Contohnya: cemburu dan posesif dari abuser dilihat sebagai tanda cinta dan sesuatu yang dipersembahkan dari abuser. Karena kurangnya pengalaman, mereka menjadi kurang objektif dalam menilai hubungan mereka.

d. Jarang berhubungan dengan pihak yang lebih tua

Remaja selalu merasa bahwa orang dewasa tidak akan menanggapi mereka dengan serius, dan mereka menganggap bahwa intervensi dari orang dewasa akan membuat kepercayaan diri dan kemandirian diri mereka hilang. Inilah yang membuat mereka menutupi dating violence yang terjadi pada diri mereka.


(46)

e. Sedikit akses ke layanan masyarakat

Remaja di bawah usia 18 tahun mempunyai akses yang sedikit ke pengobatan medis, dan meminta perlindungan ke tempat penampungan orang-orang yang menjadi korban kekerasan. Mereka membutuhkan panduan orangtua, tetapi mereka takut menyampaikannya. Hal ini akan menghambat remaja untuk terlepas dari kekerasan dalam pacaran.

f. Legalitas

Kesempatan legal berbeda antara orang dewasa dan remaja, remaja kurang memiliki kesempatan legal. Remaja sering kali memiliki akses yang sedikit ke pengadilan, polisi dan bantuan. Ini merupakan rintangan bagi remaja untuk melawan dating violence.

g. Penggunaan obat-obatan

Obat-obatan tidak merupakan penyebab dating violence, tetapi ini dapat meningkatkan peluang terjadinya dating violence dan meningkatkan keberbahayaannya. Obat-obatan menurunkan kemampuan untuk menunjukkan kontrol diri dan kemampuan membuat keputusan yang baik dihadapan wanita ataupun prianya.


(47)

31

World Report On Violence And Health (dalam Siagian 2012:17) mengindikasikan enam faktor yang menyebabkan dating violence diantaranya:

a. Faktor individual

Faktor demografi yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan kepada pasangannya adalah usia yang muda dan memiliki status ekonomi yang rendah. The Health and Development Study in Dunedin, New Zealand (2002)– Dalam satu penelitian longitudinalnya menunjukkan bahwa seseorang yang berasal dari keluarga yang melakukan kekerasan- berasal dari keluarga yang umumnya berada pada level ekonomi yang rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah atau pendidikan yang rendah, maka mereka akan melakukan dating violence.

b. Sejarah kekerasan dalam keluarga

Studi yang dilakukan di Brazil, Afrika, dan Indonesia (2002) menunjukkan bahwa dating violence cenderung dilakukan oleh laki-laki yang sering mengobservasi ibunya yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga.

c. Penggunaan Alkohol

Penelitian Black, dkk (2002) yang diadakan di Brazil, Cambodia, Canada, Chile, Colombia, Costa Rica, El Salvador, India, Indonesia, Nicaragua, Afrika Selatan, Spanyol, dan Venezuela

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(48)

menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara peminum minuman keras dengan menjadi pelaku dating violence. Hal ini bisa terjadi karena alkohol dapat mengakibatkan menurunnya kemampuan individu dalam menginterpretasikan sesuatu (World Report on Violence and Health, 2002) . Lebih lanjut Borsary & Carey (dalam Roudsary, Leahy & Walters, 2009) menggunakan pengukuran penggunan alkohol satu kali seminggu dalam memprediksikan pelaku dating violence.

d. Gangguan kepribadian

Penelitian di Canada (2002) menunjukkan bahwa laki-laki yang menyerang pasangannya cenderung mengalami emotionally dependent,

insecure dan rendahnya self-esteem sehingga sulit mengontrol

dorongan-dorongan yang ada dalam diri mereka. Mereka juga memiliki skor yang tinggi pada skala personality disorder termasuk diantaranya antisocial, aggressive and borderline personality disorders.

e. Faktor dalam Hubungan

O’Kefee (2005) mengatakan bahwa, kurangnya kepuasan dalam hubungan, semakin banyaknya konflik yang terjadi dalam hubungan tersebut akan meningkatkan terjadinya dating violence. Hasil penelitian Lewis & Fremouw, Ray & Gold, Billingham (dalam Luthra dan Gidycs, 2006) mengatakan bahwa semakin lama durasi suatu hubungan, maka dating violence dalam hubungan tersebut semakin meningkat.


