60
peduli dengan
sesama KLMTD
22.
Iman adalah anugerah
dari Allah dan
tanggapan secara bebas
dari pihak manusia
12 30
23 57,5
1 2,5
3 7,5
1 2,5
23.
Iman memampuka
n saya menemukan
Allah dalam setiap
persoalan hidup
17 42,5
22 55
1 2,5
Positif Negatif
C. Faktor
penyebab umat kurang
menghayati Ekaristi
SS S
TS N
ST S
24.
Saya datang lebih awal
saat mengikuti
Ekaristi dan pulang lebih
awal sebelum
berkat dalam perayaan
Ekaristi
21 52,5
17 42,5
2 5
25.
Saya mengerti dan
menyadari akan tata
cara perayaan
Ekaristi
15 37,5
21 52,5
3 7,5
1 2,5
26.
Saya senang, nyaman,
aman bila mengikuti
Ekaristi yang
3 7,5
6 15
17 42,
5 9
22, 5
5 12,
5
61
diadakan di lingkungan
dari pada di Gereja
27.
Saya pergi ke gereja
dengan terburu-buru
tanpa persiapan
1 2,5
25 62,
5 4
10 10
25
28.
Saya sering terlibat
dalam pendalaman
iman di lingkungan
18 45
16 40
3 7,5
3 7,5
Positif Negatif
D. Model
Katekese yang
diharapkan
SS S
TS N
ST S
29.
Sharing pengalaman
hidup antar sesama umat
membantu umat
menemukan makna
Ekaristi dalam hidup
sehari-hari
8 20
31 77,5
1 2,5
30.
Katekese umat yang
bertolak dari pengalaman
tokoh dalam Kitab Suci
membantu umat untuk
menemukan makna
Ekaristi
7 17,5
28 70
3 7,5
2 5
62
1 Identitas
Jumlah rata-rata responden orang tua berusia 41 – 70 tahun sebanyak 30
orang dengan jumlah prosentase 75. Jumlah responden orang muda yang berusia 20
– 40 tahun sebanyak 10 orang dengan jumlah prosentase 25.
2 Pemahaman Ekaristi
Pada variabel pemahaman Ekaristi dari tabel 2 di atas, pada item no. 1 diketahui
sebanyak
40 orang dengan jumlah prosentase 100
menyatakan
bahwa sakramen Ekaristi
sebagai puncak dari segala aktivitas hidup umat Katolik. Pada item no. 2, responden
sebanyak 39 responden dengan jumlah prosentase 97,5
menyatakan bahwa sakramen sebagai sarana dan tanda keselamatan Allah bagi umat manusia.
Ada juga umat yang menyatakan negatif sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5.
Pada item no. 3, responden sebanyak
38 orang dengan jumlah prosentase 95
menyatakan sumber kekuatan orang Katolik diperoleh dari mengikuti Ekaristi.
Umat sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 5 menyatakan negatif terhadap
pernyataan ini.
Pada item no. 4, responden sebanyak
38 orang dengan jumlah prosentase 95
menyatakan bahwa
Sakramen yang kita terima menyucikan hidup kita. Umat sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 5 menyatakan negatif untuk
pernyataan ini.
63
Pada item no. 5, sebanyak sebanyak 22 orang dengan jumlah prosentase 55 menyatakan bahwa saya hadir dan merayakan Ekaristi sebagai kewajiban
orang Katolik saja. Responden sebanyak 18 orang dengan jumlah prosentase 45 menyatakan negatif.
Pada item no. 6, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5 menyatakan bahwa Ekaristi menjadi kebutuhan orang Katolik. Umat
sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,5 menyatakan negatif.
3 Penghayatan Makna Sakramen Ekaristi
Pada tabel 2 variabel penghayatan makna Ekaristi demi pengembangan iman, pada item no. 7, responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase
100 menyatakan bahwa mengikuti Ekaristi berarti membangun persaudaraan sejati sebagai murid Yesus Kristus.
Pada item no. 8, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5 menyatakan bahwa menghadiri Ekaristi membuat saya belajar berbagi
kepada siapa pun seperti Yesus. responden 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5 menyatakan negatif.
Pada item no. 9, sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase 92,5 menyatakan bahwa kekuatan yang diperoleh dari Ekaristi membuat saya semakin
berani terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat. Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5 menyatakan negatif.
Pada item no. 10, 40 orang dengan jumlah prosentase 100 menyatakan bahwa saya semakin beriman karena adanya Ekaristi.
64
Pada item no. 11, responden sebanyak 31 orang dengan prosentase 77,5 menyatakan bahwa saya peduli dengan KLMTD karena mendapat inspirasi dari
Ekaristi. Umat sebanyak 9 orang dengan jumlah prosentase 23,5 menyatakan negatif.
Pada item no. 12, responden sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase 92,5 menyatakan bahwa salah satu cara agar iman semakin dewasa adalah
mengikuti Ekaristi. Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5 menyatakan negatif
Pada item no. 13, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5 menyatakan bahwa menyambut Tubuh dan Darah Kristus membuat saya
semakin berpengharapan pada Yesus. Umat sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5 menyatakan negatif.
Pada item no. 14, jumlah responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase 100 menyatakan bahwa saya menghadiri Ekaristi berarti
mempersatukan diri dengan Allah dan sesama umat Katolik. Pada item no. 15, responden sebanyak 36 orang dengan jumlah prosentase
90 menyatakan bahwa Allah mengundang saya untuk tinggal di dalam Dia dengan sesering mungkin mengikuti Ekaristi. Umat sebanyak 4 orang dengan
jumlah prosentase 10 menyatakan negatif. Pada item no. 16, responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase
95 menyatakan bahwa membantu korban merapi yang berbeda keyakinan adalah wujud iman yang dewasa. Umat sebanyak 2 orang dengan jumlah
prosentase 5 menyatakan negatif.
65
Pada item no. 17, sebanyak 28 orang dengan jumlah prosentase 70 menyatakan bahwa saya selalu terlibat dalam kegiatan doa di lingkungan. Umat
sebanyak 12 orang dengan prosentase 30 menyatakan negatif. Pada item no. 18, sebanyak 35 orang dengan jumlah prosentase 87,5
menyatakan bahwa saya meluangkan waktu untuk tetangga yang sedang mengalami musibah. Umat sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5
menyatakan negatif. Pada item no. 19, responden sebanyak 40 orang dengan prosentase 100
menyatakan bahwa kebangkitan Yesus adalah dasar iman orang Katolik. Pada item no. 20, responden sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase
92,5 menyatakan bahwa Iman para rasul menjadi dasar iman Gereja Katolik. Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5 menyatakan negatif.
Pada item no. 21, sebanyak 39 orang responden dengan jumlah prosentase 97,5 menyatakan bahwa iman mendorong dan membuat saya semakin peduli
dengan sesama KLMTD. Umat 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5 menyatakan negatif.
Pada item no. 22, sebanyak 35 orang dengan prosentase 87,5 menyatakan bahwa Iman adalah anugerah dari Allah dan tanggapan secara bebas
dari pihak manusia.
Umat sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5 menyatakan negatif.
Pada item no. 23, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5 menyatakan bahwa Iman memampukan saya menemukan Allah dalam
66
setiap persoalan hidup. Umat sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5 menyatakan negatif.
