9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Apa makna sakramen Ekaristi untuk hidup umat?
2. Sejauh mana umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja
Gondangwinangun Klaten sudah menghayati makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka?
3. Model katekese macam apa yang dapat membantu umat Lingkungan Antonius
Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten menemukan makna sakramen Ekaristi untuk pengembangan iman mereka?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah: 1.
Menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun
Klaten. 2.
Menggambarkan sejauh mana penghayatan sakramen Ekaristi di dalam pengembangan iman umat Lingkungan Antonius Joton Paroki Santo Yusuf
Pekerja Gondangwinangun Klaten. 3.
Memberi sumbangan pemikiran yang berupa usulan program pendampingan model katekese yang dapat membantu umat Lingkungan Antonius Joton Paroki
Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten semakin menemukan,
10
memahami, dan menghayati makna sakramen Ekaristi khususnya dalam pengembangan iman mereka.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1.
Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis tentang makna sakramen Ekaristi demi mengembangkan iman dalam kehidupan sehari-hari.
2. Membantu Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf
Pekerja Gondangwinangun Klaten semakin menghayati akan sakramen Ekaristi demi pengembangan iman.
3. Memberikan sumbangan kepada umat dalam memaknai sakramen Ekaristi
demi pengembangan iman Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.
E. Metode Penulisan
Dalam tugas akhir ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis. Dengan metode ini, penulis menggambarkan sejauh mana umat Lingkungan
Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten dapat menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka. Penulis
juga mencoba memahami apa yang menjadi hambatan umat untuk dapat menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka.
Kemudian penulis mengusulkan program katekese yang dapat membantu umat menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat
11
Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.
F.
Sistematika Penulisan
Penulis dalam Skripsi ini memilih judul “Usaha Menemukan Makna
Sakramen Ekaristi demi Pengembangan Iman Umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf P
ekerja Gondangwinangun Klaten”, untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas dari skripsi ini, maka penulis menyampaikan pokok-
pokok uraian dalam lima bab. Bab I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan yang hendak penulis susun.
Bab II membahas sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat, yang
meliputi makna sakramen Ekaristi yang bersumber pada Kitab Suci, dokumen- dokumen Gereja, serta pandangan dari para ahli. Dalam bab ini terdapat tiga
bagian: bagian pertama membahas sakramen Ekaristi yang meliputi tentang pengertian dan makna sakramen pada umumnya, pengertian dan makna sakramen
Ekaristi. Bagian kedua bab ini membicarakan tentang iman umat, yang meliputi
pengertian iman, iman Gereja akan Yesus Kristus, pentingnya iman di dalam hidup umat, dasar iman umat, serta ciri-ciri iman Kristiani yang dewasa. Bagian
ketiga bab ini membahas mengenai Ekaristi sebagai tempat pengembangan iman
umat, yang meliputi pengembangan iman umat, Ekaristi memberikan semangat
12
untuk berbagi kepada sesama, dan Ekaristi memampukan umat untuk bersaksi kepada sesama.
Bab III membahas penghayatan umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf pekerja Gondangwinangun Klaten terhadap makna sakramen
Ekaristi demi pengembangan iman. Dalam bab ini terdapat dua bagian. Bagian pertama membahas Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, yang
meliputi sejarah paroki dan perkembangannya, situasi umum umat paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, gambaran umum umat Lingkungan
Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten. Bagian kedua menyampaikan penelitian tentang penghayatan umat
Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten terhadap makna sakramen Ekaristi, yang meliputi desain penelitian,
laporan dan pembahasan hasil penelitian, refleksi, serta kesimpulan penelitian. Bab IV membahas katekese model SCP sebagai usaha untuk meningkatkan
penghayatan umat akan makna sakramen Ekaristi. Bab ini dibagi menjadi 5 bagian: Bagian pertama bab ini membicarakan katekese model SCP, yang
meliputi pengertian SCP, tujuan katekese model SCP, langkah-langkah katekese model SCP. Bagian kedua menyampaikan usulan program katekese dengan model
SCP bagi umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, yang meliputi latar belakang, tema dan tujuan program
katekese. Bagian ketiga memberikan gambaran pelaksanaan program. Bagian keempat dalam bab ini membahas matriks program. Pada bagian kelima contoh
13
persiapan katekese model SCP yang meliputi identitas pertemuan, pemikiran dasar serta pengembangan langkah-langkahnya.