(49)

33

Follingstad, Rutledge, Polek, & McNeill-Hawkins (dalam Luthra & Gidycs, 2006) menyebutkan bahwa dengan pertambahan setiap 6 bulan durasi pacaran, korban dari kekerasan berulang-ulang akan lebih bisa bertahan dalam hubungan yang dijalaninya, daripada korban yang mengalami sekali kekerasan atau dengan kata lain semakin sering dilakukan suatu kekerasan kepada pasangannya maka sang pelaku akan semakin merasa bahwa si korban menerima perilaku kekerasan tersebut.

f. Faktor komunitas

Pada Tingkat ekonomi yang tinggi, orang-orang lebih mampu untuk melakukan perlindungan ataupun pembelaan terhadap kekerasan yang dialaminnya. Meskipun tidak selalu benar bahwa kemiskinan meningkatkan kekerasan, namun tinggal dalam kemiskinan dapat menyebabkan hopelessness. Untuk beberapa pria, tinggal dalam kemiskinan bisa mengakibatkan stress, frustrasi, dan perasaan tidak mampu untuk memenuhi harapan sosial, atau hidup sesuai dengan harapan sosial. Peran gender tradisional, ada tidaknya sanksi dalam komunitas itu, atau daerah tempat tinggal pelaku dan korban merupakan bekas daerah perang sehingga tersedia peralatan perang, juga turut berperan Sebagai pemicu dating violence. Kekerasan yang terjadi di komunitas berhubungan dengan faktor penyebab menjadi pelaku dating violence dikedua gender (Malik dalam O`Kefee, 2005). Frekuensi kekerasan yang terjadi di komunitas akan meningkatkan kekerasan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(50)

terjadi, mungkin ini disebabkan oleh penerimaan seseorang mengenai violence tersebut. (O’Keefe, 2005).

6. Karakteristik Orang yang melakukan Dating Violence

Beberapa ciri orang yang melakukan dating violence adalah:

a. Rendahnya self esteem atau self image yang buruk

Self esteem adalah keseluruhan sikap kepada diri, apakah positif atau negatif (Rosenberg, dalam Baron, Byrne & Branscombe, 2006). Orang-orang dengan self esteem dan self image yang rendah ingin meningkatkan self esteem dan self image mereka dengan menunjukkan kekuatan mereka atas pasangan mereka.

b. Toleransi yang sedikit kepada frustrasi

Frustrasi didefinisikan sebagai perasaan yang timbul ketika terdapat situasi yang merintangi goal (Dollard, Doob, Miller, Mower; & Sears dalam Baron et al., 2006). Roseinzweig (dalam Kellen, 2009) mengatakan bahwa reaksi seseorang kepada situasi frustrasi bisa favorable atau tidak favorable berdasarkan toleransi frustrasi seseorang. Kellen (2009) mengatakan bahwa memiliki toleransi frustasi yang rendah seringkali merupakan faktor yang dapat menciptakan kemarahan dan kekerasan.


(51)

35

c. Suasana hati yang sering berubah-ubah

Orang dengan tipe ini biasanya kelihatan tenang dalam beberapa menit, dan tiba-tiba berperilaku agresif kemudian.

d. Mudah marah

Pelaku dating violence cenderung mengekspresikan ketakutan atau kecemasan sebagai kemarahan, atau menolak untuk mendiskusikan perasaan mereka, dan kemudian menunj ukkan kemarahan mereka yang meledak–ledak.

e. Kecemburuan yang berlebihan

Pada pelaku dating violence kecemburuan terjadi dengan pihak ketiga dalam hubungan, dimana pihak yang cemburu merasa bahwa pasangan mereka membina hubungan dengan oranglain. Seseorang yang pencemburu menunjukkan ekspresi cemburu mereka, seperti kemarahan maupun kekerasan fisik (Peppermint, 2006).

f. Terlalu posesif

Di kalangan pelaku dating violence posesif merupakan perasaan takut akan kehilangan seseorang, takut ditinggalkan kekasihnya sendiri (Hendrick & Hendrick dalam Baron, Byrne & Branscombe 2006). Perasaan ini membuat pasangan mereka ingin mengontrol segala

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(52)

sesuatu mengenai pasangannya, dan tidak jarang kontrol yang dilakukan terlalu berlebihan dan mengekang pasangannya.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa delapan faktor yang mempengaruhi dating violence pada remaja adalah (1) faktor individual, (2) sejarah kekerasan dalam keluarga, (3) penerimaan teman sebaya, (4) harapan peran gender, (5) penggunaan obat-obatan, (6) gangguan kepribadian, (7) faktor dalam hubungan, dan (8) faktor komunitas. Faktor individual yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan terhadap pasangannya adalah usia muda, berada pada level ekonomi yang rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah, serta seseorang yang sering mengobservasi ibunya yang mengalami kekerasan dalam rumah tangga, mengalami emotionally dependent, insecure dan rendahnya self esteem. Semakin banyaknya konflik yang terjadi dalam hubungan tersebut akan meningkatkan terjadinya dating violence. Dating violence sering dialami remaja baik yang baru saja berpacaran atau sudah lama.