4 Faktor Penyebab umat mengikuti Ekaristi sebatas kewajiban dan ritus
Pada item no. 24, Responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95 menyatakan positif bahwa mereka dating lebih awal saat mengikuti Ekaristi
dan pulang lebih awal. Responden sebanyak 2 orang prosentase 5 menyatakan negatif bahwa saya datang lebih awal saat mengikuti Ekaristi dan pulang lebih
awal sebelum berkat dalam perayaan Ekaristi. Pada item no. 25, sebanyak 36 orang dengan jumlah prosentase 90
menyatakan mengerti dan menyadari akan tata cara perayaan Ekaristi. responden sebanyak 4 orang dengan jumlah prosentase 10 menyatakan negatif bahwa saya
mengerti dan menyadari akan tata cara perayaan Ekaristi. Pada item no. 26, 9 orang dengan jumlah prosentase 22,5 menyatakan
positif bahwa mereka senang, nyaman, aman bila mengikuti Ekaristi yang diadakan di lingkungan dari pada di Gereja. Responden sebanyak 31 orang
dengan jumlah prosentase 77,5 menyatakan negatif bahwa saya senang, nyaman, aman bila mengikuti Ekaristi yang diadakan di lingkungan dari pada di
Gereja. Pada item no. 27, responden sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase
2,5 menyatakan positif bahwa umat pergi ke gereja dengan terburu-buru tanpa persiapan. Responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5
67
menyatakan negatif bahwa saya pergi ke gereja dengan terburu-buru tanpa persiapan.
Pada item no. 28, responden sebanyak 6 orang dengan jumlah prosentase 15 menyatakan positif bahwa mereka jarang mengikuti kegiatan pendalaman
iman di lingkungan. Responden sebanyak 34 orang dengan jumlah prosentase 85 menyatakan negatif bahwa saya jarang terlibat dalam pendalaman iman di
lingkungan.
5 Harapan umat untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi demi
pengembangan iman
Pada item no. 29, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5 menyatakan positif bahwa sharing pengalaman hidup antar sesama umat
membantu mereka menemukan makna Ekaristi dalam hidup sehari-hari. Umat sebanyak 1 orang dengan jumlah 2,5 menyatakan negatif untuk pernytaan ini.
Hal ini menunjukkan bahwa umat merasa sulit untuk menghayati makna sakramen Ekaristi melalui katekese model SCP.
Pada item no. 30, responden sebanyak 35 orang dengan jumlah prosentase 87,5 menyatakan bahwa katekese umat yang bertolak dari pengalaman tokoh
dalam Kitab Suci membantu umat untuk menemukan makna Ekaristi. Responden sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5 menyatakan negatif.
b. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan menyebarkan kuesioner yang berupa angket kepada 40 responden, maka penulis akan
68
membahas hasil penelitian tiap-tiap variabel sesuai dengan data yang telah diperoleh. Dalam pembahasan ini penulis mengelompokkan ke dalam 5 bagian
yaitu: identitas responden, pemahaman Ekaristi, penghayatan makna Ekaristi, faktor penyebabnya, harapan umat untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi
demi pengembangan iman.
1. Identitas Responden
Dari hasil penelitian pada tabel 1 dapat diketahui identitas responden yaitu 40 orang yang diambil dari 40 KK Kepala Keluarga dimana setiap KK diambil
satu orang untuk dijadikan sampel penelitian. Jumlah responden 40 orang ini terdiri dari bapak dan ibu. Dari tabel 1 dapat dilihat jumlah bapak sebanyak 23
orang dengan jumlah prosentase 57,5 sedangkan untuk ibu sebanyak 17 orang dengan jumlah prosentase 42,5. Dengan mengambil 40 KK sebagai responden
dapat mewakili jumlah keseluruhan KK umat Lingkungan St. Antonius Joton yakni 77 KK.
Pada tabel 1 juga dapat diketahui bahwa responden rata-rata berusia 41 –
70 tahun sebanyak 30 orang dengan jumlah prosentase 75. Dengan usia ini tentunya mereka sudah cukup memiliki pengalaman dalam memahami serta
menghayati Ekaristi. Pada usia 41 – 70 merupakan usia dewasa dan pada usia ini
kemampuan untuk merefleksikan pengalaman hidup lebih mudah. Sedangkan usia muda di bawah 40 sebanyak 10 orang. Pada usia ini kemampuan merefleksi masih
kurang dihayati karena mereka masih membutuhkan banyak pengalaman.
69
2. Pemahaman Sakramen Ekaristi
Berdasarkan tabel 2 di atas, diperoleh gambaran yang berkaitan dengan pemahaman responden akan Ekaristi.
Pada tabel 2, item no. 1, responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase 100 menyatakan bahwa sakramen Ekaristi sebagai puncak dari
segala aktivitas hidup umat Katolik. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sakramen Ekaristi memang menjadi puncak dari segala aktivitas hidup umat Katolik.
Ekaristi menjadi sasaran utama umat untuk mencapai kepenuhan hidup Kristiani. Ekaristi sebagai puncak hidup Kristiani merupakan ajaran Bapa Gereja dalam
Konsili Vatikan II LG, 11. Melalui Ekaristi umat diajak untuk menemukan Allah di dalam hidup sehari-hari dengan caranya sendiri. Dengan demikian umat
memperoleh kekuatan yang mengagumkan yang memampukan mereka untuk tetap bersatu satu dengan yang lain.
Pada item no. 2, sebanyak 39 responden dengan jumlah prosentase 97,5 menyatakan bahwa sakramen sebagai sarana dan tanda keselamatan Allah bagi
umat manusia. Sakramen merupakan sarana dan tanda keselamatan Allah yang terwujud di dalam Gereja. Dalam hal ini Gereja dipercaya oleh Allah untuk
mengambil bagian di dalam misi keselamatan Allah bagi umat-Nya di masa kini. Pada zaman sekarang ini keselamatan sungguh dibutuhkan oleh umat manusia.
Seperti yang kita ketahui bersama perkembangan zaman yang begitu cepat mengakibatkan manusia masuk dalam godaan-godaan iman. Godaan-godaan pada
zaman sekarang sangat menjatuhkan iman manusia apabila tidak disikapi dengan nilai positif. Untuk itulah keselamatan sungguh penting demi kesatuan antara
70
manusia dengan manusia dan dengan Allah. Ada juga umat yang menyatakan negatif sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5, hal ini menunjukkan
bahwa umat kurang memahami akan sakramen Ekaristi dan ini menjadi hambatan bagi umat untuk menemukan Tuhan.
Pada item no. 3, sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95 menyatakan bahwa sumber kekuatan orang Katolik diperoleh dari mengikuti
Ekaristi. Ekaristi merupakan tempat dimana umat Katolik menimba kekuatan rohani. Kekuatan yang diperoleh dari Ekaristi memampukan umat untuk bangkit
dari kondisi lelah, lesu dan berbeban berat. Ekaristi bermanfaat memperkuat iman umat yang sedang menghadapi berbagai permasalahan hidup. Umat sebanyak 2
orang dengan jumlah prosentase 5 menyatakan negatif terhadap pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang memahami atau menyadari sumber
kekuatan orang Katolik melalui Ekaristi. Pada item no. 4, sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95
menyatakan bahwa sakramen yang kita terima menyucikan hidup mereka. Sakramen yang ada dalam Gereja dan yang kita rayakan merupakan sarana untuk
memperoleh keselamatan dari Allah. Selain itu juga sakramen menjadi salah satu pemersatu antara manusia dengan Allah. Umat yang menerima sakramen
disucikan seluruh hidupnya menjadi milik Allah seutuh-Nya. Umat sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal
ini menunjukkan bahwa umat belum menyadari bahwa sakramen yang mereka terima menyucikan hidupnya.
71
Pada item no. 5, responden sebanyak 22 orang dengan jumlah prosentase 55 menyatakan bahwa mereka hadir dan merayakan Ekaristi sebagai kewajiban
orang Katolik saja. Ekaristi memang merupakan kewajiban bagi orang Katolik untuk merayakannya. Tetapi apabila Ekaristi dipahami sebatas kewajiban saja,
maka Ekaristi hanyalah suatu rutinitas atau kegiatan ritual keagamaan. Pemahaman seperti ini adalah pemahaman yang keliru dan mengakibatkan
tumpulnya iman umat. Ekaristi tidak hanya sebagai kewajiban orang Katolik tapi Ekaristi merupakan pintu masuk menuju suatu kebahagiaan bersama Allah.
