Kejujuran Wajib Pajak Pemahaman Self Assessment System

Untuk mencapai tingkatan kesadaran wajib pajak dalam membayar pajak, juga tergantung dari cara pemerintah memberi penerangan dan pelayanan bagi masyarakat pembayar pajak, agar kesan dan pandangan yang keliru tentang arti dan fungsi pajak dapat dihilangkan Tunggal,1995:8. Menurut Soemitro 1992:5 kesadaran wajib pajak akan kewajibannya dapat dipupuk melalui pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Dengan memiliki kesadaran akan pajak, maka wajib pajak juga harus mempunyai keinginan membayar pajak tax minded dan sekaligus ditanamkan kedisiplinan pajak tax discipline yang kuat dan didasari dengan kejujuran yang mantap. Sesuai dengan self assessment system, kepatuhan wajib pajak ini meliputi kesadaran masyarakat untuk Gunadi,2004 : 1. Mendaftarkan diri memperoleh NPWP 2. Menyampaikan SPT dengan perhitungan yang lengkap dan benar atas segenap objek pajaknya 3. Membayar pajak berdasarkan jumlah yang sebenarnya dan tepat waktu.

2.2.6.2. Kejujuran Wajib Pajak

Kejujuran merupakan hal yang sulit karena kejujuran bertalian erat dengan moral seseorang yang terbentuk dalam masa yang panjang. Kejujuran adalah sifat keadaan jujur ketulusan hati, kelurusan hati Kamus Bahasa Indonesia,2002:479. Yang diartikan dengan ‘jujur’ oleh masyarakat adalah keterbukaan dalam sikap dan tingkah laku, adanya keselarasan antara ucapan dan perbuatan yang tidak saling bertentangan, dan dengan sendirinya jujur dalam hal keuangan dan materi Ma’arat,1982:148. Jadi kejujuran wajib pajak adalah suatu sikap ketulusan hati yang dimiliki oleh wajib pajak untuk jujur dan terbuka dalam memenuhi kewajiban perpajakan, terutama dalam pengisian SPT. Kejujuran wajib pajak merupakan salah satu faktor terpenting dalam penerapan self assessment system. Dalam sistem ini wajib pajak harus akif memenuhi kewajiban perpajakannya mulai dari mendaftarkan diri, mengisi SPT dengan jujur, baik dan benar sampai melunasi pajak terutang tepat pada waktunya Nurmantu,2003:148. Menurut Tunggal 1995:62 wajib pajak menyembunyikan kekayaan atau penghasilannya dengan jalan memberikan keterangan yang tidak benar, atau mengajukan pernyataan yang tidak benar, dan memberikan data-data yang tidak benar atau keterangan palsu dalam dokumen. 2.2.6.3. Hasrat Membayar Pajak Hasrat adalah keinginan kuat Kamus bahasa Indonesia,1990:300. Jadi hasrat untuk membayar pajak adalah keinginan yang kuat untuk melakukan kewajiban perpajakan yaitu membayar pajak. Hasrat membayar pajak dapat muncul dari hati wajib pajak yang telah memiliki kesadaran pajak. Menurut Simatupang 2002 menyatakan bahwa adanya keinginan yang kuat dari sebagian masyarakat untuk tidak membayar, karena ketidakrelaan untuk mengalihkan sebagian kekayaan kepada Negara. Selain itu, ada satu yang menyebabkan rakyat belum secara sukarela membayar pajak yaitu adanya image ditengah – tengah masyarakat bahwa membayar pajak untuk orang pajak. Proses dan prosedur pembayaran pajak yang berbelit – belit merupakan salah satu faktor yang dapat menurunkan hasrat membayar pajak. Untuk itu dibutuhkan modernisasi administrasi pajak. Menurut Perris 2004 menyatakan salah satu contoh modernisasi administrasi pajak adalah penerapan sistem administrasi baru yang memungkinkan seseorang atau badan usaha cukup melakukan pembayaran sekali dengan menggunakan Single Indentity Number SIN atau nomor identitas tunggal. Sistem ini diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan kewajibannya membayar pajak. Kemudahan ini dalam administrasi saat ini diharapkan akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk membayar pajak.

2.2.6.4. Kedisiplinan Wajib Pajak

Dokumen yang terkait

Pengaruh Self Assessment System Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat

9 51 73

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara).

0 0 101

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut).

0 0 107

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut).

0 0 107

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Industri Kecil di Wedoro).

1 3 110

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pedagang Batu Permata di Surabaya).

0 0 88

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Penghasilan Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Barat)

0 0 24

PENGARUH TINGKAT PEMAHAMAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pedagang Batu Permata di Surabaya)

0 0 21

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Empiris Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Surabaya Rungkut)

0 0 23

PENGARUH PENERAPAN SELF ASSESSMENT SYSTEM TERHADAP KECENDERUNGAN PENGHINDARAN PAJAK PENGHASILAN (Studi Kasus Wajib Pajak Orang Pribadi Pada KPP Pratama Sidoarjo Utara)

0 0 20