Metode Folin – Ciocalteu Radikal Bebas

Flavonoid merupakan senyawa fenolik yang paling umum, karena tersebar luas di jaringan tanaman, dan bersama karotenoid dan klorofil bertanggung jawab memberikan warna seperti biru, ungu, kuning, oranye dan merah pada tanaman. Flavonoid meliputi flavon, flavonol, iso-flavonol, anthocyanin, anthocyanidin, proanthocyanidin dan katekin. Semua flavonoid merupakan turunan dari asam amino aromatis, fenilalanin dan tirosin, serta memiliki struktur yang terdiri dari tiga cincin Khoddami et al., 2013. O OH HO asam hidroksisinamat O HO HO asam hidroksibenzoat O flavonoid Gambar 1. Struktur dasar asam fenolat dan flavonoid.

C. Metode Folin – Ciocalteu

Metode Folin-Ciocalteu sering digunakan dalam penentuan total senyawa fenol dalam suatu tanaman atau buah Hemingway, 1991. Metode ini didasarkan pada reduksi asam fosfotungstat dalam larutan alkali menjadi fosfotungstat biru. Absorbansi yang terbentuk akibat fosfotungstat biru sebanding dengan jumlah senyawa fenolik aromatik yang terdapat dalam sampel, sehingga dapat diketahui seberapa besar jumlah kandungan senyawa dengan gugus fenol dalam suatu sampel tanaman yang dinyatakan dengan ekuivalen asam gallat sebagai pengkalibrasi Cindrić et al., 2011. Reaksi kolorimetrik banyak digunakan dalam metode spektrofotometri UV VIS, karena mudah dilakukan, cepat dan dapat digunakan di laboratorium secara rutin, dan biayanya rendah. Metode ini mengukur konsentrasi total senyawa fenolik dalam ekstrak tumbuhan. Polifenol dalam ekstrak tumbuhan bereaksi dengan reagen Folin Ciocalteu untuk membentuk kompleks biru yang dapat diukur dengan cahaya tampak spektrofotometri. Reagen ini memiliki kelemahan, yaitu sangat cepat terurai dalam larutan alkali, sehingga perlu untuk menggunakan reagen secara berlebih untuk mendapatkan reaksi yang lengkap. Namun, penggunaan reagen berlebih dapat menimbulkan endapan dan kekeruhan yang tinggi, sehingga membuat analisis spektrofotometri tidak mungkin untuk dilakukan. Untuk mengatasi masalah ini, didalam reagen Folin Ciocalteu terdapat garam lithium, yang dapat mencegah kekeruhan. Reaksi ini pada umumnya memberikan data yang akurat dan spesifik pada beberapa kelompok senyawa fenolik, walaupun beberapa senyawa menimbulkan warna yang sedikit berbeda karena adanya perbedaan dalam satuan massa dan kinetika reaksi Blainski et al., 2013.

D. Radikal Bebas

Dalam struktur atom dan molekul, elektron biasanya dalam keadaan berpasangan, setiap pasangan bergerak dalam orbitnya. Namun mungkin pula terdapat suatu spesies elektron yang mampu bergerak dalam orbital dengan keadaan tanpa pasangan. Spesies elektron yang mampu bergerak dalam orbitnya tanpa pasangan biasa masuk dalam istilah “free”. Atom tanpa pasangan tersebut biasanya akan lebih reaktif untuk menstabilkan dirinya, sehingga akan bersifat radikal dan akan mudah dalam berinteraksi dengan senyawa-senyawa lain. Senyawa dengan elektron tak berpasangan tersebut disebut dengan radikal bebas Nonhebel, 1974. Oxigen free radicals atau lebih umum dikenal sebagai Reactive Oxigen Species ROS, serta Reactive Nitrogen Species RNS, adalah produk dari metabolisme sel normal. ROS dan RNS juga diakui memainkan peran ganda baik sebagai spesies yang memberikan manfaat dan spesies yang dapat merusak bagi sistem kehidupan. Efek menguntungkan dari ROS terjadi pada konsentrasi rendah sedang, misalnya dalam pertahanan terhadap agen infeksi dan fungsi dari sejumlah sistem sinyal seluler Valko et al., 2006. Efek berbahaya dari radikal bebas menyebabkan potensi kerusakan biologis yang disebut oxidative stress dan nitrosative stress. Hal ini terjadi dalam sistem biologi bila ada produksi lebih dari ROS RNS dan kekurangan enzim dan antioksidan non-enzimatik. Kelebihan ROS dapat merusak jaringan lipid, protein, atau DNA seluler sehingga menghambat fungsi normal mereka. Oleh karena hal tersebut maka oxidative stress disimpulkan terlibat dalam menimbulkan sejumlah penyakit pada manusia serta dalam proses penuaan. Radikal hidroksil, •OH, adalah bentuk netral dari ion hidroksida. Radikal hidroksil memiliki reaktivitas yang tinggi, membuatnya menjadi sangat berbahaya dan radikal hidroksil ini memiliki in vivo half-life yang sangat singkat kira-kira 10 -9 s Valko et al., 2006.

E. Antioksidan

Dokumen yang terkait

uji aktivitas antibakteri ekstrak etanol, fraksi n-heksan, fraksi kloroform dan fraksi etilasetat daun jambu mete (aNACARDIUM oCCIDENTALE l.)

13 63 89

Penetapan kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanol daun dudu (Piper sarmentosum Roxb.).

1 2 56

Penetapan kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanol daun lada (Piper nigrum L.).

0 0 63

Penetapan kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanol daun kemukus (Piper cubeba L.).

0 0 55

Uji aktivitas antioksidan menggunakan metode Deoksiribosa dan penetapan kandungan fenolik total pada fraksi etil asetat ekstrak etanolik daun jambu mete (Anacardium occidentale L.).

3 9 129

Penetapan kadar fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak etanol daun adas (foeniculum vulgare mill.) menggunakan metode dpph.

0 5 88

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol buah anggur Bali (Vitis vinifera L.).

0 0 11

Penetapan kandungan fenolik total dan uji aktivitas antioksidan fraksi etil asetat ekstrak metanol daun dudu

0 0 54

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 Difenil 2 Pikrilhidrazil (DPPH) dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol daun trengguli

1 2 112

Uji aktivitas antioksidan menggunakan radikal 1,1 difenil 2 pikrilhidrazil dan penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat ekstrak etanol buah anggur Bali

0 2 9