27
5 Ekaristi sebagai Sumber untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Umat
dalam Menghadapi Persoalan Hidup.
Ekaristi merupakan sumber kekuatan orang Kristiani. Dengan Ekaristi umat Kristiani memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah hidup sehari-
hari Martasudjita, 2012: 57. Umat dalam kehidupan sehari-hari memiliki permasalahan hidup yang kompleks. Umat tentunya ingin keluar dari
permasalahan dan ingin memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Untuk itulah umat Kristiani selalu merayakan Ekaristi untuk menimba kekuatan dari
Allah dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Selain itu juga umat dapat memperoleh kekuatan untuk dapat mewartakan kabar gembira dari Allah kepada
seluruh bangsa. Untuk itulah umat Kristiani tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya campur tangan Allah.
B. Iman Umat 1.
Pengertian Iman
Iman adalah anugerah cuma-cuma dari Allah dan tersedia bagi semua orang yang dengan rendah hati mencarinya. Iman adalah tindakan pribadi sejauh
menjadi jawaban bebas pribadi manusia kepada Allah yang mewahyukan Diri- Nya KKGK, art. 28.
Iman adalah penyerahan total dari manusia kepada Allah yang menyatakan diri tidak karena terpaksa, melainkan dengan sukarela. KWI, 1996: 128.
Katekismus Gereja Katolik art. 153 dan 155 menyatakan iman adalah satu anugerah Allah, satu kebajikan adikodrati yang dicurahkan oleh-Nya. Iman adalah
28
satu kegiatan akal budi yang menerima kebenaran ilahi atas perintah kehendak yang digerakan oleh Allah dengan perantaraan rahmat-Nya.
Iman merupakan tanggapan bebas manusia terhadap Sabda Allah. Iman merupakan jawaban pribadi dan menyeluruh dari manusia terhadap Sabda Tuhan.
Iman merupakan anugerah karya Allah sendiri Adisusanto, 2011: 34, 3-5. Berdasarkan pengertian di atas menurut penulis, iman adalah tanggapan
atau jawaban dari pihak manusia secara bebas terhadap wahyu atau Firman Allah, melalui kegiatan akal budi menerima kebenaran ilahi yang digerakkan oleh Allah
dengan perantaraan rahmat-Nya. Rahmat yang dianugerahkan Allah kepada manusia melalui Gereja-Nya, memampukan manusia menerima kebenaran ilahi,
yang terdapat dalam Kitab Suci, ajaran-ajaran Gereja, dan Tradisi Gereja. Oleh karena itu, sebagai manusia Kristiani kita dipanggil untuk selalu mensyukuri
anugerah Allah yang secara cuma-cuma mengalir dalam hidup dan perutusan kita, melalui doa, refleksi dan kontemplasi, dan terwujud dalam perbuatan cinta kasih.
2. Iman Gereja akan Yesus Kristus
Di dalam Gereja, yang menjadi pusat iman Kristiani adalah Yesus Kristus. Dari pewartaan yang telah dilakukan oleh Yesus, Gereja sungguh berpegang teguh
dalam iman untuk mewartakan-Nya ke seluruh dunia. Peristiwa-peristiwa hidup Yesus Kristus menjadi sumber kekuatan hidup Gereja. Gereja menjadi tempat
untuk memupuk iman Kristiani dan mewartakan pola hidup Yesus, sehingga hidup Yesus menjadi pola hidup murid-murid-Nya. Dengan menumbuhkan dan
memupuk iman melalui Gereja berarti kita menghidupi dan mengambil bagian
29
dari Gereja dan juga menanamkan sikap percaya bahwa Yesus Kristus selalu hadir di dalamnya.