Bab V merupakan bab terakhir sekaligus sebagai penutup dari seluruh pembahasan mengenai usaha menemukan makna sakramen Ekaristi demi
pengembangan iman umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten, yang meliputi kesimpulan serta saran.
BAB II SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT
Bab II ini penulis menguraikan sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat yang memiliki kesinambungan dengan pembahasan pada bab
sebelumnya. Dimana yang menjadi pokok permasalahan pada skripsi ini yakni keprihatinan penulis terhadap umat dalam memaknai Ekaristi, yang selama ini
penulis melihat umat mengikuti Ekaristi masih bersifat ritualis dan kenyataannya tidak semua umat mampu menghayati sakramen Ekaristi dalam kehidupan
beriman. Permasalahan inilah yang hendak penulis angkat dalam skripsi. Penulis memberikan sumbangan pemikiran dari berbagai sumber untuk membantu umat
menemukan makna sakramen Ekaristi dalam kehidupan sehari-hari. Dalam bab ini, penulis membahas sakramen Ekaristi dan maknanya
melalui Kitab Suci, dokumen-dokumen Gereja, dan juga pandangan dari para ahli. Seluruh sakramen Gereja berpusat pada sakramen Ekaristi. Sakramen
Ekaristi sebagai pusat karena di dalamnya Gereja merayakan dan mengenangkan misteri sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus, sekaligus Gereja
menimba kekayaan rohani dan rahmat keselamatan dari Allah bagi umat-Nya. Bersumber dari Ekaristi umat dapat memperkuat imannya untuk bertahan
menghadapi berbagai persoalan hidup. Selain itu melalui Ekaristi umat mampu untuk mempersembahkan seluruh hidupnya bagi Allah. Ekaristi juga
memampukan umat-Nya untuk berkarya di tengah dunia.
15
Bab II lebih merupakan kajian pustaka. Penulis pada bab ini membagi uraian menjadi tiga bagian, yakni pada bagian pertama penulis menjelaskan
sakramen Ekaristi pada umumnya. Pada bagian kedua penulis menjelaskan tentang iman umat. Kemudian secara khusus pada bagian ketiga penulis
menjelaskan Ekaristi sebagai tempat pengembangan iman umat. Penulis pada bagian awal bab ini menjelaskan tentang sakramen Ekaristi
yang bertujuan untuk membantu umat semakin memahami sakramen Ekaristi demi pengembangan iman dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat penting
bagi umat untuk memahami sakramen Ekaristi karena dengan Ekaristi umat diharapkan mampu menemukan nilai-nilai hidup rohani demi terwujudnya
Kerajaan Allah di dunia. Melalui Ekaristi umat memperoleh kekuatan rohani untuk berkembang dalam iman serta menghadapi berbagai permasalahan hidup
dan memampukan diri untuk bersaksi bagi sesama.
A. Sakramen Ekaristi
1. Pengertian dan Makna Sakramen pada Umumnya
a. Pengertian Sakramen
Sakramen yang berasal dari bahasa latin sacramentum, terdiri dari kata sacro, sacer yang artinya kudus, suci, lingkungan orang kudus, bidang yang suci.
Sacrare berarti menyucikan, menguduskan, mengkhususkan sesuatu atau seseorang bagi bidang yang suci atau kudus. Jadi, sacramentum itu menunjuk
pada suatu hal yang menguduskan Martasudjita, 2003: 61.
16
Penulis menyampaikan pengertian sakramen dari dokumen Gereja yakni Kompendium Katekismus Gereja Katolik 2009: art. 224 yang menyatakan bahwa
“sakramen merupakan tanda yang mendatangkan rahmat”. Sakramen-sakramen yang kita terima dari Gereja sungguh memberikan rahmat yang dapat dirasakan
yakni kedamaian, ketentraman, persaudaraan, kerukunan, kasih sesama, dan sebagainya.
Menurut Kitab Hukum Kanonik KHK 1983 Kan. 840: “sakramen
merupakan tanda dan sarana yang mengungkapkan dan menguatkan iman ”.
