Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
mencarikan dokter yang tepat untuk mengatasi keluhan karyawan, dan juga memberikan pinjaman kredit tanpa bunga bagi karyawan.
Hasil wawancara dengan Subjek 2 juga menunjukkan bahwa subjek memiliki employee engagement yang tinggi Komunikasi pribadi, 17 April
2015. Subjek 2 memiliki semangat yang tinggi dalam bekerja. Subjek 2 semangat bekerja karena subjek menyukai pekerjaannya dan juga merasa
mendapatkan dukungan dan perlakuan baik dari organisasi. Subjek 2 mengaku ingin memberikan usaha terbaik bagi perusahaan tempat subjek bekerja.
Ketika pemilik perusahaan sedang ada keperluan di luar negeri dan tidak bisa mengawasi perusahaan, Subjek 2 sebagai manager perusahaan mengaku
benar-benar berusaha untuk mengawasi perusahaan dan buka hingga tutup. Subjek rela untuk pulang terlambat demi menyelesaikan pekerjaan subjek.
Subjek 2 juga memiliki dedikasi yang tinggi. Subjek 2 mengatakan bahwa ia merasa perannya penting dan bermakna bagi perusahaan. Subjek 2 juga
merasa mendapatkan inspirasi dalam melayani dan bernegosiasi dengan konsumen selama bekerja. Dalam aspek absorpsi, Subjek 2 terbilang sangat
terabsorpi. Hal ini disimpulkan dari pernyataan Subjek 2 yang mengatakan seringkali bekerja hingga lupa waktu.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Saks 2006 yang menyatakan bahwa persepsi terhadap dukungan organisasi
memiliki korelasi positif dengan kedua aspek employee engagement, yaitu job engagement
dan organization engagement. Saks 2006 juga mencetuskan
bahwa persepsi terhadap dukungan organisasi sebagai prediktor employee engagement
yang signifikan. Persepsi terhadap dukungan organisasi akan memenuhi kebutuhan
sosioemosional karyawan, seperti afiliasi dan dukungan emosional Armeli et al
Eisenberger et al dalam Rhoades Eisenberger, 2002 dan juga berkontribusi pada rasa bermakna serta memiliki tujuan Rhoades
Eisenberger, 2002. Persepsi terhadap dukungan organisasi mengindikasikan ketersediaan bantuan material dan dukungan emosional yang dibutuhkan saat
menghadapi tingginya tuntutan kerja George et al Robblee dalam Rhoades Eisenberger, 2002. Dampak dari persepsi terhadap dukungan organisasi
tersebut dapat memenuhi kondisi-kondisi psikologis pemicu munculnya employee engagement
yang dicetuskan oleh Kahn 1990, yaitu kebermaknaan psikologis, keamanan psikologis dan ketersediaan psikologis. Kebermaknaan
psikologis akan terpenuhi ketika persepsi terhadap dukungan organisasi berkontribusi pada rasa kebermaknaan dan memiliki tujuan. Keamanan
psikologis akan terpenuhi ketika persepsi terhadap dukungan organisasi mengindikasikan ketersediaan bantuan material dan dukungan emosional yang
dibutuhkan saat menghadapi tingginya tuntutan kerja. Sedangkan ketersediaan psikologis akan terpenuhi ketika persepsi terhadap dukungan organisasi
memenuhi kebutuhan sosioemosional seperti afiliasi dan dukungan emosional. Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi
terhadap dukungan organisasi memiliki hubungan positif dengan employee engagement
. Semakin positif persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi
maka karyawan akan semakin engaged. Sebaliknya, semakin negatif persepsi karyawan terhadap dukungan organisasi, maka karyawan akan semakin
disengaged .
Selain melakukan uji hipotesis, dalam penelitian ini juga dilakukan analisis data tambahan berupa uji t Persepsi terhadap Dukungan Organisasi
dan Employee Engagement berdasarkan tahap perkembangan subjek, yaitu dewasa awal dan dewasa madya. Hasil uji t menunjukkan tidak ada perbedaan
dalam hal Persepsi terhadap Dukungan Organisasi maupun Employee Engagement
pada subjek dewasa awal dan dewasa madya. Individu pada tahap perkembangan dewasa awal berada dalam kondisi
fisik yang prima, berada di puncak kesehatan, kekuatan, energi, daya tahan, dan fungsi motorik Santrock, 2012. Puncak kesehatan fisik dewasa awal
berada pada usia 30 tahun Santrock, 2012. Setelah usia 30 tahun, dewasa awal mulai mengalami penurunan kualitas fisik secara bertahap Santrock,
2012. Individu pada masa dewasa madya mengalami penurunan kemampuan
penglihatan, sensitivitas, kekuatan dan koordinasi Papalia, 2009. Namun, stamina seringkali bertahan lebih lama daripada kekuatan Spirduso
MacRae dalam Papalia, 2009. Berbagai keterampilan yang terus menerus digunakan juga lebih tahan terhadap dampak usia Stones Kozma dalam
Papalia, 2009. Kemampuan untuk keterampilan motorik rumit yang melibatkan banyak stimulus, respons, dan keputusan mengalami penurunan,
namun penurunan tidak selalu menghasilkan penampilan yang lebih buruk
Papalia, 2009. Pengetahuan berdasarkan pengalaman yang dimiliki oleh dewasa madya dapat mengkompensasi keterampilan motorik yang berkurang
Papalia, 2009. Penjelasan mengenai kemampuan fisik pada dewasa awal dan dewasa
madya tersebut mendukung hasil uji beda yang dilakukan pada penelitian ini. Untuk dapat engaged, individu membutuhkan ketersediaan energi fisik Kahn,
1990. Para pekerja dewasa awal mengalami puncak prima sekaligus sedikit penurunan pada aspek fisik Santrock, 2012. Para pekerja dewasa madya
dapat mengkompensasi penurunan kekuatan fisik dengan pengetahuan berdasarkan pengalaman yang telah dijalani sebelumnya Papalia, 2009.
Selain itu, keterampilan yang terus menerus digunakan selama bekerja juga masih tetap dapat bertahan pada masa dewasa madya Stones Kozma dalam
Papalia, 2009. Pekerja dewasa awal dan dewasa madya sama-sama memiliki ketersediaan fisik untuk membentuk engagement. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan hubungan Persepsi terhadap Dukungan Organisasi dan Employee Engagement pada pekerja dewasa awal
dan dewasa madya.
65