Responden sebanyak 18 orang dengan jumlah prosentase 45 menyatakan negatif bahwa mereka hadir dan merayakan Ekaristi sebagai kewajiban orang Katolik
saja. Data ini menunjukkan bahwa umat dalam memahami Ekaristi tidak hanya sebatas kewajiban tetapi mereka sudah melangkah ke tahap penghayatan. Hal ini
sungguh baik karena umat mampu menghayati Ekaristi, ini juga menjadi harapan dari Gereja. Gereja mengharapkan umat mampu mencapai pada suatu kedamaian,
kebahagiaan bersama Allah. Untuk itu umat diharapkan tidak hanya memahami Ekaristi sebagai kewajiban, tetapi memahami Ekaristi lebih mendalam sampai
pada lubuk hatinya sehingga sampai pada kesejahteraan dalam hidup. Pada item no. 6, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5 menyatakan bahwa Ekaristi menjadi kebutuhan orang Katolik. Ekaristi menjadi suatu kebutuhan merupakan suatu hal yang mendalam bagi orang katolik.
Ekaristi menjadi bagian dari hidup umat Katolik, bagian yang tidak terpisahkan. Ekaristi menjadi daya yang menyegarkan hati dikala sedang gundah atau gelisah.
Umat yang sudah melekat dengan Ekaristi akan merasakan bahwa dirinya
72
membutuhkan Ekaristi dan apabila ia belum mengikuti Ekaristi merasakan ada yang kurang dari dirinya. Umat sebanyak 1 orang dengan prosentase 2,5
menyatakan negatif, hal ini menunjukkan bahwa umat belum mencapai suatu kebutuhan dari Ekaristi.
3. Penghayatan Makna Sakramen Ekaristi
Pada item no. 7, responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase 100 menyatakan bahwa mereka mengikuti Ekaristi berarti membangun
persaudaraan sejati sebagai murid Yesus Kristus. Ekaristi yang dirayakan serta disambut oleh umat menciptakan suatu persaudaraan sejati. Ekaristi sungguh
mempersatukan umat-Nya menjadi satu saudara dalam keluarga besar. Terciptanya persaudaraan sejati dalam Ekaristi membuat umat dituntut untuk
belajar menciptakan rasa persaudaraan sejati di tengah dunia. Pada item no. 8, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase
97,5 menyatakan setuju bahwa menghadiri Ekaristi membuat mereka belajar berbagi kepada siapa pun. Berbagai merupakan ajaran Yesus sendiri seperti yang
dikatakan dalam Yoh 6:9 yang berbunyi “Di sini ada seorang anak, yang
mempunyai lima roti jelai dan dua ikan; tetapi apakah artinya itu untuk orang sebanyak ini?
”. Kutipan ayat ini sungguh menjadi inspirasi bersama untuk menyadarkan diri bahwa betapa pentingnya berbagi kepada sesama. Hal ini
menjadi sikap iman yang harus dihidupi dalam diri umat. Kita hidup di dunia tidaklah sendiri melainkan saling membutuhkan, untuk itu berbagi kepada sesama
berarti peduli dengan orang lain. Sedangkan responden 1 orang dengan jumlah
73
prosentase 2,5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum memahami akan makna Ekaristi sebagai tempat belajar
berbagi. Padahal Yesus sudah mengajarkan kepada umatnya untuk berbagi seperti apa yang telah Ia lakukan pada perjamuan terakhir-Nya.
Pada item no. 9, sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase 92,5 menyatakan setuju bahwa kekuatan yang diperoleh dari Ekaristi membuat mereka
semakin berani terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat. Keterlibatan menjadi suatu bentuk perwujudan iman yang harus dihayati oleh semua umat
beriman. Hal ini merupakan kesadaran diri untuk berpartisipasi dan menyatu dengan lingkungan hidup demi terciptanya rasa persaudaran sejati di tengah dunia.
Gereja juga sangat menganjurkan pada umat untuk terlibat. Keterlibatan kita dalam kegiatan bersama menjadi tahap perkembangan iman mereka yang dewasa.
Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum menyadari bahwa melalui
Ekaristi memberikan keberanian kepada mereka untuk terlibat menggereja dan memasyarakat.
Pada item no. 10, 40 orang dengan jumlah prosentase 100 menyatakan bahwa mereka semakin beriman karena adanya Ekaristi. Ekaristi mempunyai daya
kekuatan yang luar biasa. Umat yang sudah masuk dan bersatu dengan Ekaristi akan merasakan daya ikat yang erat untuk selalu mengikuti Ekaristi. Hal ini
merupakan suatu perintah Yesus untuk selalu merayakan Ekaristi, seperti dalam Kitab Suci Luk 22:19 yang berbunyi
“Lalu Ia mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka, kata-
Nya: “Inilah
74
tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini menjadi peringatan akan Aku”. Daya yang berasal dari Ekaristi memperkuat iman umat untuk tetap setia
mengikuti ajaran yang benar dari Allah. Pada item no. 11, responden sebanyak 31 orang dengan prosentase 77,5
menyatakan bahwa mereka peduli dengan KLMTD karena mendapat inspirasi dari Ekaristi. Ekaristi yang kita rayakan bersama memberikan daya untuk peduli
terhadap orang lain. Peduli terhadap KLMTD berarti peduli dengan ciptaan Tuhan yang mengalami ketidakadilan yang dilakukan oleh manusia yang tidak
bertanggung jawab. Pada zaman sekarang ini banyak sekali ketidakadilan yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kuasa terhadap kaum kecil. Misalkan
saja tindakan korupsi yang dilakukan oleh petinggi-petinggi negara yang mengakibatkan kesengsaraan bagi kaum kecil. Untuk itulah daya Ekaristi
memberikan dorongan bagi umat untuk lebih jujur dan peduli terhadap mereka yang kecil. Umat sebanyak 9 orang dengan jumlah prosentase 23,5 menyatakan
negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum mampu menemukan makna Ekaristi, Ekaristi memberikan inspirasi bagi umat-Nya untuk
peduli dengan sesama. Pada item no. 12, responden sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase
92,5 menyatakan bahwa salah satu cara agar iman semakin dewasa adalah mengikuti Ekaristi. Ekaristi memberikan dorongan pada umat untuk bersikap
dewasa terutama dalam hal iman. Umat di dalam merayakan Ekaristi diharapkan kesadarannya untuk terlibat ambil bagian dari Tubuh dan Darah Kristus.
Keterlibatan umat dalam Ekaristi menunjukkan bahwa iman mereka bertumbuh
75
secara dewasa. Hal ini terlihat dari kesadaran diri umat untuk terlibat ambil bagian dari Ekaristi. Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah prosentase 7,5 menyatakan
negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum menyadari untuk menjadi dewasa dalam iman salah satunya adalah mengikuti Ekaristi.
Pada item no. 13, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5 menyatakan sangat setuju bahwa menyambut Tubuh dan Darah Kristus
membuat saya semakin berpengharapan pada Yesus. Umat menyambut Tubuh dan Darah Kristus menunjukkan bahwa mereka percaya dan yakin bahwa Yesuslah
sang juru selamat. Umat percaya dan yakin bahwa Yesus akan selalu hadir di tengah-tengah mereka. Yesus menjadi suatu kerinduan umat untuk berkumpul dan
merayakan Ekaristi. Umat sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan umat tidak
merasakan bahwa menyambut Tubuh dan Darah Kristus mendorongnya untuk semakin berpengharapan.
Pada item no. 14, jumlah responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase 100 menyatakan bahwa mereka menghadiri Ekaristi berarti
mempersatukan diri dengan Allah dan sesama umat Katolik. Umat yang menghadiri Ekaristi berarti dirinya bersedia untuk bersatu dengan Allah serta mau
bersatu dengan sesamanya. Umat yang hadir di dalam Ekaristi sangatlah bermacam-macam, entah itu orang berada, entah itu orang tidak mampu, tetapi
dalam Ekaristi umat yang bermacam-macam ini dipersatukan oleh Allah menjadi satu saudara. Allah memandang mereka sama dan tidak pilih kasih.
76
Pada item no. 15, responden sebanyak 36 orang dengan jumlah prosentase 90 menyatakan bahwa Allah mengundang mereka untuk tinggal di dalam Dia
dengan sesering mungkin mengikuti Ekaristi. Dari data ini terlihat bahwa umat menyadari akan Allah yang mengundang mereka untuk tinggal bersama-Nya.
Allah menawarkan kepada umat-Nya untuk duduk bersama dalam kemuliaan- Nya. Hal ini menjadi bukti bahwa Allah sungguh peduli dengan umat-Nya. Allah
sungguh mengasihi umat-Nya seperti seorang ayah yang mengasihi anaknya. Umat sebanyak 4 orang dengan jumlah prosentase 10 menyatakan negatif untuk
pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat belum mencapai suatu penghayatan yang membawanya kepada Allah.
Pada item no. 16, responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95 menyatakan bahwa mereka membantu korban merapi yang berbeda
keyakinan adalah wujud iman yang dewasa. Umat di dalam memupuk iman yang dewasa tidaklah hanya secara interen saja tetapi hendaknya secara eksteren. Umat
dapat mencapai iman yang dewasa apabila mereka mampu keluar dari dirinya dan mampu melakukan hal yang baik bagi orang lain. Hal ini juga menjadi salah satu
perwujudan dari Ekaristi yang nyata di tengah dunia. Umat sebanyak 2 orang dengan jumlah prosentase 5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini
menunjukkan bahwa umat kurang menghayati imannya sehingga perwujudan iman yang dewasa terhambat.
Pada item no. 17, sebanyak 28 orang dengan jumlah prosentase 70 menyatakan setuju bahwa mereka selalu terlibat dalam kegiatan doa di
lingkungan. Data ini menunjukkan bahwa umat sadar untuk terlibat dalam
77
kegiatan doa yang diadakan di lingkungan. Keterlibatan mereka merupakan wujud solidaritas diri dengan sesama maupun dengan Allah. Umat melalui doa
lingkungan memampukan mereka untuk menemukan Allah dalam kehidupan sehari-hari. Allah selalu hadir dan mendampingi umat-Nya di manapun mereka
berada. Umat sebanyak 12 orang dengan jumlah prosentase 30 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang menyadari
bahwa melalui doa mampukan mereka untuk menghayati makna sakramen Ekaristi. Doa merupakan sarana untuk berkomunikasi kepada Tuhan dan meminta
segala sesuatunya pada-Nya demi menemukan petunjuk kebenaran dari Allah. Pada item no. 18, sebanyak 35 orang dengan jumlah prosentase 87,5
menyatakan setuju bahwa mereka meluangkan waktu untuk tetangga yang sedang mengalami musibah. Umat di dalam menjalankan hidup di dunia tidak dapat
berjalan sendiri tanpa bantuan orang lain. Umat yang meluangkan waktu demi kepentingan orang lain merupakan wujud kepedulian mereka. Umat yang
bertindak demikian merupakan suatu bentuk perhatian dan memberikan motivasi hidup bagi orang lain untuk mendapatkan kebahagian dari sesama. Umat sebanyak
5 orang dengan jumlah prosentase 12,5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang terlibat dalam kegitan di lingkungan
dan ini menjadi suatu kendala bagi umat untuk menghayati makna sakramen Ekaristi.
Pada item no. 19, responden sebanyak 40 orang dengan jumlah prosentase 100 yang menyatakan bahwa kebangkitan Yesus adalah dasar iman orang
Katolik. Kebangkitan Yesus merupakan suatu pemenuhan akan janji Allah kepada
78
umat-Nya, yakni keselamatan dan jaminan keselamatan hidup abadi. Melalui kebangkitan Yesus umat memperoleh kedamain dalam hidup dan kesatun kembali
dengan Allah. Yesus merupakan dasar iman yang utama dan menjadi ujung tombak menuju kepada kemuliaan bersama Allah. Umat tidak akan mampu
mencapai kemulian bersama Allah apabila meragukan keyakinannya akan kebangkitan Yesus sang pembawa damai.
Pada item no. 20, responden sebanyak 37 orang dengan jumlah prosentase 92,5 yang menyatakan bahwa iman para rasul menjadi dasar iman Gereja
Katolik. Iman para rasul merupakan dasar iman Gereja Katolik. Para rasul di sini adalah dua belas murid Yesus. Gereja ada, berkembang, dan berdiri berkat misi
pewartaan para murid yang ingin menyebarluaskan karya keselamatan yang telah terlaksana dalam diri Yesus. Untuk itu iman para rasul menjadi dasar iman Gereja
Katolik dalam mewartakan kebenaran yang telah dibawa oleh Yesus dan dibagikan kepada seluruh bangsa di dunia. Umat sebanyak 3 orang dengan jumlah
prosentase 7,5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang menghayati akan imannya dan ini menjadi kendala bagi
mereka. Pada item no. 21, sebanyak 39 orang responden dengan jumlah prosentase
97,5 menyatakan bahwa iman mendorong dan membuat mereka semakin peduli dengan sesama yang KLMTD. Data ini menunjukkan bahwa umat memiliki rasa
kepekaan, kepedulian terhadap sesama karena dorongan imannya. Iman yang dimiliki umat merupakan kekuatan yang luar biasa. Iman yang dimilikinya
memampukan mereka untuk memperoleh keselamatan serta menuntun mereka
79
untuk menemukan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari. Umat 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini
menunjukkan bahwa umat peduli dengan KLMTD bukan dorongan dari iman. Kemungkinan umat ini peduli karena merasa kasihan.
Pada item no. 22, sebanyak 35 orang dengan prosentase 87,5 menyatakan setuju bahwa iman adalah anugerah dari Allah dan tanggapan secara
bebas dari pihak manusia. Data ini menunjukkan bahwa umat mampu menghayati imannya. Iman merupakan anugerah yang diberikan oleh Allah secara cuma-
cuma. Selain itu umat juga diberikan suatu kebebasan di dalam menyikapi pemberian Allah. Iman yang diberikan oleh Allah sungguh memiliki daya yang
luar biasa, walaupun iman yang diberikan-Nya kecil tapi daya yang dikeluarkannya sangat besar. Hal ini sangat nampak dalam
Mat. 17:20 yang berbunyi:
Ia berkata kepada mereka: Karena kamu kurang percaya. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman
sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang
mustahil bagimu.
Umat sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat kurang menyetujui bahwa iman itu
anugerah dari Allah dan tanggapan bebas dari dirinya. Umat yang kurang setuju dengan pernyataan ini mengakibatkan mereka sulit untuk menghayati nilai-nilai
Kristiani dan bahkan menghayati Ekaristi pun juga akan sulit.
Pada item no. 23, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5 menyatakan bahwa iman memampukan mereka menemukan Allah dalam
setiap persoalan hidup. Umat dalam menjalani peziarahan hidup di dunia tidak
80
lepas dari persoalan. Umat akan mengalami berbagai cobaan iman yang mengincar hidup sehari-hari mereka. Akan tetapi persoalan-persoalan hidup yang
dihadapi umat merupakan sarana untuk menyadarkan umat-Nya bahwa Allah selalu berkarya. Allah selalu terlibat dalam seluruh kegiatan manusia baik dalam
perkara besar maupun kecil. Adapun umat sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan
bahwa umat kurang menghayati imannya untuk menemukan Allah dalam kehidupnya.