Peristiwa misteri paskah menjadi titik tolak kehidupan Gereja. Iman yang tumbuh dalam Gereja berasal dari Yesus Kristus yang telah mengalami sengsara,
wafat, dan bangkit. Dengan peristiwa sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus membuat Gereja-gereja yang ada di dunia ini mulai berkembang. Berkembangnya
Gereja berawal dari pengalaman kebangkitan Yesus dan juga pengalaman para murid-Nya yang mengalami kebangkitan-Nya. Kebangkitan Yesus Kristus yang
telah dirasakan para murid mulai membentuk sebuah kelompok perdana yang lama kelamaan menjadi besar dan akhirnya terbentuk sebuah Gereja. Kehadiran
Gereja sebagai tanda pengharapan kelanjutan misi Yesus Kristus untuk menyelamatkan umat-Nya dan menghantar mereka mencapai kepenuhan hidup.
Gereja juga memiliki tugas yang penting yaitu mewartakan Injil ke seluruh bangsa. Dengan pewartaan Injil maka Gereja menjadi hidup seturut kehendak
Allah Martasudjita, 2010: 83-87.
3. Pentingnya Iman di dalam Hidup Umat
Iman menjadi hal yang penting bagi umat dalam menjalani peziarahan hidup di dunia. Iman memampukan umat untuk dapat menemukan Allah yang
hadir di dalam kehidupan mereka. Seperti dalam Mrk 10: 51-52 yang berbunyi “Tanya Yesus kepadanya: Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?
Jawab orang buta itu: Rabuni, supaya aku dapat melihat Lalu kata Yesus kepadanya: Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau Pada saat itu juga
30
melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya ”. Orang buta yang
terdapat dalam perikop tadi menunjukkan bahwa iman yang dimilikinya menuntun untuk menemukan Tuhan yang hadir dalam diri Yesus. Iman membawanya pada
suatu keselamatan yang sungguh luar biasa bagi orang yang percaya kepada-Nya. Iman mendorong umat untuk selalu mengikuti Tuhan. Tuhan memberikan sabda-
Nya melalui Injil supaya umat mampu menemukan nilai-nilai kerajaan Allah yang memberikan peneguhan, kebahagiaan di dalam peziarahan hidup.
Iman umat dapat memampukannya untuk memaknai, menghidupi, menemukan nilai hidup, dan bertahan dalam menghadapi persoalan hidup. Umat
di tengah kenyataan dunia dan dengan segala pengalaman hidupnya mengalami banyak rintangan dalam penderitaan. Umat beriman dalam situasi seperti ini,
memiliki harapan yang mengalir dari sikap iman: “Barang siapa menabur harapan
menuai hidup baru” Galatia 6:8. Situasi krisis multi dimensi yang berkepanjangan seperti sekarang ini mendorong umat untuk semakin dekat dengan
Allah, dan dengan kekuatan dan kuasa Allah manusia mampu mengandalkan Allah menghadapi penderitaannya KWI, 1996: 2-3.
4. Dasar Iman Umat
Umat Kristiani memiliki dasar iman. Iman yang dimiliki tidaklah datang begitu saja tanpa sebuah dasar. Dasar iman yang dimiliki oleh umat Kristiani
adalah iman para rasul. Yang dimaksudkan para rasul adalah murid-murid Yesus yang disebut dua belas rasul. Kelompok ini menjadi dasar bagi umat Kristiani
untuk bersaksi melalui perbuatan, tindakan, dan mendengarkan ajaran Yesus
31
Kristus. Apa yang dikerjakan oleh Yesus merupakan ajaran yang benar karena berasal dari Bapa yaitu ajaran cinta kasih yang memberikan suatu pertobatan bagi
umat manusia. Yesus yang dihukum sampai mati membuat orang-orang yang terdekat
merasa sedih. Apa yang telah mereka yakini seolah-olah hanya kebohongan karena orang yang dianggap Mesias telah mati dan misi yang telah dirintis-Nya
dianggap telah gagal. Dengan kejadian yang telah dialami, murid Yesus berdoa memohon petunjuk dari Allah. Selama penyingkiran ke tempat yang tenang dan
sampai pada hari ketiga kelompok kecil murid-murid Yesus Maria Magdalena, Petrus dan Yohanes, dan dua orang murid yang berjalan ke Emaus dan kelompok
besar 10 murid, lalu 11 murid semuanya, kelompok besar 500 orang menyatakan dan menyakini bahwa Yesus Kristus telah bangkit dari mati. Pengalaman-
pengalaman mereka ini membuat mereka berfikir apa yang harus dilakukannya untuk ke depan. Mereka merenungkan dan berdoa memohon petunjuk pada Allah.