Sakramen yang kita terima dalam Gereja memberikan kekuatan, menciptakan dan memperkokoh persatuan umat. Umat Kristiani yang menerima sakramen sungguh
dipersatukan dalam Gereja dalam persekutuan Roh Kudus, sekaligus umat dipersatukan dengan Allah dalam kemuliaan-Nya.
Konferensi Waligereja Indonesia KWI 1996: 400 mendefinisikan: “sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai, menampakkan, dan
melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau dengan lebih tepat
Allah yang menyelamatkan ”. Jadi sakramen itu sungguh-sungguh nyata datang
dari Allah yang menyelamatkan umat. Hanya saja keselamatan yang datang itu melalui sakramen-sakarmen dan dapat dirasakan ketika kita dapat menghayatinya
dalam hidup sehari-hari. Menurut Janssen 1993: 38:
“sakramen adalah suatu tanda lahir yang ditetapkan oleh Kristus dan terdiri dari suatu perbuatan materi dan perkataan
yang menerangkannya sebagai lambang rahmat yang tidak kelihatan yang dikerjakan oleh Roh Kudus dalam diri si penerima
”. Umat Kristiani yang
17
menerima sakramen dalam Gereja melambangkan kesatuan Allah dengan umat- Nya melalui rahmat dalam sakramen. Allah mencurahkan rahmat keselamatan
bagi umat yang menerima sakramen, khususnya dalam sakramen Ekaristi, sebagaimana peristiwa keselamatan yang telah dilakukan oleh Yesus terhadap
umat-Nya. Sakramen yang ada di dalam Gereja menunjukkan suatu
“simbol atau lambang” keagaman. Simbol pada umumnya menyampaikan suatu hal yang
konkret dalam kehidupan yang melambangkan kehadiran sang Ilahi. Dengan demikian simbol memiliki peran yaitu menghadirkan sang Ilahi dalam Gereja.
Jadi sakramen menurut Groenen 1990: 20 ialah “simbol religius keagamaan”.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis lebih tertarik dengan pernyataan KWI yakni sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi yang menandai,
menampakkan, dan melaksanakan atau menyampaikan keselamatan Allah atau
dengan lebih tepat Allah yang menyelamatkan. Sakramen sebagai peristiwa konkret duniawi dapat dilihat dalam Gereja yakni sakramen Pembaptisan,
sakramen Komuni, sakramen Krisma, dan sakramen Tobat. Sakramen Pembaptisan menandakan bahwa umat dibebaskan dari dosa dan dilahirkan
kembali sebagai putra-putri Allah serta menjadi anggota murid-murid Kristus yang dikasihi-Nya serta Gereja. Sakramen komuni menandakan, menampakkan
dan melaksanakan perintah Tuhan sebelum wafat dan kebangkitan-Nya. Sakramen ini menunjukkan suatu kesatuan, ikatan cinta kasih yang sungguh dipenuhi oleh
rahmat karunia Roh Kudus. Sakramen Penguatan menandakan penyempurnaan rahmat Pembaptisan yang telah dikaruniakan oleh Roh Kudus, dimana sakramen
18
ini memberikan daya kekutan Roh Kudus supaya umat mampu bersaksi dalam hidup sehari-hari. Sakramen Tobat menandakan perolehan pengampunan dari
belas Kasih Allah atas segala kesalahan yang membuat kekecewaan terhadap-Nya serta disatukan kembali dalam Gereja atas dosa yang telah dilakukan atas sesama
dalam hidup dan membantu umat dalam pertobatan KGK, 1993: 312-360. Hal ini menjadi peristiwa konkret yang penulis lihat, terima dan ini sungguh
memberikan rasa kedamaian, kebahagian, kesatuan, dan persaudaraan yang terjadi dalam hidup.
b. Makna Sakramen
Sakramen merupakan suatu misteri yang tak dapat dipahami secara tuntas oleh manusia. Misteri yang dimaksudkan di sini adalah rahasia karya keselamatan
yang berasal dari Allah sendiri KWI, 1996: 400. Kata misteri atau mysterion Yunani dipergunakan untuk menerjemahkan sebuah kata Ibrani sôd. Mysterion
berasal dari kata my, kata kerja myein, yang memiliki arti menutup mulut atau mata sebagai reaksi atas pengalaman yang mengatasi nalar, pengalaman yang
tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Dengan demikian mysterion memiliki sebuah makna dasar yaitu berhubungan dengan pengalaman akan Yang Ilahi,
yakni suatu pengalaman batin yang tidak terlukiskan dengan kata-kata karena pengalaman perjumpaan dengan Yang Ilahi Martasudjita, 2003: 62.