4. Faktor Penyebab
Pada item no. 24, responden sebanyak 38 orang dengan jumlah prosentase 95 menyatakan positif bahwa mereka datang terlambat saat mengikuti Ekaristi
dan pulang lebih awal sebelum berkat dalam perayaan Ekaristi. Dari data ini, terlihat sebagian besar umat rajin dan tepat waktu dalam mengikuti Ekaristi. Umat
yang setia mengikuti Ekaristi dari awal sampai berkat penutup menunjukkan keseriusannya dalam menghayati Ekaristi. Ekaristi sungguh berdaya guna jika
umat serius dalam penghayatannya. Adapun responden sebanyak 2 orang dengan prosentase 5 menyatakan negatif bahwa mereka terlambat datang saat mengikuti
Ekaristi dan pulang lebih awal. Hal ini menunjukkan bahwa umat yang seperti ini akan mengalami kesulitan dalam menghayati makna sakramen Ekaristi.
Pada item no. 25, responden sebanyak 36 orang dengan jumlah prosentase 90 menyatakan positif bahwa mereka mengerti dan menyadari akan tata cara
perayaan Ekaristi. Dari data ini, terlihat umat yang memahami tata cara perayaan
81
Ekaristi tergolong banyak. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian umat tahu akan tata cara Ekaristi dan ini menjadikan umat dapat menghayati Ekaristi. Adapun
responden sebanyak 4 orang dengan jumlah prosentase 10 menyatakan negatif bahwa mereka mengerti dan menyadari akan tata cara perayaan Ekaristi. Hal ini
menunjukkan bahwa umat kesulitan menghayati makna Ekaristi karena disebabkan ketidaktahuan dan kesadaran akan tata cara perayaan Ekaristi. Umat
yang kurang tahu tata cara Ekaristi kemungkinan besar dalam mengikuti Ekaristi hanya sebatas hadir dan ikut merayakan saja tanpa memahami untuk apa mereka
hadir dalam perayaan Ekaristi. Pada item no. 26, responden sebanyak 9 orang dengan jumlah prosentase
22,5 menyatakan positif bahwa mereka senang, nyaman, aman bila mengikuti Ekaristi yang diadakan di lingkungan dari pada di Gereja. Hal ini menunjukkan
bahwa umat akan lebih mudah menghayati makna sakramen Ekaristi apabila diadakan di lingkungan. Kemungkinan besar umat lebih merasa mengena jika
Ekaristi diadakan dalam sekala kecil. Keheningan dan ketenangan kemungkinan dapat mereka rasakan. Adapun responden sebanyak 31 orang dengan jumlah
prosentase 77,5 menyatakan negatif bahwa mereka senang, nyaman, aman bila mengikuti Ekaristi yang diadakan di lingkungan dari pada di Gereja. Dari data ini,
menunjukkan bahwa mereka lebih senang, nyaman, dan aman mengikuti Ekaristi di Gereja.
Pada item no. 27, responden sebanyak 1 orang dengan jumlah prosentase 2,5 menyatakan positif bahwa umat pergi ke gereja dengan terburu-buru tanpa
persiapan. Hal ini menunjukkan bahwa umat mengalami kesulitan menghayati
82
makna Ekaristi disebabkan kurang persiapan diri dalam mengikuti kebaktian di Gereja. Adapun responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5
menyatakan negatif bahwa mereka pergi ke Gereja dengan terburu-buru tanpa persiapan. Data yang diperoleh ini menunjukkan bahwa umat sebagian besar
melakukan persiapan sebelum berangkat ke Gereja untuk mengikuti perayaan Ekaristi. Kita sebagai umat beriman memang sudah sepantasnya untuk melakukan
persiapan diri sebelum berangkat ke Gereja. Persiapan yang paling pokok adalah persiapan hati, hati kita hendaklah tertata dengan baik. Apabila kita pergi ke
Gereja dengan hati yang tidak tertata akan mengakibatkan sulitnya untuk merasakan kehadiran Tuhan, bahkan untuk menghayati Ekaristi pun tidak
mengena dalam hati. Pada item no. 28, responden sebanyak 34 orang dengan jumlah prosentase
85 menyatakan positif bahwa mereka sering terlibat dalam pendalaman iman di lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa mereka cukup banyak yang terlibat
dalam pendalaman iman. Tetapi penulis juga memiliki pendapat atau kecurigaan kepada umat, mereka datang ke pendalaman iman benar-benar pendalaman atau
hanya sekedar datang dan menjadi pendengar saja. Pada hal pendalaman iman amatlah penting bagi umat beriman, karena memampukan mereka untuk menggali
makna dari sakramen Ekaristi dan juga nilai-nilai Kristiani. Jadi sangat disayangkan apabila umat kurang terlibat dan serius dalam pendalaman iman.
Adapun responden sebanyak 6 orang dengan jumlah prosentase 15 menyatakan negatif bahwa mereka sering mengikuti kegiatan pendalaman iman di lingkungan.
Hal ini mengakibatkan umat kesulitan untuk menghayati Ekaristi. Umat melalui
83
pendalaman iman memampukan mereka untuk menemukan hal baru dalam hidup mereka. Data yang diperoleh ini menunjukkan bahwa ada umat yang kurang
terlibat dalam pendalaman iman di lingkungan. Hal ini cukup memprihatinkan, karena kesadaran mereka untuk terlibat masih kurang dan perlu ditingkatkan. Pada
hal Gereja sudah mengajak umatnya untuk selalu hidup terlibat demi menemukan Allah dalam kehidupan sehari-hari.
5. Harapan umat untuk meningkatkan penghayatan Ekaristi demi
pengembangan iman
Pada item no. 29, responden sebanyak 39 orang dengan jumlah prosentase 97,5 menyatakan setuju bahwa sharing pengalaman hidup antar sesama umat
membantu mereka menemukan makna Ekaristi dalam hidup sehari-hari. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar umat merasa terbantu bila menggali makna
Ekaristi melalui sharing pengalaman hidup. Sharing pengalaman hidup atau lebih dikenal dengan Shared Christian Praxis SCP merupakan salah satu model
katekese yang berpusat pada pengalaman iman umat yang kemudian diolah melalui terang Injil. Berbagi pengalaman merupakan salah satu cara
menumbuhkan iman yang dewasa dan kuat. Pengalaman iman merupakan pengalaman yang sangat berharga yang dapat meneguhkan umat yang satu dengan
lainnya. Katekese dengan model sharing pengalaman hidup memang dirasa dapat membantu di dalam penghayatan Ekaristi. Umat sebanyak 1 orang dengan jumlah
2,5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa umat merasa sulit untuk menghayati makna sakramen Ekaristi melalui katekese model
SCP.
84
Pada item no. 30, responden sebanyak 35 orang dengan jumlah prosentase 87,5 menyatakan bahwa katekese umat yang bertolak dari pengalaman tokoh
dalam Kitab Suci membantu umat untuk menemukan makna Ekaristi. Data ini menunjukkan bahwa sebagian umat terbantu untuk menemukan makna sakramen
Ekaristi melalui katekese umat yang bertolak dari pengalaman tokoh dalam Kitab Suci. Jumlah umat yang memilih katekese ini lebih sedikit dibandingkan dengan
jumlah umat yang memilih katekese model SCP. Umat lebih banyak memilih katekese model SCP kemungkinan dikarenakan katekese yang bertolak dari
pengalaman tokoh dalam Kitab Suci kurang efektif, walaupun bisa kemungkinan hanyak kecil pengaruhnya dalam menemukan makna sakramen Ekaristi. Umat
melalui katekese ini pastinya merasa kesulitan apabila harus memahami atau menafsir Kitab Suci hal ini disebabkan karena tidak semua umat dapat
menafsirkannya. Adapun responden sebanyak 5 orang dengan jumlah prosentase 12,5 menyatakan negatif untuk pernyataan ini. Hal ini menunjukkan bahwa
umat yang memilih katekese ini kurang terbantu dalam menemukan dan menghayati makna sakramen Ekaristi.
