Analisa Umum Hutan Mangrove di Kawasan Sungai Wain

52

BAB IV HASIL PENELITIAN

IV.1. Analisa Umum Hutan Mangrove di Kawasan Sungai Wain

Balikpapan Perubahan tata guna lahan dan pemanfaatan sumber daya alam secara berlebihan terutama di kawasan Sungai Wain Balikpapan diakibatkan karena pertambahan penduduk yang semakin cepat dan luas kawasan yang terbangun. Hutan mangrove di kawasan Sungai Wain Balikpapan dengan cepat menjadi semakin menipis dan berakibat pada menurunnya kualitas lingkungan kawasan tersebut, hal itu dapat dilihat dengan gambar dibawah ini : 1. Tahun 2006 Gambar 4.1 Luas hutan mangrove mencapai ± 5.4 Ha 2. Tahun 2007 Gambar 4.2 Luas hutan mangrove mencapai ± 6.7 Ha 3. Tahun 2008 Gambar 4.3 Pohon mangrove ditepi-tepi semakin berkurang Luasan hutan mangrove tahun 2009 hanya mencapai 8.2 Ha, menunjukkan bahwa luasan hutan mangrove sangat tidak memadai. Hal ini jika dihubungkan dengan Peraturan Daerah Kota Balikpapan Nomor 5 tahun 2006, dinyatakan bahwa Kawasan Hutan Mangrove di Teritib yang dijadikan Daerah Perlindungan Mangrove dan Laut DPML mencakup area lahan seluas 52.2 Ha. Selisih antara luas yang dipersyaratkan dengan luas sekarang adalah 44 Ha menunjukkan kondisi hutan mangrove di Sungai Wain Balikpapan saat ini sangat memprihatinkan. Salah satu penyebab pengurangan luas lahan mangrove adalah akibat kegiatan pengubahan alih fungsi lahan mangrove menjadi tambak dan kawasan pemukiman penduduk. Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya kemampuan dinas terkait yang bertanggung jawab dalam penenganan dan pemeliharaan mangrove dalam mencegah reklamasi hutan mangrove tersebut. Pemerintah Kota Balikpapan tidak memilik peraturan daerah khusus yang mengatur peruntukan dan perlindungan kawasan mangrove di Sungai Wain Balikpapan. Padahal sebagaimana kita ketahui bersama kawasan Sungai Wain Balikpapan menyimpan keanekaragaman hayati dan potensi dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Tidak dijalankan payung hukum yang mengatur perlindungan hutan mangrove Sungai Wain Balikpapan menyebabkan instansi tidak ada sanksi tegas kepada pihak-pihak yang melakukan reklamasi hutan mangrove. Permasalahan utama adalah pengaruh dan tekanan habitat mangrove bersumber dari keinginan manusia untuk mengkonversi areal hutan mangrove menjadi areal pengembangan perumahan, industri dan perdagangan, kegiatan-kegiatan komersial maupun pergudangan. Dalam situasi seperti ini habitat dasar dan fungsinya menjadi hilang dan kehilangan ini disertai dengan hilangnya ruang terbuka hijau yang jauh lebih besar dari nilai penggantinya. Berdasarkan hasil observasi pengamatan langsung di lapangan teridentifikasi beberapa aktivitas yang berpotensi untuk merusak mengrove menjadi tambak dan pemukiman adalah : 1 Alih guna lahan hutan mangrove menjadi tambak dan pemukiman. Gambar 4.4 Peralihan hutan mangrove menjadi pelabuhan dan tambak 2 Terjadi pencemaran akibat menumpuknya sampah dimuara akan mengakibatkan kematian tanaman mangrove dewasa dan akan mematikan bibit mangrove. Gambar 4.5 Pencemaran sampah di kawasan mangrove Sungai Wain 3 Terjadinya penebangan liar mangrove oleh masyarakat di beberapa bagian hutan mangrove dan berkurangnya fauna di kawasan hutan mangrove Gambar 4.6 Bekas penebangan liar hutan mangrove Sungai Wain Hasil pengamatan Badan Lingkungan Hidup hutan mangrove dan fauna di kawasan Sungai wain Balikpapan beberapa lokasi adalah sebagai berikut : A. Luas hutan mangrove Margomulyo sampai dengan Kariangau a. Luas hutan mangrove ± 8.2 Ha dan didominasi oleh jenis Rhizophora . b. Terdapat luasan tertentu ditebang sehingga yang ada hanya batang- batang gundul setinggi 0.5 m – 1 m dari permukaan air. c. Fauna yang ditemui adalah bekantan Nasalis larvatus, lutung kelabu Trachypithecus cristatus, kera ekor panjang Macaca fasciculatis , pesut Orcaela brevistroris, include kukang Nyscticebus coucang, tarsius Tarsius bancanus, lutung merah Presbytis rubicunda, lutung dahi putih Presbytis frontata, beruk Macaca nemestrina, owa-owa Hylobates muelleri, orang utan Pongo pygmaeus, dan bangau tongtong Leptoptilus javanicus. B. Pertambakan di Margomulyo dan Kariangau a. Tambak produktif yang terkesan panas karena pematangannya sangat jarang ditanami pohon mangrove. b. Banyak terdapat tambak non produktif didaerah perumahan yang ditumbuhi vegetasi perdu dan beluntas Pluchea indica. Hasil observasi lapangan juga menunjukkan adanya potensi keanekaragaman hayati yang menandakan masih berjalannya fungsi ekosistem hutan mangrove dalam menyangga kehidupan lingkungan pesisir di Sungai Wain Balikpapan. Temuan dilapangan menunjukkan adanya beberapa jenis vegetasi hutan mangrove yang tetap tumbuh subur dan beberapa jenis burung air yang hidup disekitar ekosistem pesisir. Pembahasan mengenai jenis mangrove di kawasan Sungai Wain Balikpapan dapat dilihat pada analisis aspek teknis.

IV.2. Analisis Aspek Teknis