Sakramen memiliki makna pengudusan yang bersumber dari tindakan Allah. Hal ini menjadi tanda bahwa aksi atau perbuatan baik manusia menjadi
rahmat yang menguduskan sekaligus menunjukkan bahwa hal tersebut merupakan
19
pekerjaan Allah. Aksi atau perbuatan yang baik dapat terwujud berkat adanya campur tangan Allah. Sakramen sungguh bermakna bagi manusia yang
menerimanya ketika manusia itu mampu mewujudkan dalam kehidupan sehari- hari KWI, 1996: 400.
2. Pengertian dan Makna Sakramen Ekaristi
a. Pengertian Sakamen Ekaristi
Ekaristi berasal dari bahasa Yunani eucharistia yang artinya puji syukur. Eucharistia merupakan kata benda yang berasal dari kata kerja bahasa Yunani
eucharistein yang berarti memuji, dan mengucap syukur. Eucharistein dalam Perjanjian Baru, misal dalam Mat. 26: 27; Luk. 22: 19.20 digunakan bersama-
sama dengan kata eulogein Mat. 26: 26; 1Kor 10: 16 yang memiliki arti memuji- bersyukur. Pengertian ini digunakan untuk menerjemahkan kata dari bahasa Ibrani
barekh artinya memuji dan memberkati. Barekh atau barekhah dalam tradisi liturgi Yahudi dipergunakan dalam konteks doa berkat perjamuan yang berisi
pujian, syukur, dan permohonan. Doa berkat dalam tradisi Yahudi berlangsung dalam perjamuan makan Yahudi yakni doa berkat atas roti dan piala. Dengan
demikian Ekaristi dapat dimengerti sebagai doa berkat yang berlangsung dalam perjamuan makan Yahudi Martasudjita 2005: 28.
Di samping ini penulis menyampaikan pengertian Ekaristi dari dokumen Gereja. Kompendium Katekismus Gereja Katolik 2009: 99 menyatakan Ekaristi
sebagai kurban Tubuh dan Darah Tuhan Yesus sendiri yang ditetapkan-Nya untuk mengabadikan kurban salib selama perjalanan waktu sampai kembali-Nya dalam
20
kemuliaan. Seluruh perjalanan hidup Yesus diabadikan di dalam Gereja. Gereja menjadi tempat yang dipercaya oleh-Nya untuk mengabadikan kenangan wafat
dan kebangkitan-Nya. Hal ini menjadi tanda bahwa di dalam Ekaristi terlihat adanya kesatuan, ikatan cinta kasih, perjamuan paskah, dimana rahmat dan
jaminan kemuliaan yang akan datang dicurahkan kepada umat-Nya. Ekaristi menurut KHK 1983 kan. 899 § 1 adalah tindakan Kristus sendiri dan Gereja; di
dalamnya Kristus Tuhan, melalui pelayanan imam, mempersembahkan diri-Nya kepada Allah Bapa dengan kehadiran-Nya secara substansial dalam rupa roti dan
anggur, serta memberikan diri-Nya sebagai santapan rohani kepada umat beriman yang menggabungkan diri dalam persembahan-Nya.
Di bawah ini penulis menyampaikan pengertian Ekaristi dari pandangan para Bapa Gereja. Santo Ignatius dari Antiokia berpendapat Ekaristi itu
membangun kesatuan Gereja. Bilamana orang menerima Ekaristi maka ia disatukan dengan Yesus Kristus, Ekaristi bukanlah barang atau benda, melainkan
peristiwa dan sarana untuk identifikasi dengan Kristus. Santo Yustinus juga berpendapat Ekaristi adalah kurban rohani sebab Ekaristi itu adalah doa yang
benar dan pujian syukur yang tepat. Ekaristi itu merupakan kenangan akan penderitaan Yesus, sekaligus akan penciptaan dan penebusan. Dalam kenangan
tersebut, peristiwa inkarnasi juga dihadirkan. Dan Santo Irenius berpendapat Ekaristi merupakan kurban pujian-syukur. Dia berpendapat demikian karena
dalam Ekaristi diungkapkan pujian-syukur atas pencipataan, tentu saja atas peristiwa penebusan Yesus Kristus Martasudjita 2005: 28.