E. Remaja

1. Pengertian Remaja

Santrock (2003) mendefinisikan masa remaja (adolescence) sebagai suatu periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional. Tugas pokok remaja adalah mempersiapkan diri memasuki masa dewasa. Menurut Konopka (dalam Yusuf, 2010) masa remaja meliputi : (1)


(53)

37

remaja awal: 12-15 tahun; (2) remaja madya: 15-18 tahun; (3) remaja akhir: 19-22 tahun.

Remaja berasal dari kata latin adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Masa remaja ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua.

Masa remaja, dengan jelas menunjukkan sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini & Siti Sundari (2004: 53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek/ fungsi untuk memasuki masa dewasa.

Darajat (1990: 23) mengemukakan remaja adalah: masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masa perkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah matang.

Remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yaitu diawali dengan matangnya organ – organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi (Yusuf. 2010 : 184). Masa remaja adalah masa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(54)

peralihan dari anak – anak menuju dewasa yang mencakup kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 1999 : 206).

WHO (dalam Sarwono, 2005) memberikan definisi tentang remaja sebagai individu yang memiliki 3 kriteria, yaitu kriteria biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut diterangkan sebagai berikut. Kriteria biologis remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Sedangkan dalam kriteria psikologis remaja merupakan suatu masa perkembangan psikologis individu dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa. Dalam kriteria sosial ekonomi, remaja merupakan suatu masa terjadinya peralihan individu dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh menuju keadaan yang relatif lebih mandiri.

Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja ialah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa dengan rentang usia antara 12-22 tahun, dimana pada masa tersebut terjadi proses pematangan, baik itu pematangan fisik, psikologis, sosial, serta ekonomi.

2. Tugas Perkembangan Remaja

Havighurst (dalam Yusuf, 2010) melalui perspektif psikososial berpendapat bahwa periode yang beragam dalam kehidupan individu menuntut untuk menuntaskan tugas-tugas perkembangan yang khusus.


(55)

39

Selanjutnya Havighurst (dalam Yusuf, 2010) mengartikan tugas-tugas perkembangan sebagai berikut:

A developmental task is a task which arises at or about a certain period in the life of the individual, successful achievement of which leads to his happiness and to success with later task, while failure leads to unhappiness in the individual, disapproval by society, and difficulty with later task.

Havighurst (dalam Yusuf, 2010) secara rinci menjelaskan tugas-tugas perkembangan remaja sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya. b. Mencapai peran sosial sebagai pria dan wanita.

c. Menerima keadaan fisik dan menggunakannya secara efektif.

d. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

e. Mencapai jaminan kemandirian ekonomi. f. Memilih dan mempersiapkan karier/ pekerjaan. g. Mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga.

h. Mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga negara.

i. Mencapai tingkah laku ang bertanggung jawab secara sosial.

j. Memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/ pembimbing dalam bertingkah laku.

Willis (2005: 8 – 15) mengungkapkan Tugas perkembangan masa remaja sebagai berikut :

a. Memperoleh sejumlah norma – norma dan nilai – nilai.


(56)

b. Belajar memiliki peran sosial sesuai dengan jenis kelamin masing – masing.

c. Menerima kenyataan jasmaniah serta dapat menggunakannya secara efektif dan merasa puas terhadap keadaan tersebut.

d. Mencapai kebebasan dari kebergantungan terhadap orang tua dan orang dewasa lainnya.

e. Mencapai kebebasan ekonomi.

f. Mempersiapkan diri untuk menentukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan bakat dan kesanggupannya.

g. Memperoleh informasi tentang perkawinan dan mempersiapkannya. h. Mengembangkan kecakapan intelektual dan konsep – konsep tentang

kehidupan bermasyarakat.

i. Memiliki konsep-konsep tentang tingkah laku sosial yang perlu untuk kehidupan bermasyarakat.