3. Refleksi
Setelah membahas hasil penelitian penulis menggaris bawahi hal yang penting dari setiap subvariabel yakni dari pemahaman sakramen Ekaristi,
penghayatan makna sakramen Ekaristi, faktor penyebabnya: Pemahaman sakramen Ekaristi sebagai puncak dari segala aktivitas hidup
umat Katolik. Hal ini sangat penting dan harus disadari, karena melalui Ekaristi
85
umat mencapai suatu hal yang paling atas atau kemuliaan bersama Allah dan mereka memperoleh kepenuhan hidup bersama-Nya di akhir zaman. Selain itu
melaui Ekaristi umat merayakan sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus. Umat melalui Ekaristi dapat mempersembahkan diri untuk bersatu dengan Allah
dan sesama selain itu umat dapat berdoa, mengucapan syukur atas segala pemberian-Nya yang dapat dinikmati.
Penghayatan sakramen Ekaristi sangat penting bagi umat terutama kesatuan dengan Allah serta sesama dalam menjalani hidup sehari-hari. Umat
melalui kesatuan dalam sakramen Ekaristi dapat menemukan nilai-nilai hidup yang dapat membawa mereka pada persaudaraan, kesejahteraan, kedamaian, serta
kebahagiaan bersama dan juga dapat membawa mereka pada kehidupan di dalam kerajaan Allah. Umat juga dapat belajar dari nilai-nilai kehidupan yang ada dalam
sakramen Ekaristi sehingga memampukan mereka untuk menerapkan nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Umat yang jarang terlibat dalam pendalaman iman di lingkungan dapat menjadi faktor penyebab sulitnya menghayati makna sakramen Ekaristi. Hal ini
menjadi penting karena pedalaman iman merupakan jalan atau sarana bagi umat untuk menyelami misteri-misteri karya Allah dan menemukan jalan kebenaran-
Nya. Pendalaman iman merupakan hal penting di dalam menghayati makna sakramen Ekaristi. Di dalam pendalaman iman pengalaman-pengalaman iman
diteguhkan dengan sabda Tuhan yang kemudian menjadi kekuatan umat beriman untuk menghayati makna sakramen Ekaristi. Untuk itu apabila umat jarang terlibat
di dalamnya maka umat kurang peka akan lingkungan sekitar, kurang tanggap
86
akan kehadiran Tuhan, imannya tidak berkembang dan segala sesuatu yang berkaitan dengan keagamaan hanya sebatas melaksanakan kewajiban dan ritus
saja. Penulis setelah melihat hasil penelitian, responden kebanyakan condong
memilih jawaban-jawaban yang positif untuk setiap item dalam angket. Hal ini membuat penulis berfikir kembali atas hasil penelitian yang telah diperoleh.
Penulis curiga akan hal ini, apakah responden itu memilih berdasarkan hatinya atau responden memilih berdasarkan pikiran mereka. Tetapi hasil penelitian ini
sudah menunjukkan gambaran umat Lingkungan Santo Antonius Joton di dalam menghayati makna sakramen Ekaristi. Umat di dalam menghayati makna
sakramen Ekaristi terlihat sebagian dapat mewujudkannya yakni dengan terlibat dalam kegiatan lingkungan doa, misa lingkungan, menjenguk orang sakit tetapi
ada juga umat yang kurang peka untuk terlibat dalam kegiatan lingkungan. Untuk itu umat lingkungan Santo Antonius Joton harus lebih meningkatkan
penghayatannya akan makna sakramen Ekaristi demi mencapai kehidupan
bersama yang tentram, damai, sejahtera, kekeluargaan, dan bahagia dalam kehidupan sehari-hari. Umat melalui penghayatannya akan makna sakramen
Ekaristi memperoleh rahmat keselamatan Allah yang sungguh menyejukkan hati dan membangkitkan mereka dari belenggu dosa yang selalu mengincarnya dalam
kehidupan sehari-hari.
87
4. Kesimpulan Penelitian
Melihat data yang telah terkumpul, umat Lingkungan Santo Antonius Joton cukup memahami sakramen Ekaristi. Hal ini terlihat dari pilihan jawaban
pada tiap item pada pernyataan variabel pemahaman Ekaristi kebanyakan mereka memilih jawaban-jawaban yang positif pada tiap item yang tersedia. Umat cukup
memahami Ekaristi sebagai puncak hidup umat beriman Katolik. Ekaristi sebagai puncak hidup beriman menunjukkan bahwa Ekaristi menjadi tempat untuk
merayakan dan mengungkapkan iman akan Yesus Kristus yang telah menyelamatkan umat-Nya dari kuasa dosa. Melalui Ekaristi, umat merayakan
sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus Kristus yang dikenal dalam perayaan paskah umat. Umat juga memahami Ekaristi sebagai kewajiban serta kebutuhan.
Ekaristi memang merupakan suatu kewajiban bagi umat beriman Katolik untuk merayakannya. Tetapi apabila Ekaristi dipahami sebagai kewajiban saja maka hal
ini menjadi pemahaman yang keliru, umat akan menjalankannya hanya sebatas ritual keagamaan dan Ekaristi tidak akan berdayaguna bagi mereka. Kemudian
apabila Ekaristi dipahami dengan benar maka umat dapat merasakan bahwa dirinya membutuhkan Ekaristi, tanpa Ekaristi umat merasakan ada yang kurang
dari dirinya. Apabila umat sudah merasa butuh dengan Ekaristi maka umat merasakan dirinya merindukan Ekaristi. Dengan demikian umat mencapai suatu
kehidupan yang membahagiakan bersama Allah. Melihat data yang telah diperoleh memang ada beberapa umat yang mengikuti Ekaristi hanya sebatas
kewajiban saja yakni 22 orang dengan prosentase 55. Hal ini menunjukkan
88
bahwa mereka belumlah memahami Ekaristi secara benar. Untuk itu umat harus meningkatkan pemahamanya akan makna sakramen Ekaristi.
Sebagian besar umat lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten telah menghayati makna sakramen Ekaristi
demi pengembangan iman mereka. Hal ini terlihat dari respon positif yang diberikan oleh responden pada variabel penghayatan makna sakramen Ekaristi.
Umat mampu memahami pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan makna Ekaristi. Ekaristi sungguh memberikan daya guna bagi umat. Ekaristi dapat
berdaya guna apabila umat sungguh-sungguh menghayatinya dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi respon positif yang telah diberikan haruslah tetap diwujudkan
walaupun responnya berasal dari hasil pikiran dan bukan berasal dari hati mereka. Umat harus lebih meningkatkan penghayatan mereka akan makna sakramen
Ekaristi apabila umat sungguh mengharapkan kehidupan yang damai, aman, nyaman, relasi penuh persaudaraan dalam hidup sehari-hari.
Umat yang jarang terlibat di dalam kegiatan-kegiatan Gereja dapat menjadi faktor penyebab kurangnya menghayati makna sakramen Ekaristi. Selain
itu juga pemahaman umat yang minimalis terhadap sakramen Ekaristi dapat menjadi faktor penyebabnya. Umat yang jarang terlibat dalam kegiatan pastinya
sulit untuk menemukan makna sakramen Ekaristi. Umat juga kurang peka, tanggap terhadap keadaan lingkungan sekitarnya bahkan tidak dapat merasakan
Tuhan yang hadir dalam hidup sehari-hari. Makna sakramen Ekaristi harus ditemukan dalam kehidupan sehari-hari demi mencapai suatu kehidupan yang
rukun dan membahagiakan baik dalam keluarga maupun masyarakat.
