dan absorbansi yang dihasilkan. Semakin baik nilai linieritas nilai R sama dengan 1 atau mendekati 1 maka korelasi juga semakin baik.
Tabel III. Hasil penetapan kandungan fenolik total fraksi etil asetat buah jambu mete
Konsentrasi Absorbansi Kandungan
fenolik total Rata -
rata CV
Replikasi 1 202
μgmL 0,4808
320,921 339,3 ±
13,1 3,8
Replikasi 2 202
μgmL 0,5219
350,409 Replikasi 3
204 μgmL
0,5165 346,535
Tabel III menunjukkan hasil pengukuran sampel uji untuk penentuan kandungan fenolik total. Absorbansi sampel yang diperoleh kemudian
dimasukkan ke dalam persamaan regresi linier yang telah didapatkan. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa fraksi etil asetat buah jambu mete memiliki nilai
kandungan fenolik total sebesar 339,3 ± 13,1 mg ekivalen asam galat. Penelitian yang dilakukan oleh Adou et al. 2012 menyatakan kandungan senyawa fenolik
pada jus buah jambu mete sebesar 1653,8 ± 2.3 sampai 2374,2 ± 5.4 mg ekivalen asam galat. Apabila dibandingkan antara penelitian ini dengan penelitian yang
dilakukan oleh Adou et al. 2012, hasil senyawa fenolik pada penelitian ini tergolong rendah. Hal ini dikarenakan adanya proses oksidasi oleh enzim
polifenol oksidase saat proses pengeringan, sehingga menyebabkan kerusakan pada senyawa polofenol yang ada pada buah jambu mete.
G. Hasil Optimasi Metode Uji Aktivitas Antioksidan
1. Penentuan Operating time
Pada umumnya penentuan operating time dilakukan jika pengukuran yang dilakukan merupakan hasil reaksi atau pembentukan warna. Operating time
merupakan waktu yang dibutuhkan suatu senyawa untuk bereaksi dengan
senyawa lain hingga terbentuk senyawa produk yang stabil. Produk yang stabil ini dapat dilihat dari hasil pembacaan absorbansi yang menunjukkan nilai absorbansi
yang tetap atau selisihnya kecil.
Tabel IV. Hasil penentuan operating time uji aktivitas antioksidan
Penentuan operating time metode deoksiribosa untuk menentukan
aktivitas antioksidan dilakukan selama 60 menit. Pengukuran absorbansi dilakukan setiap 5 menit sekali pada panjang gelombang teoritis, yaitu 532 nm.
Operating time ditentukan dengan melihat pada menit keberapa absorbansi yang dihasilkan stabil. Hasil menunjukkan bahwa pada waktu 20 menit absorbansi yang
dihasilkan stabil Tabel IV.
2. Penentuan panjang gelombang maksimum
Penentuan panjang gelombang maksimum perlu dilakukan karena pada panjang gelombang maksimum serapan yang dihasilkan suatu sampel juga
maksimum. Pada panjang gelombang maksimum perubahan konsentrasi akan menghasilkan selisih serapan yang paling besar karena pada panjang gelombang
Menit ke - Absorbansi 0,6267
5 0,6278
10 0,6298
15 0,6295
20 0,6313
25 0,6310
30 0,6318
35 0,6327
40 0,6344
45 0,6327
50 0,6339
55 0,6353
60 0,6360
maksimum memiliki kepekaan yang paling tinggi. Pada penelitian ini dilakukan tiga variasi penambahan larutan deoksiribosa dalam penentuan lambda
maksimum. Tiga variasi penambahan larutan deoksiribosa, yaitu sebesar 200 µL, 300 µL, dan 400 µL. Variasi penambahan larutan deoksiribosa akan menyebabkan
konsentrasi larutan deoksiribosa dalam sistem berbeda – beda sehingga
diharapkan dapat merepresentasikan panjang gelombang maksimum pada tiap tingkat konsentrasi.
Tabel V menunjukkan hasil scanning panjang gelombang maksimum untuk uji aktivitas antioksidan. Penentuan panjang gelombang maksimum
dilakukan pada rentang panjang gelombang 400 – 600 nm. Panjang gelombang
maksimum yang digunakan dalam penelitian ini adalah 530,5 nm. Hasil scanning ini tidak jauh berbeda dengan panjang gelombang maksimum teoritis.
Tabel V. Hasil scanning panjang gelombang maksimum untuk uji aktivitas antioksidan
Penambahan larutan
deoksiribosa Lambda
maksimum hasil scanning
Lambda maksimum yang
digunakan Lambda
maksimum teoritis 200 µL
530,5 nm 530,5 nm
532 nm 300 µL
530,5 nm 400 µL
531,0 nm
H. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan