a. Hepatotoksin intrinsik Hepatotoksin intrinsik merupakan hepatotoksin yang tergantung
pada dosis. Hepatotoksin intrinsik bersifat reprodusibel pada hewan penelitian. Agen hepatotoksin intrinsik yaitu parasetamol, karbon
tetraklorida, dan alkohol. b. Hepatotoksin idiosinkratik
Hepatotoksin idiosinkratik merupakan hepatotoksin yang tidak tergantung pada dosis dan kerusakan yang dihasilkan tidak dapat
diprediksi pada sebagian kecil resipien. Agen hepatotoksin idiosinkratik adalah isoniazid INH, sulfonamid, valproat, dan fenitoin
Friedman and Keeffe, 2012.
B. Alkaline Phosphatase
Alkaline Phosphatase ALP merupakan enzim yang mengkatalisis
hidrolisis sejumlah ester fosfat organik yang reaksi optimal terjadi pada pH alkali. ALP ditemukan di beberapa tempat, yaitu osteoblas, membran kanalikular
hepatosit, perbatasan sel mukosal usus halus, tubulus proksimal di ginjal, plasenta, dan sel darah putih Schiff, Sorrell, Maddrey, 2012.
Tes kadar ALP sensitif untuk mendeteksi obstruksi saluran empedu sehingga menjadi indikator terjadinya kolestasis Hodgson, 2010. Peningkatan
ALP terjadi karena peningkatan sintesis enzim hepatik. Kadar ALP dapat kembali normal secepat mungkin pada keadaan kolangitis supuratif akut, yaitu ketika serum
aminotransferase telah meningkat. Hal ini terjadi karena ALP disintesis untuk
merespon adanya obstruksi empedu. Peningkatan asam empedu juga memicu peningkatan sintesis ALP. Serum ALP memiliki waktu paruh 17 hari, kadar tetap
meningkat hingga 1 minggu setelah adanya perbaikan pada obstruksi empedu. Peningkatan kadar ALP juga mengindikasikan penyakit hati infiltratif seperti
tumor, abses, granuloma, atau amiloidosis. Kadar ALP yang tinggi berhubungan dengan obstruksi empedu, kolangitis sklerosis, sirosis empedu primer, sepis, AIDS,
kolestatis. Pada pasien yang kritis, kadar yang tinggi dapat mengindikasikan kolangitis sklerosis sekunder yang dengan cepat dapat menjadi sirosis. Kadar ALP
yang sedang seringkali dijumpai pada hepatitis dan sirosis. Kadar ALP yang rendah dapat terjadi pada keadaan hipotiroid, anemia pernisius, kekurangan zink,
hipofosfatasia kongenital, dan penyakit Wilson fulminan Friedman and Keeffe, 2012.
Menurut Zimmerman 1999 pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida dapat menyebabkan kenaikan kadar ALT dan AST sebesar 3-4 kali normal. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pradeep, Khan, Ravikumar, Ahmed, Rao, Kiranmai, et al
. 2009, pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mLKgBB dapat meningkatkan ALT dan AST sebesar 3-4 kali normal dan ALP sebesar 1,3 kali
normal.
C. Karbon Tetraklorida