89
Model katekese yang diharapkan dapat membantu umat dalam menemukan makna sakramen Ekaristi adalah sharing pengalaman iman. Umat
rata-rata memilih katekese dengan model sharing pengalaman iman. Sharing pengalaman iman memudahkan mereka menemukan realita hidup yang
seharusnya dijalani sebagai murid-murid Kristus. Melalui sharing pengalaman iman, umat diajak untuk merefleksi pengalaman imannya dan memberikan
komitmen untuk menentukan tindakan konkret yang hendak dilakukannya sehingga membawa mereka pada suatu perubahan baru dalam hidup.
Kesimpulan dari penelitian ini akan menjadi titik tolak dalam penyusunan program katekese yang akan dilaksanakan di Lingkungan Santo Antonius Joton
Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten dalam rangka meningkatkan penghayatan mereka akan makna sakramen Ekaristi.
BAB IV KATEKESE MODEL SCP SEBAGAI USAHA UNTUK MENINGKATKAN
PENGHAYATAN UMAT AKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI
Bab IV ini berisi tentang implementasi katekese model Shared Christian Praxis SCP dalam usaha untuk meningkatkan penghayatan umat akan makna
sakramen Ekaristi. Umat yang dimaksud di sini adalah umat Lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten. Penerapan
katekese model Shared Christian Praxis SCP dapat membantu umat dalam meningkatkan penghayatannya akan makna sakramen Ekaristi. Tujuan SCP
sendiri ialah sebagai sarana untuk mengungkapkan pengalaman iman umat. Caranya, yaitu dengan merefleksikan pengalaman iman tersebut agar kemudian
ditemukan makna dari suatu pengalaman iman umat yang nantinya dapat dijadikan sebagi titik tolak dalam memperbarui hidup mereka menuju ke arah
yang lebih baik. Dengan demikian, umat dapat menemukan inspirasi yang mengarahkan mereka pada pembaruan hidup demi terwujudnya nilai-nilai
kerajaan Allah di tengah-tengah dunia. Sebagai tindak lanjut terhadap hasil penelitian ini, penulis berusaha
memberikan sumbangan pemikiran berbentuk program katekese dengan menggunakan model SCP. Pemilihan model tersebut merupakan usaha penulis
untuk membantu meningkatkan penghayatan umat akan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman mereka. Selanjutnya, penulis akan membahas secara
singkat mengenai pokok-pokok katekese model SCP yang meliputi pengertian, tujuan, serta langkah-langkahnya. Setelah itu penulis akan mengusulkan 4 tema
91
pertemuan katekese dan menjelaskan proses pelaksanaan program katekese tersebut, serta membuat contoh satuan persiapan katekese model SCP.
A. Katekese Model SCP
1. Pengertian SCP
SCP merupakan model katekese yang menekankan proses dialogis- partisipatif supaya dapat mendorong umat berdasar komunikasi antara kisah
pengalaman iman secara pribadi maupun sosial, dengan kisah yang ada dalam Kitab Suci agar baik secara pribadi maupun bersama, mereka mampu
mengadakan penegasan dan pengambilan keputusan demi makin terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam kehidupan mereka. Model ini bertitik tolak dari
pengalaman iman umat yang kemudian direfleksikan secara kritis supaya mereka dapat menemukan maknanya yang nantinya didialogkan dengan pengalaman iman
Gereja sepanjang sejarah sehingga muncul pemahaman, sikap, dan kesadaran baru yang mendorong umat untuk ambil bagian mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah
di tengah-tengah dunia. Menurut Thomas H. Groome dalam bukunya yang disadur oleh Heryatno
Wono Wulung 1997: 2-4, terdapat 3 komponen SCP. a. Praxis
Praxis merupakan pengungkapan pengalaman iman umat yang didukung oleh refleksi kritis dengan tujuan untuk mencapai suatu perubahan hidup yang
baru. Hal penting bagi umat ketika mengungkapkan kisah pengalaman imannya harus mencakup tiga unsur yang berkaitan, yakni yang pertama aktivitas,
92
mengungkapkan kisah pengalaman iman yang sudah terjadi, hal ini meliputi kegiatan mental dan fisik, kesadaran, tindakan personal dan sosial, hidup pribadi
dan kegiatan publik, kemudian yang kedua refleksi, umat merenungkan kisah pengalaman iman yang telah diungkapkan dan berusaha untuk menemukan
maknanya, dan yang terakhir atau ketiga setelah menemukan maknanya umat membuat suatu rencana perubahan hidup secara kreatif yang diterangi oleh sabda
Tuhan sehingga mereka sampai pada suatu perubahan hidup.
b. Christian Christian berkaitan dengan harta kekayaan iman Kristiani umat yang
dihayati, dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Harta kekayaan iman bersumber dari Kitab Suci. Isi Kitab Suci, yaitu kisah pengalaman iman sepanjang
sejarah yang dapat menjadi inspirasi untuk mengarahkan umat pada pembaruan hidup. Kisah pengalaman iman dalam Kitab Suci dapat menjadi pertimbangan
bagi umat beriman untuk semakin yakin mewujudkan nilai-nilai kerajaan Allah dalam hidup sehari-hari.
c. Shared Istilah shared menunjuk pada komunikasi iman yang diungkapkan dalam
suasana yang bersahabat, terbuka, dan akrab di tengah-tengah umat. Hal ini tentunya demi terwujudnya kesatuan umat beriman. Umat diajak untuk
mengutamakan komunikasi iman yang timbal balik, sikap partisipasi aktif dan kritis, terbuka pada kedalaman diri serta kehadiran sesama maupun rahmat Tuhan.
93
Umat dalam berkatekese diharapkan kesediaannya untuk mengkomunikasikan iman mereka. Umat dalam mengkomunikasikan iman dapat berupa buah
pengalaman, pengetahuan, perasaan dan diharapkan dapat saling mendengarkan satu sama lain tidak hanya dengan telinga melainkan dengan hati sehingga akan
menimbulkan unsur peneguhan, penegasan, dan hasrat untuk maju secara bersama berdasar pada nilai dan semangat Kristiani. Dengan demikian umat dapat
mengonfrontasikan buah-buah refleksi pengalaman dengan nilai Kristiani yang mendasar, sehingga umat terdorong untuk menemukan nilai-nilai baru yang sesuai
dengan konteks hidup mereka dan dapat mewujudkannya dalam kehidupan sehari- hari.
2. Tujuan Katekese Model SCP
Katekese model SCP bertujuan untuk membantu umat mengungkapkan pengalaman iman umat dan merefleksikannya supaya dapat menemukan makna
dari kisah pengalaman mereka yang nantinya menjadi pegangan untuk memperbaharui hidup di masa mendatang. Umat dapat memperbaharui hidup
apabila mereka dekat dengan Yesus Kristus dan menjalankan segala perintah- perintah-Nya. Umat dapat dekat dengan Yesus apabila dalam diri mereka ada
suatu pertobatan baik secara pribadi maupun sosial. Dengan demikian umat akan memperoleh suatu kesatuan iman yang sungguh-sungguh hidup di tengah-tengah
mereka. Hal inipun mendapat suatu penegasan dalam Catechesi Tradendae yakni dalam katekese umat Kristiani diajak untuk memasuki persekutuan hidup yang
mesra dengan Yesus Kristus CT no. 5, umat juga diajak untuk mengembangkan
94
iman yang baru secara terus menerus dalam kehidupan sehari-hari CT no. 20, dan yang menjadi penting umat diajak untuk memperoleh pengertian dan kesatuan
iman dalam putra Allah sehingga iman mereka dapat bertumbuh dewasa sesuai dengan kehendak Kristus CT no. 25.
