34
terjadi, mungkin ini disebabkan oleh penerimaan seseorang mengenai violence
tersebut. O’Keefe, 2005.
6. Karakteristik Orang yang melakukan Dating Violence
Beberapa ciri orang yang melakukan dating violence adalah:
a. Rendahnya self esteem atau self image yang buruk
Self esteem adalah keseluruhan sikap kepada diri, apakah positif atau negatif Rosenberg, dalam Baron, Byrne Branscombe, 2006.
Orang-orang dengan self esteem dan self image yang rendah ingin meningkatkan self esteem dan self image mereka dengan menunjukkan
kekuatan mereka atas pasangan mereka.
b. Toleransi yang sedikit kepada frustrasi
Frustrasi didefinisikan sebagai perasaan yang timbul ketika terdapat situasi yang merintangi goal Dollard, Doob, Miller, Mower;
Sears dalam Baron et al., 2006. Roseinzweig dalam Kellen, 2009 mengatakan bahwa reaksi seseorang kepada situasi frustrasi bisa
favorable atau tidak favorable berdasarkan toleransi frustrasi seseorang. Kellen 2009 mengatakan bahwa memiliki toleransi frustasi yang
rendah seringkali merupakan faktor yang dapat menciptakan kemarahan dan kekerasan.
35
c. Suasana hati yang sering berubah-ubah
Orang dengan tipe ini biasanya kelihatan tenang dalam beberapa menit, dan tiba-tiba berperilaku agresif kemudian.
d. Mudah marah
Pelaku dating violence cenderung mengekspresikan ketakutan atau kecemasan sebagai kemarahan, atau menolak untuk mendiskusikan
perasaan mereka, dan kemudian menunj ukkan kemarahan mereka yang meledak
–ledak.
e. Kecemburuan yang berlebihan
Pada pelaku dating violence kecemburuan terjadi dengan pihak ketiga dalam hubungan, dimana pihak yang cemburu merasa bahwa
pasangan mereka membina hubungan dengan oranglain. Seseorang yang pencemburu menunjukkan ekspresi cemburu mereka, seperti
kemarahan maupun kekerasan fisik Peppermint, 2006.
f. Terlalu posesif
Di kalangan pelaku dating violence posesif merupakan perasaan takut akan kehilangan seseorang, takut ditinggalkan kekasihnya sendiri
Hendrick Hendrick dalam Baron, Byrne Branscombe 2006. Perasaan ini membuat pasangan mereka ingin mengontrol segala
36
sesuatu mengenai pasangannya, dan tidak jarang kontrol yang dilakukan terlalu berlebihan dan mengekang pasangannya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa delapan faktor yang mempengaruhi dating violence pada remaja adalah 1 faktor individual, 2
sejarah kekerasan dalam keluarga, 3 penerimaan teman sebaya, 4 harapan peran gender, 5 penggunaan obat-obatan, 6 gangguan kepribadian, 7 faktor
dalam hubungan, dan 8 faktor komunitas. Faktor individual yang dapat menyebabkan seseorang melakukan kekerasan terhadap pasangannya adalah usia
muda, berada pada level ekonomi yang rendah, memiliki prestasi akademis yang rendah, serta seseorang yang sering mengobservasi ibunya yang mengalami
kekerasan dalam rumah tangga, mengalami emotionally dependent, insecure dan rendahnya self esteem. Semakin banyaknya konflik yang terjadi dalam hubungan
tersebut akan meningkatkan terjadinya dating violence. Dating violence sering dialami remaja baik yang baru saja berpacaran atau sudah lama.
E. Remaja