25
membayar bunga, tetapi rasio ini lebih inklusif karena mengakui bahwa banyak aktiva perusahaan dilease dan harus melakukan pembayaran pelunasan. Leasing
telah digunakan secara luas dalam industri tertentu dalam tahun-tahun terakhir, yang membuat rasio ini lebih disukai dari pada rasio kemampuan untuk membayar
bunga untuk tujuan tertentu. Beban tetap mencakup bunga, kewajiban lease jangka panjang, serta pembayaran dana pelunasan dan rasio cakupan beban tetap.
2.2.6. Pengaruh Profitabilitas Terhadap
Kebijakan Dividen
Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba tergantung pada efisiensi dan efektivitas pelaksanaan operasi serta sumber daya yang tersedia untuk
melakukannya. Karena itu, analisis rasio profitabilitas secara umum memfokuskan pada hubungan antara hasil operasi, seperti yang dilaporkan dalam laporan laba
rugi, dan sumber daya yang tersedia, seperti yang dilaporkan dalam neraca. Menurut Jensen et al 1992 serta Chen dan Steiner 1999 dalam Dewi 2008
yang menyatakan bahwa semakin tinggi laba yang dihasilkan oleh perusahaan maka semakin tinggi pula cash flow dalam perusahaan, maka diharapkan
perusahaan akan membayar dividen yang tinggi. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba atau profit, sehingga mempunyai
pengaruh pada kebijakan dividen. Jika perusahaan mempunyai tingkat profitabilitas yang tinggi, maka mendapatkan laba yang tinggi pula dan pada
akhirnya laba yang tersedia untuk dibagikan kepada para pemegang saham akan semakin besar pula. Semakin besar laba yang tersedia bagi pemegang saham maka
pembayaran dividen kepada pemegang saham atau alokasi untuk laba ditahan akan semakin besar pula demikian sebaliknya Darmino, 2008.
Penelitian Jensen et al 1992 serta Chen dan Steiner 1999 dalam Dewi 2008 didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Sudarsi 2002 yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
26
menyebutkan bahwa semakin besar keuntungan perusahaan maka akan semakin besar membayar dividennya, dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap kebijakan dividen.
2.2.7. Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Kebijakan Dividen
Apabila perusahaan mengalami keterbatasan laba ditahan, perusahaan cenderung akan memanfaatkan hutang, namun bila penggunaan hutang terlalu
besar dapat berdampak pada financial distress dan kebangkrutan Nuringsih, 2005. Berdasarkan dampak ini, apabila perusahaan ingin menghindari hutang
yang tinggi, maka laba perusahaan harus dialokasikan ke laba ditahan yang digunakan untuk operasi perusahaan dan sebagai invetasi di masa yang akan
datang sehingga akan mengurangi penggunaan hutang. Disamping itu, bila perusahaan memiliki hutang yang tinggi, hal tersebut akan mengurangi
pembayaran dividen untuk, menghindari transfer kekayaan dari kreditor kepada pemegang saham, meskipun dalam hal ini kepentingan kreditor tetap diperhatikan
karena keuntungan disimpan untuk pelunasan hutang. Menurut Ismayanti dan Hanafi 2003 pada tahun 1992 Jensen et.al
menyebutkan bahwa kebijakan hutang memiliki pengaruh yang negatif terhadap kebijakan dividen karena penggunaan hutang yang terlalu tinggi akan
menyebabkan penurunan dividen yang mana sebagian besar keuntungan akan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya, pada tingkat hutang
yang rendah perusahaan membagikan dividen yang tinggi sehingga sebagian besar laba digunakan sebagai kesejahteraan para pemegang saham.
Penelitian Jensen et.al 1992 didukung oleh penelitian Megginson 1997 serta Chen dan Steiner 1999 yang menyatakan bahwa kebijakan hutang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
27
mempengaruhi kebijakan dividen secara negatif. Perusahaan dengan tingkat hutang yang tinggi akan berusaha mengurangi Agency Cost of Debt dengan
mengurangi hutangnya. Pengurangan hutang dapat dilakukan dengan membiayai investasinya dengan sumber dana internal sehingga para pemegang saham akan
merelakan dividennya untuk membiayai investasinya. Penelitian Jensen, Solberg dan Zorn 1992 dalam nuringsih 2005,
menemukan mekanisme substitusi antara hutang dengan dividen. Selanjutnya ditegaskan bahwa penggunaan hutang yang tinggi akan menyebabkan penurunan
dividen, karena sebagian besar keuntungan dialokasikan sebagai cadangan pelunasan hutang. Sebaliknya pada tingkat penggunaan hutang yang rendah,
perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham. Peningkatan dividen memberi
kesempatan untuk emisi saham baru sebagai subtitusi atau pengganti atas penggunaan hutang.
2.3. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Profitabilitas X1