3. Langkah-Langkah Katekese Model SCP
Menurut Thomas H. Groome dalam bukunya yang disadur oleh Sumarno 2005: 18-22 ada 5 langkah SCP.
a. Langkah 0: Pemusatan Aktivitas
Langkah 0 ini bertujuan untuk mendorong umat menemukan topik pertemuan yang bertolak dari kehidupan konkrit yang selanjutnya menjadi tema
dasar pertemuan. Langkah ini tidak harus ada dalam proses pelaksanaan katekese dengan model SCP apabila tema pertemuan sudah ditemukan sebelumnya. Sarana
yang dapat digunakan dalam langkah ini dapat berupa simbol, keyakinan, cerita, bahasa foto, poster, video, kaset suara, film, telenovela, atau sarana lain yang
dapat menunjang. Langkah ini mengungkapkan keyakinan bahwa Allah selalu berkarya di tengah kehidupan manusia. Pemilihan tema dasar pertemuan sungguh-
sungguh mendorong umat untuk terlibat aktif dalam pertemuan serta konsisten dengan model SCP dan tema dasar tidak bertentangan dengan iman Kristiani.
Peran pembimbing dalam langkah ini menciptakan lingkungan psikososial dan fisik yang mendukung, memilih sarana yang tepat, membantu umat untuk
merumuskan tema yang tepat.
95
b. Langkah I: Pengungkapan Pengalaman Hidup Faktual
Pada Langkah ini umat diajak mengungkapkan pengalaman hidup faktualnya. Sharing adalah salah satu cara yang dipakai oleh umat untuk
mengungkapkan pengalaman hidupnya. Isi dari sharing pengalaman hidup dapat berupa pengalaman sendiri, kehidupan, atau permasalahan dalam kehidupan
masyarakat. Langkah ini bertujuan agar umat semakin menyadari pengalaman hidupnya dan selanjutnya dapat mengkomunikasikannya kepada sesama umat
yang nantinya dapat memberikan motivasi atau peneguhan bagi hidup mereka. Dalam langkah ini pembimbing berperan sebagai fasilitator yang menghidupkan
suasana pertemuan dan bersikap ramah, sabar, hormat, bersahabat, peka terhadap latar belakang keadaan dan permasalahan umat.
c. Langkah II: Refleksi Kritis Atas Sharing Pengalaman Hidup Faktual
Pada langkah ini umat diajak untuk menemukan dan mendalami pengalaman hidupnya melalui refleksi kristis dan menenghubungkannya dalam
Kitab Suci sehingga umat menemukan inti dari pengalamannya demi terwujudnya kehidupan umat yang damai. Ada 3 unsur yang harus umat olah dalam langkah
ini, yakni pemahaman kritis umat dalam menemukan arti pada keterlibatan hidup konkritnya. Tentunya, yang berkaitan dengan pengalaman yang telah terjadi,
setelahnya umat masuk pada kenangan analitis yakni umat menyadari untuk mengingat kembali peristiwa imannya dan menemukan maknanya, kemudian
umat secara kreatif melalui imajinasinya merenungkan hal positif apa yang hendak dilakukan baik pribadi maupun sosial untuk di masa mendatang.
96
Peran pembimbing dalam langkah ini mengajak umat menciptakan suasana yang menghormati dan mendukung satu dengan yang lain, mengajak
mereka berefleksi secara kritis atas pengalamannya dan menemukan maknanya. Pendamping mendorong mereka untuk mengadakan dialog dan penegasan
bersama. Umat
diajak untuk
menggeluti pengalaman
imannya dan
mengungkapkan pendapatnya dengan tuntunan pertanyaan dan yang menjadi lebih penting menyadari kondisi umat.
d. Langkah III: Mengusahakan Supaya Tradisi dan Visi Kristiani Lebih
Terjangkau Pada langkah ini umat diajak untuk menggali pengalaman iman Kristiani
serta mengkomunikasikan nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani agar lebih terjangkau dan lebih mengena untuk kehidupan umat yang mempunyai konteks
dan latar belakang kebudayaan yang berbeda. Tradisi dan visi Kristiani mengungkapkan pewahyuan diri dan kehendak Allah yang memuncak dalam
misteri hidup dan karya Yesus Kristus serta mengungkapkan tanggapan manusia atas pewahyuan tersebut.
Peran pembimbing dalam langkah ini mengajak umat untuk menafsirkan dan menghormati bacaan Kitab Suci yang telah dipilih sehingga mereka merasa
terbantu dan mendapatkan informasi untuk memiliki nilai-nilai Tradisi dan visi Kristiani. Pembimbing melalui metode yang tepat membawa umat pada
pengalaman iman mereka sehingga sasaran yang ingin dicapai dapat mengena serta menghantar mereka pada suatu kesadaran diri. Sikap pembimbing dalam
langkah ini tidak menggurui, tidak menganggap bahwa pendapat sendirilah yang
97
benar, kemudian pembimbing dalam menafsirkan hendaklah mengikutsertakan kesaksian iman, harapan, dan hidupnya sendiri, selain itu pembimbing juga harus
melakukkan persiapan yang matang dan setudi sendiri sehingga menguasai bahan.
e. Langkah IV: Interpretasi Dialektis Antara Tradisi dan Visi Umat
dengan Tradisi dan Visi Kristiani Pada langkah IV ini umat diajak untuk mengkomunikasikan iman Kristiani
dalam situasi hidup konkret. Umat melalui nilai Tradisi dan visi Kristiani diajak untuk menemukan nilai hidup, menyadari sikap yang kurang baik dalam diri
untuk diperbaiki, dan menemukan nilai hidup baru yang hendak dikembangkan. Umat secara aktif dan kreatif memberikan keyakinan pada diri untuk melakukan
perubahan hidup ke arah yang lebih baik. Langkah ini juga bertujuan untuk menekankan interpretasi yang dialektis antara tradisi dan visi umat dengan nilai
tradisi dan visi Kristiani. Interpretasi tersebut dapat menciptakan kesadaran, sikap- sikap, dan niat-niat baru sebagai jemaat Kristiani yang mengutamakan nilai-nilai
Kerajaan Allah. Peran pembimbing dalam langkah ini mengajak umat dengan suasana
bebas menghormati hasil penegasan mereka untuk pembaharuan hidup yang akan dating. Umat diajak untuk menumbuhkan rasa keyakinannya bahwa mereka
mampu menemukan nilai hidup yang hendak dihayatinya dan memberikan dorongan pada mereka untuk merubah sikap yang tadinya pendengar pasif
menjadi pihak yang aktif. Hal yang penting yang perlu bagi pembimbing yakni kesediaaan mendengarkan dengan hati seluruh hasil pemikian umat.
98
f. Langkah V: Keterlibatan Baru Demi Makin Terwujudnya Kerajaan
Allah di Tengah-tengah Dunia Pada langkah V ini umat diajak untuk ambil suatu keputusan yang
membawa mereka pada aksi konkrit. Penentuan aksi konkrit ini dipahami sebagai tanggapan umat terhadap wahyu Allah. Langkah ini bertujuan untuk mendorong
umat pada keterlibatan baru dengan jalan mengusahakan metanoia; pertobatan pribadi dan sosial yang berkelanjutan.
Peran pembimbing dalam langkah ini mengajak umat untuk bersikap optimis. Pembimbing juga memberikan rangkuman terhadap hasil langkah
pertama sampai keempat supaya dapat lebih membantu umat. Pada langkah penutup umat diajak untuk memberikan keputusan pribadi atau bersama dan
membuat suatu perayaan liturgi sederhana sebagai tanda bahwa Tuhan memberkati segala upaya yang akan dilakukan.
B. Usulan Program Katekese dengan Model SCP bagi Umat Lingkungan