1
BAB I PENGANTAR
A. Latar Belakang
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat sekitar 1,4 kg 3 lb Tortora and Derrickson, 2014 yang multifungsi yaitu berperan penting
dalam metabolisme, klirens metabolik, produksi protein dan lipid, dan juga berperan dalam kerusakan akibat senyawa kimia. Selain itu, hati juga berperan
dalam sistem imun, yaitu dalam produksi sejumlah protein darah yang penting dalam melawan infeksi Muench, 2013.
Kerusakan pada organ hati hepatotoksisitas dapat menyebabkan terganggunya fungsi fisiologis tubuh. Hepatotoksisitas tersebut dapat disebabkan
oleh toksin kimia atau natural yang terdapat di lingkungan, rumah, atau di tempat kerja Zimmerman and Lewis, 1995.
Steatosis merupakan salah satu jenis kerusakan hati. Pada keadaan steatosis, hepatosit mengandung 5 5 gram per 100 mL lemak Rom, Markowitz,
2007. Steatosis dapat disebabkan oleh penyakit hati alkoholik maupun penyakit hati non alkoholiknon alcoholic fatty liver disease NAFLD. Kondisi NAFLD
menyebabkan lebih dari 95 dari total kematian akibat penyakit hati Canadian Liver Foundation, 2013. Prevalensi NAFLD pada populasi umum negara-negara
bagian Barat adalah 20-30 Bellentani, Scaqlioni, Marino, Bedogni, 2010. Prevalensi NAFLD pada populasi umum di negara-negara Asia-Pasifik adalah
Jepang 9-30: China 5-24; Korea sekitar 18; India 5-28; Malaysia 17;
Singapore 5; dan di Indonesia yaitu sekitar 30 Amarapurkar, Hashimoto, Lesmana, Sollano, Chen, and Goh, 2007.
Parameter kerusakan hati adalah terjadinya peningkatan alanine aminotransferase
ALT, aspartate aminotransferase AST, alkaline phosphatase ALP, gamma glutamyltransferase GGT, dan total bilirubin TB EMA, 2008.
Salah satu enzim yang digunakan sebagai parameter kerusakan hati adalah alkaline phosphatase
ALP. ALP adalah enzim yang mengkatalisis hidrolisis monoester dari asam fosfor dan juga mengkatalisis reaksi transfosforilasi. Peningkatan kadar
ALP mengindikasikan adanya kerusakan hati Millan, 2006. Hepatotoksin yang sering digunakan dalam eksperimen kerusakan hati
pada tikus adalah karbon tetraklorida Kumar, Sivaraj, Elumalai, Kumar, 2009. Prinsip karbon tetraklorida menginduksi kerusakan hati yaitu dengan membentuk
radikal triklorometil yang jika berikatan dengan molekul seluler seperti asam nukleat, protein, dan lemak akan merusak proses yang krusial pada sel yaitu
metabolisme lipid dengan hasil akhir yaitu degenerasi melemak steatosis Weber, Boll, Stampfl, 2003.
Indonesia adalah negara tropis yang kaya akan tanaman obat. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai salah satu alternatif
pengobatan, baik untuk pencegahan penyakit peventif, penyembuhan kuratif, pemulihan kesehatan rehabilitatif serta peningkatan kesehatan promotif. Jika
dilihat dari prevalensi penyakit hati yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, perlu adanya pengembangan mengenai tanaman obat yang berpotensi
sebagai hepatoprotektor. Tumbuhan Macaranga tanarius L. Müll. Arg. atau di Indonesia dikenal dengan nama tutup ancur, hanuwa, mara, atau mapu merupakan
tumbuhan kecil sampai sedang, memiliki ranting tebal, berwarna hijau keabuan, panjang dan lebar daun 8-32 x 5-28 cm Agroforestry Database 4.0 adalah salah
satu tumbuhan obat. Penelitian yang dilakukan oleh Adrianto 2011, ekstrak metanol-air daun
Macaranga tanarius L. Müll. Arg. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus yang
terinduksi parasetamol. Penelitian terkait juga dilakukan oleh Tiala 2013 yang melaporkan bahwa ekstrak metanol-air Macaranga tanarius L. Müll. Arg.