21
Sedang Sumarno 2009: 29 dalam manuskripnya yang berjudul Pengantar Pendidikan Agama Katolik Paroki, menyatakan bahwa Ekaristi adalah
“ungkapan iman dalam bentuk perayaan syukur, yang jauh dari tindakan resmi protokoler, suatu upacara formal dengan suatu aturan dan tata cara tertentu
”. Berdasarkan pengertian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa
pengertian Ekaristi adalah suatu perayaan syukur untuk mengenangkan, menghadirkan, menghayati akan karya keselamatan Allah yang telah terwujud
dalam diri Yesus Kristus dengan berpuncak pada kurban salib-Nya. Di dalam Ekaristi kita mengenangkan penderitaan Yesus sebelum penyerahan diri pada
kayu salib untuk keselamatan seluruh umat beriman. Selain itu juga dalam Ekaristi kita berdoa memohon kehadiran Roh Kudus dalam perjamuan Ekaristi
untuk memberkati roti dan anggur yang disantap bersama supaya menjadi santapan rohani. Roh Kudus juga yang menjadikan karya keselamatan Allah
terwujud dalam dunia. Dan hal yang terpenting dalam Ekaristi kita diajak untuk menghayati seluruh karya keselamatan Allah dengan cara ikut ambil bagian di
dalamnya.
b. Makna sakramen Ekaristi
1 Ekaristi sebagai Ungkapan Cinta Kasih Yesus yang Sehabis-habisnya
Yesus selama hidup menumpahkan cinta kasih-Nya yang tanpa batas atau sehabis-habisnya kepada para murid-Nya. Hal ini tersirat dalam Yoh. 13:1 yang
berbunyi “sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia
22
senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya
”. Ia memberikan pelayanan dengan kasih yang sungguh luar biasa. Ia mengasihi murid-murid-Nya tanpa batas dan
menyayangi mereka sampai akhir hayat. Yesus memberikan kasih-Nya secara total kepada mereka sampai pada kesudahan dan Ia rela memberikan nyawa-Nya
demi keselamatan para murid serta seluruh umat beriman. Kematian Yesus di kayu salib mengungkapkan cinta kasih-Nya kepada
para murid serta seluruh umat manusia demi persatuan dengan Allah. Ia mengorbankan diri di kayu salib demi memenuhi karya keselamatan dari Allah
bagi umat-Nya. Ia memiliki jiwa pengorbanan yang sungguh luar biasa dan memiliki kasih yang sungguh total terhadap sahabat-sahabat-Nya. Hal ini dapat
dilihat dalam Yoh 15: 13 yang berbunyi “Tidak ada kasih yang lebih besar dari
pada kasih seorang yang memberikan nyawa-Nya untuk sahabat-sahabatnya ”.
Yesus memberikan teladan bagaimana memberikan kasih terhadap sesama. Yesus mengajarkan nilai cinta kasih yang sungguh-sungguh menyentuh hati bagi
sahabat-sahabat-Nya, tiada kasih yang sempurna selain kasih yang rela memberikan nyawa-Nya untuk orang yang dikasihi-Nya.
Yesus memberikan anugerah cinta kasih yang tanpa batas kepada para murid serta umat-Nya. Yesus telah memberikan kemenangan sejati dan
keselamatan bagi semua orang. Oleh sebab itu untuk mengenang anugerah-Nya, Gereja mengabadikan dan mengenang-Nya dalam Ekaristi suci. Ekaristi menjadi
suatu kenangan akan anugerah cinta kasih yang mendalam dan memiliki kekuatan untuk hidup rohani yang bersumber dari Allah Martasudjita, 2005: 295-296.
