bagian bawah dalam corong pisah. Hal ini disebabkan berat jenis etil asetat lebih kecil 0,898 dibandingkan berat jenis air 0,996. Fraksi etil asetat ditampung
dalam wadah. Kemudian fase air diekstraksi kembali menggunakan etil asetat baru. Hal ini dilakukan sebanyak 3 kali. Semakin banyak ekstraksi cair
– cair dilakukan maka efektifitas semakin tinggi Wells, 2003. Hasil rata-rata persen
rendemen fraksi yang diperoleh sebesar 0,6 . Pemilihan etil asetat sebagai pelarut yang digunakan pada proses
ekstraksi cair-cair didasarkan pada penelitian sebelumnya. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Adou et al. 2012 disimpulkan bahwa jus buah jambu mete
mengandung senyawa fenolik dan flavonoid yang tinggi. Penelitian Adou et al. 2012 menunjukkan hasil bahwa jus buah jambu mete mengandung flavonoid
aglikon, yaitu kuersetin flavonol dan naringenin flavonon. Etil asetat merupakan pelarut organik yang dapat menarik senyawa
– senyawa flavonoid dalam sampel. Senyawa-senyawa flavonoid yang bersifat kurang polar seperti
isoflavon, flavanon, methylated flavones, dan flavonol dapat diekstraksi menggunakan etil asetat Andersen and Markham, 2006.
D. Hasil Uji Kualitatif
1. Hasil uji kualitatif senyawa fenolik
Uji kualitatif senyawa fenolik didasarkan pada reduksi asam fosfotungstat dalam larutan alkali menjadi fosfotungstat biru. Pada mulanya
senyawa fenol akan mengalami oksidasi oleh reagen Folin Ciocalteu yang berisi asam fosfotungstat dan asam fosfomolibdat. Setelah oksidasi senyawa fenol,
campuran akan tereduksi menjadi tungsten biru dan molibdenum. Perubahan
menjadi warna biru inilah yang digunakan sebagai indikator keberadaan senyawa fenolik dalam sampel. Hasil dari uji kualitatif fraksi etil asetat buah jambu mete
Gambar 4 menunjukkan perubahan warna menjadi biru, sama seperti kontrol positif. Hal ini berarti dalam fraksi etil asetat buah jambu mete mengandung
senyawa – senyawa fenolik.
Gambar 4. Hasil uji kualitatif senyawa fenolik pada fraksi etil asetat buah jambu mete
Keterangan Gambar 4: A = kontrol negatif reagen Folin-Cioucalteu, dan natrium karbonat
B = kontrol positif asam galat, reagen Folin-Cioucalteu, dan natrium karbonat
C = larutan uji fraksi etil asetat buah jambu mete, reagen Folin- Cioucalteu, dan natrium karbonat
D = larutan asam galat dalam metanol : air 1:1
E = larutan fraksi etil asetat buah jambu mete dalam metanol : air 1:1 2.
Hasil uji kualitatif aktivitas antioksidan
Uji kualitatif ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat buah jambu mete. Uji ini didasarkan pada
A B
C D
E
metode deoksiribosa. Pada prinsipnya reaksi Fenton akan menghasilkan suatu radikal hidroksi. Radikal hidroksi ini akan mendegradasi senyawa deoksiribosa
menjadi malonaldehida MDA. Dengan suatu pemanasan, produk degradasi berupa malonaldehida ini akan membentuk kompleks dengan asam tiobarbiturat
TBA. Reaksi pembentukan kompleks MDA – TBA Gambar 5 ini akan
menghasilkan kromogen berwarna merah muda. Apabila suatu senyawa memiliki aktivitas sebagai antioksidan
ditambahkan kedalam campuran, maka intensitas warna yang dihasilkan dari kompleks MDA
– TBA akan semakain memudar. Hal ini disebabkan karena radikal hidroksi akan berikatan dengan senyawa antioksidan sehingga degradasi
deoksiribosa akan berkurang dan MDA yang terbentuk semakin sedikit.
Gambar 5. Reaksi pembentukan kromogen MDA-TBA
Gambar 6. Hasil uji kualitatif aktivitas antioksidan pada fraksi etil asetat buah jambu mete
Keterangan Gambar 6 : A = kontrol negatif tanpa penambahan senyawa antioksidan
B = kontrol positif rutin C = larutan uji fraksi etil asetat buah jambu mete
Hasil uji kualitatif fraksi etil asetat buah jambu mete menunjukkan hasil positif Gambar 6. Intensitas warna yang terbentuk pada sampel uji lebih
pudar apabila dibandingkan dengan kontrol negatif. Hal ini berarti fraksi etil asetat buah jambu mete memiliki aktivitas sebagai antioksidan.
E. Hasil Optimasi Metode Uji Fenolik Total