Berdasarakan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tugas perkembangan remaja ialah mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya, mencapai peran gender dalam kehidupan sosial, menerima keadaan dan menggunakan fsik secara baik, mencapai kematangan emosional yang didapat dari orang tua dan orang dewasa lainnya, mencapai kematangan kemandirian ekonomi, memilih dan mempersiapkan pekerjaan, mendapatkan informasi mempersiapkan pernikahan dan hidup berkeluarga, mengembangkan keterampilan intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi masyarakat, mencapai tingkah aku yang bertanggung jawab


(57)

41

secara sosial, memperoleh seperangkat nilai dan sistem etika sebagai petunjuk/ pembimbing dalam bertingkah laku.

3. Ciri-ciri Masa Remaja

Menurut Zulkifli (2003: 65-67), ciri-ciri remaja antara lain sebagai berikut: a. Pertumbuhan fisik

Pertumbuhan fisik mengalami perubahan dengan cepat, lebih cepat dibandingkan dengan masa anak-anak dan masa dewasa.

b. Perkembangan seksual

Seksual mengalami perkembangan yang kadang-kadang menimbulkan masalah dan menjadi penyebab timbulnya perkelahian, bunuh diri, dan sebagainya.

c. Cara berfikir

Remaja cenderung berpikir kausatif. Cara berpikir kausatif yaitu menyangkut hubungan sebab dan akibat. Saat remaja dilarang untuk melakukan suatu hal, maka remaja tersebut akan mempertanyakan mengapa ia tidak boleh melakukan hal tersebut. d. Emosi yang meluap-luap

Keadaan emosi remaja masih labil karena erat hubungannya dengan keadaan hormon. Suatu saat ia dapat merasa sangat sedih, di lain waktu ia dapat merasa sangat marah.


(58)

e. Mulai tertarik pada lawan jenis

Dalam kehidupan sosial remaja, mereka lebih tertarik pada lawan jenisnya. Mereka mulai membina hubungan dengan lawan jenis dan mulai pacaran.

f. Menarik perhatian lingkungan

Pada masa ini remaja mulai mencari perhatian dari lingkungannya, berusaha mendapatkan status dan peran, misalnya melalui kegiatan remaja di lingkungan tempat tinggalnya. Remaja juga cenderung terikat dengan kelompok remaja. Dalam kehidupan sosialnya, remaja tertarik pada kelompok sebayanya, sehingga tidak jarang remaja lebih mengutamakan kelompoknya daripada orang tuanya.

4. Kekerasan dalam Berpacaran di Kalangan Remaja

Siswa SMA sebagai seorang remaja, Namun pada umumnya perilaku dating violence dapat menpengaruhi siswa, bahkan bisa membuat keadaan siswa jadi lain. Keadaan ini dapat menimbulkan kecemasan, kemarahan terhadap lawan jenis oleh siswa. Kecemasan, kemarahan ini akan semakin bertambah dengan adanya tuntutan orang tua maupun pihak lain bahwa belum saatnya untuk berpacaran. Namun sering tuntutan ini tidak disertai dengan dukungan positif, terutama dari orang tua.

Selain itu siswa belum mengetahui pacaran yang baik. Hal ini menyebabkan ketidaksiapan siswa dalam berpacaran ataupun berteman


(59)

43

dengan lawan jenis. Keadaan seperti ini, dapat menyebabkan siswa cenderung melakukan kekerasan.

Hal lain yang juga terlihat pada diri siswa SMA, sebagai remaja, adalah kuatnya pengaruh teman sebaya. Salah satu penyebabnya karena kebutuhan akan rasa aman dan rasa diterima oleh teman sebaya. Oleh karena itu perilaku teman sebaya dapat berpengaruh pada siswa, salah satunya adalah perilaku dating violence.

F. Bimbingan Pribadi Sosial

1. Pengertian Bimbingan

Moegiadi (dalam Winkel, 2004: 29) mendefinisikan bimbingan dalam berbagai pengertian. Pertama, bimbingan adalah suatu usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi, tentang dirinya sendiri. Kedua, bimbingan sebagai suatu cara pemberian bantuan kepada individu untuk memahami dan mempergunakan secara efisien dan efektif segala kesempatan yang dimiliki untuk perkembangan pribadinya. Ketiga, bimbingan merupakan sejenis pelayanan kepada individu-individu, agar mereka dapat menentukan pilihan, menetapkan tujuan dengan tepat, dan menyusun rencana secara realistis, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan memuaskan di dalam lingkungan di mana mereka hidup. Keempat, bimbingan dapat berarti suatu proses pemberian bantuan kepada individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(60)

pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya sendiri dan tuntutan dari lingkungan.