23
2 Ekaristi sebagai Perjamuan yang Mempersatukan Umat dengan Allah,
Umat dengan Umat
Konsili Vatikan II mengajarkan Ekaristi sebagai perjamuan Paskah SC 47. Hal ini dimengerti dalam keseluruhan perayaan Ekaristi sehingga Ekaristi
menjadi tempat untuk mengenang seluruh karya keselamatan Yesus Kristus yang berakhir dengan wafat dan kebangkitan-Nya Martasudjita, 2005: 297-298.
Pada zaman dahulu perjamuan adalah pengalaman kebersamaan yang paling mendalam dengan para peserta perjamuan dan sekaligus dengan Allah
Grün, 1998: 29. Perjamuan ini menunjukkan bahwa Allah mengundang dan mengajak para murid serta umat untuk berkumpul bersama dengan-Nya menjadi
satu kesatuan keluarga besar. Perjamuan ini membuat umat merasakan kerinduan untuk berkumpul bersama. Hal ini menjadi tanda bahwa Allah solider atau peduli
dengan umat, dan umat peduli dengan sesama dalam suatu kebersamaan. Perjamuan memampukan umat untuk dapat saling menjalin relasi dengan orang
lain, entah itu orang yang dikenal maupun orang yang sama sekali tidak dikenal. Perjamuan Ekaristi sungguh mempersatukan umat di dalam tubuh Kristus.
Perjamuan Ekaristi memberikan kedamaian, kesadaran, kesembuhan, dan kerinduan untuk kembali bersatu dengan Allah. Perjamuan ini sebagai tanda
bahwa Allah sungguh baik dan berbelas kasih kepada umat-Nya. Umat dalam mengikuti perjamuan Ekaristi diajak untuk bersatu dengan
Allah melalui terang Roh Kudus Koinonia. Koinonia merupakan bentuk keterlibatan umat untuk bersatu dengan Allah melalui Ekaristi dan membentuk
suatu persaudaraan antar umat beriman dengan terang Roh Kudus. LG 7 menyatakan “Dalam pemecahan Ekaristi, kita secara nyata ikut serta dalam Tubuh
24
Tuha n; maka, kita diangkat untuk bersatu dengan Dia dan bersatu antara kita”.
Hal ini menjadi tempat dihimpunnya persatuan antara umat dengan Allah, umat dengan umat yang membentuk suatu Gereja. Allah selalu hadir di tengah hidup
umat dalam setiap perkumpulan yang melibatkan kehadiran-Nya Martasudjita, 2005: 358
. Tuhan Yesus sendiri Bersabda “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka
” Mat 18: 20.
3 Ekaristi sebagai Permohonan Seruan datang-Nya Karunia Roh Kudus
Epiklese
Epiklese merupakan bagian pokok dalam Doa Syukur Agung DSA. Hal ini merupakan faktor utama terjadinya karya keselamatan Allah yang terlaksana
dalam diri Yesus Kristus. Keselamatan yang datang tidaklah datang dengan begitu saja tetapi ada yang membawa atau mengkaruniakannya yaitu Roh Kudus. Roh
Kuduslah yang membuat keselamatan itu dapat sampai pada semua orang beriman. Pada waktu Ekaristi imam dan umat berdoa bersama memohon kepada
Allah supaya mengkuduskan persembahan yang berupa roti dan anggur melalui Roh-Nya agar menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Di sinilah karunia Roh Kudus
sungguh bekerja dan memberikan hidup bagi umat-Nya yang telah dikasihi oleh Allah. Tanpa kehadiran Roh Kudus keselamatan yang telah dipercayakan di dalam
Gereja tidak terjadi dan rencana keselamatan Allah hanya terlihat abstrak tanpa ada perwujudan yang nyata. Berkat karya Roh Kudus rencana Keselamatan Allah
sungguh-sungguh terjadi dalam diri Kristus dan di dalam Gereja Martasudjita, 2005: 357-358.
25
Epiklese bukan hanya doa permohonan untuk Roh Kudus supaya turun untuk mengkuduskan roti dan anggur sebagai Tubuh dan Darah Kristus. Epiklese
juga mengkuduskan umat Allah yang sungguh beriman. Berkat Roh Kuduslah umat Allah yang beriman memperoleh kesatuan diri dengan Allah melalui Tubuh
dan Darah Kristus. Dengan demikian umat yang telah dikuduskan melalui karya Roh Kudus memperoleh hubungan yang mesra dengan Allah dan umat menjadi
buah karya Roh Kudus yang telah disucikan atas segala perbuatan yang baik Martasudjita, 2005: 358.
