Tata Cara Penelitian Pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

D. Alat Penelitian

1. Alat pembuatan FHEMM

Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan FHEMM adalah orbital shacker Optima®, Electric Sieve Shacker Indotest Multi Lab®, timbangan analitik Mettler Toledo®, oven Memmert®, blender Miyako®, rotary vacuum evaporator IKAVAC ®, penangas air, ayakan no.50, moisture balance, serta alat-alat gelas Pyrex® berupa gelas beker, labu erlenmeyer, gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk, pipet tetes, corong, labu alas bulat dan cawan porselen.

2. Alat uji penetapan kadar air

Moisture balance, beaker glass, sendok.

3. Alat perlakuan hewan uji

Alat-alat yang digunakan dalam perlakuan hewan uji adalah timbangan analitik Mettler Toledo®, spuit injeksi p.o dan syringe 3 cc Terumo®, spuit injeksi i.p dan syringe 1 cc Terumo®, pipa kapiler, serta alat- alat gelas Pyrex® berupa gelas beker, gelas ukur, labu ukur, batang pengaduk, pipet tetes, corong, dan pipet ukur.

E. Tata Cara Penelitian

1. Determinasi tanaman Macaranga tanarius L. Müll. Arg.

Determinasi tanaman Macaranga tanarius L. Müll. Arg. dilakukan dengan mencocokkan ciri-ciri makroskopis tanaman Macaranga tanarius L. Müll. Arg.. Determinasi dilakukan di bagian Biologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

2. Pengumpulan bahan uji

Bahan uji yang digunakan adalah daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. yang memenuhi kriteria besar, berwarna hijau tua, tidak berbintik putih yang dipetik dari daerah Paingan, Maguwoharjo, Sleman dan dipanen pada pagi hari agar tidak mengurangi kandungan metabolit sekunder daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg.

3. Pembuatan serbuk daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg.

Daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. dicuci bersih dengan air mengalir, diangin-anginkan, dipotong agar mempercepat proses pengeringan, kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 29 o C. Daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. kering kemudian diserbuk menggunakan blender Miyako® dan diayak dengan ayakan nomor mesh 50.

4. Penetapan kadar air serbuk daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg.

Sebanyak 5 gram serbuk kering daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. yang sudah diayak, dimasukkan ke dalam alat moisture balance. Bobot serbuk kering kulit tersebut ditetapkan sebagai bobot sebelum pemanasan bobot A, setelah itu dipanaskan pada suhu 110°C. Serbuk kering daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. yang sudah dipanaskan ditimbang kembali dan dihitung sebagai bobot setelah pemanasan bobot B. Selisih bobot A terhadap bobot B merupakan kadar air dari sampel serbuk daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. [ � � � � − � � � ℎ � � � � � ] �

5. Pembuatan ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg.

Sebanyak 40,0 gram serbuk daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. dimaserasi dengan pelarut metanol:air 1:1 sebanyak 200 mL selama 24 jam menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm untuk melarutkan senyawa yang diinginkan. Ekstrak cair yang diperoleh, kemudian disaring dengan corong Buchner untuk memisahkan ekstrak cair dengan residunya. Ekstrak cair yang telah disaring, diuapkan menggunakan rotary vacuum evaporator dengan suhu 80 o C untuk mempercepat proses penguapan pelarut ekstrak. Setelah itu, ekstrak kental dituang ke dalam cawan porselen dan dipekatkan di oven dengan suhu 50 o C. Ekstrak kental pekat yang masuk ke tahap fraksinasi adalah ekstrak kental yang memiliki bobot penimbangan tetap selama 2-3 hari.

6. Pembuatan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol daun Macaranga

tanarius L. Müll. Arg. Ekstrak metanol air daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. difraksinasi menggunakan pelarut heksan:etanol 1:1 dengan perbandingan ekstrak:pelarut adalah 1:5. Pemilihan heksan-etanol didasarkan pada kemiripan lipofilisitas senyawa tanin macatannin A, macatannin B, dan chebulogic acid dengan lipofilisitas heksan-etanol yang dihitung menggunakan aplikasi MarvinSketch©. Fraksinasi dilakukan dengan maserasi ekstrak selama 24 jam menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm. Fraksi cair yang diperoleh, disaring dengan corong Buchner untuk memisahkan fraksi cair dengan residunya. Fraksi cair dituang ke cawan porselen dan dipekatkan pada oven dengan suhu 50 o C. Fraksi yang digunakan adalah fraksi yang memiliki bobot penimbangan tetap selama 2-3 hari. 7. Pembuatan suspending agent CMC 1 Suspending agent CMC 1 dibuat dengan cara menimbang sebanyak 5,0 gram CMC dilarutkan menggunakan aquadest 200,0 mL dan didiamkan selama 24 jam hingga CMC mengembang. Suspensi tersebut kemudian ditambahkan dengan aquadest hingga 500,0 mL pada labu ukur 500,0 mL.

8. Penetapan dosis karbon tetraklorida

Penelitian yang dilakukan oleh Janakat dan Al-Merie 2002 melaporkan bahwa dosis 2 mLKgBB dapat merusak sel-sel hati yang ditandai dengan peningkatan kadar ALT dan AST 3-4 kali normal, namun pada dosis tersebut tidak menyebabkan kematian pada hewan uji. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti 2013 yang melaporkan bahwa induksi karbon tetraklorida 2 mLKgBB mampu meningkatkan kadar serum ALT dan AST sebanyak tiga kali dari aktivitas serum awal.