2. Pengertian Pribadi Sosial

Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang bimbingan yang ada di sekolah. Menurut Sukardi (2010: 11) mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan usaha bimbingan, dalam menghadapi dan memecahkan masalah pribadi-sosial, seperti penyesuaian diri, menghadapi konflik dan pergaulan. Ahmadi (2004: 109) mengungkapkan bimbingan pribadi-sosial adalah, seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat mengahadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya.

Inti dari pengertian bimbingan pribadi-sosial yang dikemukakan oleh Ahmadi adalah, bahwa bimbingan pribadi-sosial diberikan kepada individu, agar mampu menghadapi dan memecahkan permasalahan pribadi-sosialnya secara mandiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Yusuf (2010: 11) yang mengungkapkan bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah bimbingan untuk membantu para individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial-pribadi.


(61)

45

Para siswa SMA termasuk dalam kategori masa remaja. Masa remaja merupakan proses dimana banyak mengalami perkembangan dan perubahan. Perkembangan dan perubahan yang dialami oleh remaja adalah perkembangan fisik dan psikis dalam diri remaja. Gunarsa dan Gunarsa (2002), mengemukakan bahwa perubahan fisik dapat teramati secara langsung misalnya perubahan tinggi badan, berat badan, wajah, akan tetapi yang menyangkut perubahan psikis tidak cepat dapat diamati.

Untuk mencapai kompetensi dan keterampilan hidup yang dibutuhkan maka siswa tidak cukup hanya diberi pelajaran bidang studi. Sekolah berkewajiban memberi bimbingan dan konseling yang menyangkut ketercapaian kompetensi pribadi sosial, belajar, dan karier (Nurihsan & Sudianto, 2004). Adapun masalah dalam persoalan pribadi-sosial ialah mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebaya yang bertanggung jawab. Berkaitan dengan persoalan tersebut, maka untuk siswa perlu mendapat layanan bimbingan pribadi-sosial pacaran yang sehat dan aman dengan tujuan agar mereka bisa mengerti dan melaksanakan hubungan pacaran yang sehat dan aman.


(62)

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian, subjek penelitian, instrumen penelitian, dan teknik pengumpulan data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif. Furchan (2007: 447) mengatakan penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dirancang untuk memperoleh informasi tentang status gejala pada saat penelitian dilakukan, menjelaskan data apa adanya dalam situasi sekarang.

Penelitian deskriptif ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang bentuk-bentuk kekerasan yang frekuen atau kerap dialamai dalam berpacaran (dating violence) pada remaja SMA N 1 Karangnongko, Klaten dengan implikasinya pada usulan topik-topik layanan bimbingan pribadi sosial.

B. Subjek Penelitian

Penelitian ini, yang menjadi subjek penelitian adalah para siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko Klaten Tahun Ajaran 2012/2013 yang terdiri dari 6 kelas yaitu XI IA 1, XI 1A 2, XI IA 3, XI IS 1, XI IS 2, dan XI IS 3. Jumlah siswa SMA N 1 Karangnongko secara rinci di jelaskan pada tabel 1. Semua siswa kelas XI SMA N 1 Karangnongko menjadi subyek yang akan diteliti. Alasan memilih SMA N 1 Karangnongko


(63)

47

sebagai tempat penelitian karena (1) SMA N 1 Karangnongko mudah dijangkau oleh peneliti; (2) SMA N 1 Karangnongko mempunyai guru bimbingan dan konseling; (3) siswa SMA N 1 Karangnongko tergolong remaja; (4) pengalaman sebagian siswa di sana kerap mengamati banyak teman yang mengalami dating violence, misalnya : menuduh, mengintrogasi, mengancam.