Di dalam permenungan, mereka merasakan kehadiran Allah dalam diri sehingga mereka sungguh dipenuhi Roh Allah yang bekerja dan berkarya dalam diri
mereka, merekapun pergi memberikan kesaksian Michel, 2001: 45-46. Hal lain yang mendasari iman umat Kristiani yaitu wahyu Allah, melalui
wahyu Allah, manusia disapa, Allah mengenalkan diri pada manusia. Dengan mewahyukan diri kepada manusia, Allah mengharapkan manusia untuk
memberikan suatu tanggapan atas wahyu-Nya tentunya dengan sikap positif yakni mendengarkan sabda-Nya, menjalankan perintah-Nya, mewartakan kabar gembira
dengan saling mengasihi. Hal ini terlihat dalam Roma 10: 14-17 yang berbunyi,
32
Tetapi bagaimana mereka dapat berseru kepada-Nya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia, jika
mereka tidak mendengar tentang Dia. Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakan-Nya? Dan bagaimana
mereka dapat memberitakan-Nya, jika mereka tidak diutus? Seperti ada tertulis: Betapa indahnya kedatangan mereka yang membawa kabar baik
Tetapi tidak semua orang telah menerima kabar baik itu. Yesaya sendiri berkata: Tuhan, siapakah yang percaya kepada pemberitaan kami? Jadi,
iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. Dengan demikian maka hubungan antara wahyu dan iman saling berkaitan.
Hal ini memiliki hubungan karena dengan menanggapi wahyu Allah dengan iman maka sasaran akan lebih tepat yakni Allah mewahyukan diri-Nya dan manusia
menanggapinya. Manusia menerima wahyu Allah berarti dapat mengenal siapa Allah itu dan bila ingin lebih mengenal maka ia harus bergaul dengan Allah dari
hati ke hati seperti halnya manusia menyatakan cintanya kepada sesamanya. Dister, 1991: 85-86
5. Ciri-ciri Iman Kristiani yang Dewasa
Iman Kristiani yang dewasa memiliki dimensi iman yakni adanya keyakinan, adanya hubungan yang penuh kepercayaan, dan kehidupan agape
cinta sejati yang hidup. Ketiga hal inilah yang mampu membawa umat Kristiani pada arah iman yang dewasa. Dimensi iman menuju kedewasaan iman Kristiani
dapat diekspresikan dalam tiga kegiatan iman sebagai kegiatan keyakinan faith as believing, iman sebagai kegiatan mempercayakan faith as trusting, dan iman
sebagai kegiatan melakukan faith as doing. Kegiatan ini merupakan inti dari iman yang dewasa. Umat Kristiani diarahkan pada ketiga kegiatan ini, sehingga
33
kedewasaan iman yang sudah ada dalam diri dapat tumbuh dan berkembang dan dimaknai dalam peziarahan hidup Groome, 2010: 81.
Iman Kristiani yang dewasa diwujudkan melalui kegiatan di dalam hidup bersama dengan umat beriman lain di dalam dunia yakni; memupuk persaudaraan
sejati, pelayanan yang tanpa syarat, pewartaan, liturgi, dan kemartiran. Dengan demikian Gereja mewartakan nilai-nilai Kerajaan Allah sebagai buah-buah iman.
Di sisi lain iman yang dewasa juga mampu menciptakan habitus baru yakni keberpihakkan pada keprihatinan Allah bagi umat-Nya yang tersinggkir dari
dunia.
C. Ekaristi sebagai Tempat Pengembangan Iman Umat