memiliki efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida. Kumazawa, Murase, Momose, Fukumoto 2014 telah melakukan penelitian pada
daun Macaranga tanarius dan didapatkan bahwa ekstrak metanol-air Macaranga tanarius
L. memiliki senyawa prenylflavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan. Penelitian tentang daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. juga telah dilakukan
oleh Puteri dan Kawabata 2010 bahwa fraksi etil asetat ekstrak metanol daun Macaranga tanarius
L. Müll. Arg. memiliki senyawa ellagitannin yaitu mallotinic acid, corilagin
, macatannin A, chebulogic acid, dan macatannin B. Senyawa tanin yang merupakan senyawa fenolik terdapat pada daun Macaranga
tanarius L. Müll. Arg. juga berpotensi sebagai antioksidan. Berdasarkan
penelitian tersebut, peneliti tertarik untuk melihat aktivitas hepatoprotektif fraksi heksan-etanol ekstrak metanol daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. pada tikus
terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat aktivitas ALP.
Fraksinasi menggunakan pelarut heksan-etanol didasarkan pada kemiripan lipofilisitas kandungan senyawa tanin yang terdapat pada fraksi etil asetat ekstrak
metanol Macaranga tanarius L. Müll. Arg. dengan lipofilisitas heksan etanol. Berdasarkan perhitungan menggunakan aplikasi Marvin Sketch© didapatkan
bahwa lipofilisitas heksan-etanol adalah 2,97; dan campuran senyawa tanin yang memiliki lipofilisitas mendekati heksan-etanol berturut-turut adalah macatannin B
2,94; macatannin A 2,76; dan chebulogic acid 2,64. Pemilihan jangka pendek efek hepatoprotektif fraksi heksan-etanol ekstrak
metanol Macaranga tanarius L. Müll. Arg. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dilakukan bersamaan dengan pemberian jangka panjang fraksi heksan-
etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius L. Müll. Arg. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida Novita, 2015. Oleh karena itu, penelitian ini menarik untuk
dilakukan karena penelitian menggunakan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius
L. Müll. Arg. dengan pemberian jangka pendek pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan melihat aktivitas ALP belum pernah
dilakukan.
1. Perumusan masalah
a. Apakah pemberian sediaan fraksi heksan-etanol ekstrak metanol Macaranga tanarius
L. Müll. Arg. FHEMM jangka pendek memberi pengaruh penurunan aktivitas ALP pada tikus betina Wistar yang
terinduksi karbon tetraklorida? b. Apakah dosis FHEMM memiliki kekerabatan dengan penurunan aktivitas
ALP pada tikus betina Wistar yang terinduksi karbon tetraklorida?
2. Keaslian Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh Andhini dan Hendra 2011 terhadap ekstrak metanol air Macaranga tanarius L. Müll. Arg. memiliki efek
analgesik pada mencit betina galur Swiss. Penelitian menggunakan Macaranga tanarius
L. Müll. Arg. pernah dilakukan oleh Adrianto 2011 yang melaporkan bahwa ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. Müll.
Arg. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi parasetamol. Penelitian terkait juga dilakukan oleh Tiala 2013 yang melaporkan bahwa
ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. Müll. Arg. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan pemberian
jangka pendek. Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Rahmamurti 2013 yang melaporkan bahwa bahwa ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius
L. Müll. Arg. memiliki efek hepatoprotektif pada tikus terinduksi karbon tetraklorida dengan pemberian jangka panjang.
Sejauh penelusuran pustaka yang peneliti lakukan, penelitian mengenai “Efek Hepatoprotektif Jangka Pendek Fraksi Heksan-Etanol Ekstrak Metanol
Macaranga tanarius L. Müll. Arg. FHEMM terhadap Aktivitas Alkaline
Phosphatase ALP pada Tikus Betina Terinduksi Karbon Tetraklorida” belum
pernah dilakukan.
3. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi khususnya
dalam bidang kefarmasian mengenai pengaruh pemberian jangka pendek FHEMM sebagai agen hepatoprotektor.
b. Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait:
1 Penurunan aktivitas ALP setelah pemberian FHEMM jangka pendek 1 kali 6 jam.
2 Hubungan kekerabatan antara dosis pemberian FHEMM terhadap penurunan aktivitas ALP.
B. Tujuan Penelitian