Tabel 1 Subjek Penelitian

Kelas Jumlah

XI IA 1 30 siswa

XI IA 2 32 siswa

XI IA 3 30 siswa

XI IS 1 30 siswa

XI IS 2 33 siswa

XI IS 3 29 siswa

Jumlah 184 siswa

C. Instrumen Penelitian

1. Kuesioner

Alat yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk kuesioner. Kuesioner disusun dalam bentuk skala alat ukur untuk mengetahui bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran. Struktur kuesioner berisi tentang pernyataan-pernyataan dan pilihan jawaban responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(64)

Kuesioner disusun dalam bentuk rating scale (skala bertingkat) yang mengikuti rinsip-prinsip skala Likert, yaitu suatu ukuran subjektif yang memuat sejumlah pernyataan. Masing-masing pernyataan dilengkapi dengan pilihan jawaban yang menunjukkan jarang, kerap kali, sering. Masing-masing tingkatan diberi nilai angka yang sesuai dengan tingkatan sikap responden. Metode yang digunakan dalam skala penelitian ini adalah metode skoring yang dijumlahkan (Method of Summated Rating). Kuesioner kekerasan dalam pacaran ini akan terdiri dari dua bagian yaitu (1) bagian pengantar, identitas responden serta petunjuk pengisian dan (2) bagian pernyataan yang mengungkap bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran siswa kelas XI di SMA N 1 Karangnongko Klaten tahun pelajaran 2012/2013. Kuesioner dikonstruk berdasarkan aspek bentuk kekerasan dalam pacaran yaitu kekerasan secara verbal dan emosional, seksual, fisik. Kuesioner dinyatakan dalam satu bentuk pernyataan yaitu tentang bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran

Pada saat Pengambilan data, semua anggota dijadikan subjek penelitian. Kuesioner yang telah diisi oleh responden secara lengkap akan digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini.

2. Penentuan Skor

Pemberian skor dilakukan dengan memberi nilai pada setiap alternatif jawaban ditentukan sebagai berikut:


(65)

49

a. Pemberian skor untuk item yang bersifat favorabel diberi skor 4 untuk jawaban lebih dari 10 kali, skor 3 untuk jawaban 7-9 kali, skor 2 untuk jawaban 4-7kali, skor 1 untuk jawaban 1-3kali.

b. Skoring setiap pilihan jawaban dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2

Skoring/ Penilaian Kuesioner Perilaku Dating Violence

No. Pernyataan

Alternatif Jawaban Tidak

pernah

Pernah 1-3 kali (1)

4-7kali (2)

Pernah 7-9 kali (3)

Pernah lebih dari

10 kali (4)

1. Favoraebel 0 1 2 3 4


(66)

3. Kisi-kisi Kuesioner

Tabel 3

Kisi-kisi Kuesioner Kekerasan dalam Pacaran

No Aspek Indikaor Pernyataan

1 Mengalami kekerasan secara verbal dan emosional

Name calling 1, 2, 3, 4 4

Intimidating looks 4, 5, 6, 7 4

Use of pagers and cell phones

8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 8 Making a boy/girl

wait by the phone

16, 17 2

Monopolizing a

girl’s/ boy`s time 18, 19 2

Making a girl`s/

boy`s feel

insecure

20, 21, 22 3

Blaming 23, 24 2

Making threats 25, 26, 27,28 4

Manipulation /

making himself

look pathetic

29, 30 2

Interrogating 31, 32, 33, 34, 35 5

Humiliating her/

him in public 36, 37, 38, 39, 40 5

Breaking

treasured items 41, 42, 43 3

2. Mengalami kekerasan secara seksual

Perkosaan 44, 1

Sentuhan yang

tidak diinginkan 45, 1

3. Mengalami kekerasan secara fisik

Memukul, mendorong, membenturkan

46, 47, 48, 49, 50, 51, 52,

53, 54 9

Mengendalikan, menahan

55, 56, 57

3

Permainan kasar 58 1


(1)

SATUAN PELAYANAN BIMBINGAN

A. Topik/Pokok Bahasan : Pacaran yang Sehat

B. Tugas Perkembangan : Semakin mampu mengembangkan pacaran yang sehat

C. Bidang Bimbingan : Pribadi – Sosial D. Jenis Layanan : Klasikal

E. Fungsi Layanan : Pemahaman dan pengembangan

F. Sasaran Pelayanan Bimbingan (Binimbing) : Siswa kelas XI SMA G. Standar Kompetensi : Mengembangkan perilaku berpacaran yang sehat H. Kompetensi Dasar (Tujuan Umum) : Binimbing semakin mampu

mengerti Pacaran yang sehat I. Indikator (Tujuan Khusus) :

Agar binimbing:

1. Dapat mendefinisikan berpacaran yang sehat. 2. Dapat menjelaskan ciri-ciri berpacaran yang sehat.

3. Siswa menyebutkan hal-hal yang perlu dihindari agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam pacaran

J. Materi Pelayanan :

1. Definisi berpacaran yang sehat. 2. Ciri-ciri berpacaran yang sehat.

3. Alasan mengapa harus berpacaran yang sehat.

K. Metode : ceramah, sharing/diskusi, tanya jawab

L. Waktu : 45 menit

M. Tempat : ruang konseling/ruang kelas (menyesuaikan kondisi sekolah)


(2)

129

O. Prosedur :

No. Kegiatan Guru BK Binimbing

Waktu (Menit) 17.