4 Ekaristi Memampukan Kita untuk Tinggal dalam Kristus
Di dalam Yohanes 1:39 Yesus bersabda: “Marilah dan kamu akan
melihatnya. Mereka pun datang dan melihat di mana Ia tinggal, dan hari itu mereka tinggal bersama-sama dengan Di
a”. Yesus mengundang para murid untuk tinggal bersama Dia. Yesus mengundang mereka untuk masuk dan bersatu dalam
persekutuan dengan-Nya. Hal ini bertujuan agar para murid mengalami, merasakan, menghidupi dan mengalami sendiri misteri pribadi dan hidup Kristus.
Dengan demikian para murid memiliki suatu pengalaman pribadi tinggal bersama Kristus dan pengalaman itu menjadi suatu misi dalam perutusan pewartaan kabar
gembira ke seluruh dunia Martasudjita, 2012: 21. Pengalaman pribadi para murid masuk dan tinggal bersama Kristus
menjadi tujuan utama dari seluruh hidup umat beriman. Pengalaman pribadi ini menjadi salah satu wujud kesaksian untuk bersatu dengan Tuhan yang menjadi
ujung tombak dalam bersaksi bagi orang lain. Hal ini nampak di dalam 1Yoh 1: 1-3 yang berbunyi,
26
Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami
raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah
melihatnya dan sekarang kami bersaksi dan memberitakan kepada kamu tentang hidup kekal, yang ada bersama-sama dengan Bapa dan yang telah
dinyatakan kepada kami. Apa yang telah kami lihat dan yang telah kami dengar itu, kami beritakan kepada kamu juga, supaya kamu pun beroleh
persekutuan dengan kami. Dan persekutuan kami adalah persekutuan dengan Bapa dan dengan Anak-Nya, Yesus Kristus.
Perikop ini mengungkapkan pengalaman tinggal dalam Kristus yang
terlihat dalam pernyataan berikut: apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan
dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup -- itulah yang kami tuliskan kepada kamu. Hal ini menunjukkan suatu kesatuan dan pengalaman
iman yang luar biasa. Pengalaman tinggal bersama-Nya membuat kita sadar bahwa hidup bersama-Nya membawa suatu anugerah yang terindah, kedamain,
cinta kasih, dalam seluruh hidup Kristus. Pengalaman inilah yang harus kita bawa bagi orang lain dalam hidup bersama di tengah-tengah dunia Martasudjita, 2012:
22. Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud di dalam Ekaristi. Di dalam
Ekaristi Yesus menjadi Roti Hidup yang diserahkan bagi umat-Nya. Roti Hidup ini memberikan kehidupan bagi umat di seluruh dunia. Melalui Ekaristi umat
diajak untuk masuk dan bersatu di dalam misteri Ekaristi, yakni mengenangkan misteri wafat dan kebangkitan-Nya. Peristiwa tinggal bersama Kristus terwujud
dalam penyambutan Komuni Suci. Kita merayakan Ekaristi, menyambut tubuh dan darah-Nya dalam
Komuni Suci menjadi tanda bahwa kita “tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam kita” Martasudjita, 2012: 23.
27
5 Ekaristi sebagai Sumber untuk Memperoleh Kekuatan Hidup Umat
dalam Menghadapi Persoalan Hidup.
Ekaristi merupakan sumber kekuatan orang Kristiani. Dengan Ekaristi umat Kristiani memperoleh kekuatan untuk menghadapi masalah hidup sehari-
hari Martasudjita, 2012: 57. Umat dalam kehidupan sehari-hari memiliki permasalahan hidup yang kompleks. Umat tentunya ingin keluar dari
permasalahan dan ingin memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Untuk itulah umat Kristiani selalu merayakan Ekaristi untuk menimba kekuatan dari
Allah dalam menghadapi segala rintangan yang ada. Selain itu juga umat dapat memperoleh kekuatan untuk dapat mewartakan kabar gembira dari Allah kepada
seluruh bangsa. Untuk itulah umat Kristiani tidak dapat berjalan sendiri tanpa adanya campur tangan Allah.
B. Iman Umat 1.