9. Pembuatan karbon tetraklorida dalam olive oil

Hepatotoksin berupa karbon tetraklorida 2 mLKgBB yang dilarutkan dalam olive oil dengan perbandingan 1:1.

10. Pembuatan sediaan FHEMM

Sediaan suspensi FHEMM dibuat dengan menimbang sebanyak 600 mg fraksi kental yang disuspensikan dengan CMC 1 dan diadd pada labu takar 25 mL. Pada proses pembuatan suspensi FHEMM dibantu dengan sonicator selama 5-10 menit.

11. Penetapan dosis FHEMM

Penetapan dosis FHEMM dihitung dengan konsentrasi yaitu 600 mg25 mL dengan BB maksimal tikus 350 gram. Kemudian dibuat 3 peringkat dosis dengan faktor kelipatan 2.

12. Penetapan waktu pencuplikan darah

Penetapan waktu pencuplikan darah yang diambil dari sinus orbitalis mata ditentukan melalui orientasi kadar ALT dan AST pada jam ke 0, 24, dan 48 setelah pemberian hepatotoksin dosis 2 mLkgBB secara i.p.. Menurut Janakat dan Al-Merie 2002 peningkatan aktivitas ALT dan AST maksimal terjadi pada jam ke 24 setelah pemberian karbon tetraklorida 2 mLKgBB secara i.p..

13. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji

Sejumlah tiga puluh ekor tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan dengan masing-masing kelompok berisi lima ekor tikus. a. Kelompok I atau kelompok kontrol pensuspensi FHEMM, yaitu kelompok yang diberikan CMC 1 secara p.o. dan diambil darahnya pada jam ke 6. b. Kelompok II atau kelompok kontrol hepatotoksin diberi karbon tetraklorida – olive oil dengan perbandingan 1:1 dan dosis 2 mLkgBB secara i.p. dan diambil darahnya pada jam ke 24. c. Kelompok III atau kelompok kontrol dosis FHEMM diberi FHEMM dosis tinggi yaitu dosis 137,14 mgkgBB satu kali secara p.o. dan diambil darahnya pada jam ke 6. d. Kelompok IV atau kelompok perlakuan FHEMM diberi FHEMM dosis rendah yaitu dosis 34,28 mgkgBB satu kali, enam jam setelah pemberian FHEMM kemudian diberikan karbon tetraklorida – olive oil dosis 2 mLKgBB secara i.p. e. Kelompok V atau kelompok perlakuan FHEMM diberi FHEMM dosis sedang yaitu dosis 68,57 mgkgBB satu kali, enam jam setelah pemberian FHEMM kemudian diberikan karbon tetraklorida – olive oil dosis 2 mLKgBB secara i.p. f. Kelompok VI atau kelompok perlakuan FHEMM diberik FHEMM dosis tinggi yaitu dosis 137,14 mgkgBB 1 kali, kemudian 6 jam setelah pemberian FHEMM diberikan karbon tetraklorida – olive oil dosis 2 mLKgBB 1:1 secara i.p.. Pencuplikan darah semua kelompok perlakuan melalui sinus orbitalis mata. Pencuplikan darah kelompok IV-VI perlakuan FHEMM yaitu 24 jam setelah pemberian hepatotoksin 2 mLKgBB secara i.p..

14. Pemeriksaan sampel darah

Pemeriksaan sampel darah dan penetapan aktivitas serum ALP dilakukan di Laboratorium Pusat Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Pemeriksaan sampel darah menggunakan reagen ALP Thermo Scientific dengan metode International Federation of Clinical Chemistry and Laboratory Medicines IFCC. Cara pembuatan serum darah adalah sebagai berikut. a. Sampel darah vena diambil sebanyak 2-3 mL dan dimasukkan ke dalam tabung vaccum. b. Sampel darah dibiarkan membeku ±15 – 30 menit. c. Tabung disentrifugasi dengan kecepatan 3500 rpm selama 10 menit. d. Diambil bagian serum yaitu pada lapisan atas, kemudian dilakukan pemeriksaan kadar ALP.

F. Tata Cara Analisis Hasil

Dokumen yang terkait

Pengaruh pemberian fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. jangka panjang 6 hari terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 118

Pengaruh pemberian jangka panjang fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun macaranga tanarius (L) Müll. Arg. terhadap kadar albumin pada tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 125

Pengaruh pemberian fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. jangka panjang 6 hari terhadap aktivitas serum alt dan ast tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

2 3 183

Efek hepatoprotektif pemberian jangka pendek 6 jam fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar alt-ast pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 139

Pengaruh pemberian jangka pendek 6 jam fraksi heksan etanol dari ekstrak metanol Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar albumin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 123

Pengaruh pemberian jangka pendek fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap aktivitas alkaline phosphatase pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 135

Pengaruh pemberian jangka panjang fraksi heksan-etanol dari ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) Müll. Arg. terhadap kadar bilirubin pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 133

Efek hepatoprotektif jangka panjang fraksi heksan-etanol ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. terhadap aktivitas laktat dehidrogenase pada tikus betina galur wistar terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 132

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak metanol-air daun macaranga tanarius L. terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 106

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak metanol-air daun macaranga tanarius L. terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 104