Pengantar

17.1. Membuka kegiatan bimbingan dengan salam.

Menjawab salam. 1

17.2. Menjelaskan tujuan kegiatan bimbingan

Mendengarkan. 2

18.

Ice Breaking

Semua binimbing diminta berdiri dan bersama-sama menyanyikan lagu “ cabu-cabu cacaca”

(Disertai gerakan yang sesuai dengan liriknya)

Mengikuti intruksi guru untuk mengikuti ice breaking dengan bernyanyi dan bergoyang bersama. 3 19. Materi 19.1. Menjelaskan definisi berpacaran yang sehat. Menyimak penjelasan guru. 3

19.2. Menjelaskan ciri-ciri berpacaran yang sehat.

19.3. Menjelaskan alasan mengapa harus

berpacaran yang sehat.

Menyimak penjelasan guru.

3

20. 20.1. Binimbing diminta

membentuk kelompok beranggotakan 3-4 orang. Masing-masing kelompok diberi lembar kasus yang berisi cerita singkat sebuah kasus (kasus mengenai perilaku kepercayaan)

Membentuk kelompok

3

20.2. Kelompok bertugas untuk mendiskusikan dan memberikan tanggapan terhadap

Mendiskusikan kasus dan memberikan tanggapan

9


(3)

Dinamika Kelompok

kasus tersebut.

20.3. Salah satu

perwakilan diminta membacakan hasil diskusinya.

Salah satu binimbing membacakan hasil diskusi.

Binimbing yang lain mendengarkan.

8

21.

Refleksi

21.1. Meminta siswa menuliskan pernyataan hasil belajarnya dan manfaat yang

diperoleh dari kegiatan hari ini.

Menuliskan refleksi dengan pernyataan tiga kali saya pada sebuah kertas. 3 22. Sharing Meminta sukarelawan untuk membacakan refleksinya.

Salah satu binimbing membacakan

refleksinya.

2

23.

Kesimpulan

Mengajak binimbing untuk bersama-sama menarik kesimpulan dari kegiatan hari ini.

Mengungkapkan pendapat mengenai kesimpulan kegiatan hari ini. 3 24. Penutup 24.1. Memberi penguatan kepada binimbing

Mendengarkan. 2

24.2. Memberikan salam penutup

Menjawab salam. 1

P. Penilaian : 1. Proses :

a. Apakah binimbing terlibat aktif dalam kegiatan bimbingan? b. Apakah binimbing memperhatikan penjelasan pembimbing? 2. Hasil :

a. Jelaskan definisi berpacaran yang sehat! b. Ciri-ciri berpacaran yang sehat!

c. Jelaskan pentingnya harusberpacaran yang sehat!

Q.Rencana Tindak Lanjut : binimbing yang masih membutuhkan informasi atau bantuan lebih lanjut dapat melakukan konseling individual.

R. Sumber Pustaka :

1. Team Focus on the family, Berani mengali lebih dalam. 2009. Andi Offset: Yogyakarta


(4)

131

3. http://catatanku26.wordpress.com/pecaran-yang-sehat/

4. http://zulliyan.blogspot.com/2010/09/ciri-ciri-pacaran-tidak-sehat.html 5. http://jainursantoso.com/2011/01/17/pacaran-sehat/

6. http://smpn3jenar.multiply.com/journal/item/22

Klaten, ... 2013 Mengetahui,

Koordinator BK Pembimbing

(...) (...)


(5)

ABSTRAK

KEKERASAN DALAM PACARAN (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI

SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013 dan Implikasinya Terhadap Usulan Topik-Topik

Layanan Bimbingan Pribadi Sosial)

Dendy Setyadi Universitas Sanata Dharma

2013

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai bentuk kekerasan dalam berpacaran pada remaja di SMA N 1 Karangnongko Tahun Ajaran 2012/2013. Masalah pertama yang

diteliti adalah “Bentuk-bentuk kekerasan seperti apa yang kerap muncul dalam

berpacaran di kalangan remaja SMA N 1 Karangnongko Tahun ajaran 2012/2013?”. Masalah yang kedua adalah “Berdasarkan bentuk kekerasan pacaran yang frekuen dialami siswa, topik bimbingan apa yang implikatif diusulkan dalam penyusunan program bimbingan pacaran yang sehat dan aman?”.

Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif dengan metode survei. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Bentuk-bentuk Kekerasan dalam Pacaran pada siswa dengan jumlah 58 item. Subyek penelitian adalah para siswa kelas XI IPA 1, 2, 3 dan XI IPS 1, 2, 3 SMA N 1 Karangnongko yang terdiri dari 184 orang. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif katagoris yang diawali dengan tabulasi skor tabulasi skor dari masing-masing item, selanjutnya mengkategorisasikan bentuk-bentuk kekerasan dalam pacaran yang dialami siswa. Kategorisasi ini terdiri dari tiga jenjang yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa (1) Bentuk-bentuk kekerasan dalam berpacaran pada remaja SMA N 1 Karangnongko Tahun ajaran 2012/2013 termasuk dalam kategori “jarang” terdapat 58 butir item, dan terdapat kategori kerap kali 2 item, dan bentuk kekerasan dalam pacaran yang terjadi kategori sering tidak ada. (2) Berdasarkan analisis butir-butir kuesioner bentik-bentuk kekerasan dalam pacaran, yang terindikasi 10 frekuensi tinggi, diusulkan topik bimbingan yang implikatif dalam bimbingan pacaran yang sehat dan aman.


(6)

viii

ABSTRACT

DATING VIOLENCE

(A Descriptive Study of the Eleventh Grade Students at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 Academic Year and Its Implications to

the Suggested Topics of Social Personal Guidance Service) by

Dendy Setyadi University Sanata Dharma

Yogyakarta 2013

This study belongs to a descriptive study that aims at obtaining the description about violence in dating among adolescents’ overview as students at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic year. The first problem formulated is “What types of dating violence that often appear in dating among adolescents of the students at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic year?” The second is “Based on the types of dating violence frequently encountered, what are the implied guidance topics appropriately suggested in compiling the healthy and safe dating guidance program?”

The type of this research is a descriptive study using survey method. The research instrument used is a questionnaire about types of dating violence among adolescents consisting of 58 items. The subject is the eleventh grade students of class XI IPA 1, 2, 3 and XI IPS 1, 2, 3 at SMAN 1 Karangnongko consisting of 184 people. The technique of data analysis is using categorized descriptive technique that begins with a score tabulation of each item, then categorizing the types of dating violence encountered by students. This categorization consists of three levels, they are high, medium, and low.

The results show that: (1) The types of dating violence encountered by adolescents at SMAN 1 Karangnongko in 2012/2013 academic year indicate that 58 items belong to the rare category, 2 items belong to the frequent category, and no items belong to the often category. (2) Based on the analysis of the items in the questionnaire that belong to high frequency, the writer suggested the implied guidance topics in compiling the healthy and safe dating guidance program.

viii


Dokumen yang terkait

Identifikasi kesalahan konsep fisika tentang suhu dan kalor (Studi deskriptif pada siswa kelas I5 cawu III SMU Negeri Rambipuji Jember tahun ajaran 2000/2001

0 6 55

Identifikasi miskonsepsi materi biologi kelas II semester 1 pada siswa SMP negeri di kecamatan Kencong tahun ajaran 2003/2004

2 6 94

pengaruh model pembelajaran webbed terhadap keterampilan menulis karangan pada siswa kelas IV SDIT Al-Mubarak Jakarta pusat tahun ajaran 2014/2015

4 24 258

Hubungan layanan bimbingan dan konseling dengan prestasi belajar siswa di SMAN 1 Pamulang

0 10 145

Kontribusi layanan bimbingan dan konseling dalam membina disiplin belajar siswa pada Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 59 Jakarta

0 16 172

Hubungan antara persepsi siswa terhadap bimbingan konseling dan intensitas pemanfaatan layanan bimbingan konseling di SMA PGRI 109 Tangerang

2 15 105

Pengaruh kualitas layanan dan customer value terhadap kepuasan nasabah serta implikasinya terhadap loyalitas nasabah: studi pada nasabah BNI Syariah Cabang Fatmawati

1 14 166

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 28

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 25

Penerapan model pembelajaran berbasis masalah terhadap keterampilan komunikasi sains dan hasil belajar siswa kelas X SMA Muhammadiyah 1 Palangkaraya pada pokok bahasan gerak lurus semester 1 tahun ajaran 2016/2017 - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 29