Penetapan Kadar Sari Larut Air Penetapan Kadar Sari Larut Etanol Uji Kandungan Kimia Ekstrak

Hasil pemeriksaan karakterisasi kadar abu tidak larut asam menurut Materia Medika Indonesia Edisi V kadar abu tidak larut asam pada tumbuhan sisik naga tidak lebih dari 4,5, hasil dari pemeriksaaan sudah sesuai dengan Materia Medika Indonesia Edisi V dan kualitas serbuk simplisia baik.

4. Penetapan Kadar Sari Larut Air

Kadar sari larut air dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa yang dapat tersari dengan pelarut air Depkes RI, 2000. Tabel III. Hasil Pengamatan Uji Karakteristik Kadar Sari Larut Air Replikasi Kadar sari larut air Serbuk Simplisia Esktrak Diklorometana Ekstrak Etil Asetat Ektrak Metanol Replikasi 1 13,8333 b b 2,9083 b b 25,0586 b b 78,8124 b b Replikasi 2 18,3271 b b 5,1392 b b 15,9870 b b 74,4611 b b Replikasi 3 18,6990 b b 3,5 b b 15,3892 b b 78,5925 b b Hasil pemeriksaan karakterisasi kadar sari larut air menurut Menurut Materia Medika Indonesia Edisi V kadar sari larut air pada tumbuhan sisik naga tidak kurang dari 25,5. Hasil dari pemeriksaan uji kadar sari larut air menunjukan serbuk simplisia belum sesuai dengan Materia Medika Indonesia Edisi V, hal ini di sebabkan karena kandungan senyawa yang terdapat dalam serbuk simplisa cenderung lebih bersifat non polar atau semi polar.

5. Penetapan Kadar Sari Larut Etanol

Kadar sari larut etanol dilakukan bertujuan untuk memberikan gambaran awal jumlah senyawa yang dapat tersari dengan pelarut etanol Depkes RI, 2000. Tabel IV. Hasil Pengamatan Uji Karakteristik Kadar Sari Larut Etanol Replikasi Kadar sari larut etanol Serbuk Simplisia Esktrak Diklorometana Ekstrak Etil Asetat Ektrak Metanol Replikasi 1 22,8788 b b 16,8 b b 80,8108 b b 63,3010 b b Replikasi 2 17,8500 b b 14,1 b b 41,6216 b b 66,1188 b b Replikasi 3 26,4141 b b 15,5660 b b 80,9722 b b 64,5147 b b Hasil pemeriksaan karakterisasi kadar sari larut etanol menurut Materia Medika Indonesia Edisi V, kadar sari larut etanol pada tumbuhan sisik naga tidak kurang dari 6, hasil dari pemeriksaaan didapatkan serbuk simplisa sesuai dengan Materia Medika Indonesia Edisi V.

6. Uji Kandungan Kimia Ekstrak

Pada Kromatografi Lapis Tipis KLT, zat penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng kaca, plastik atau logam secara merata. KLT digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Perkiraan identifikasi diperoleh dengan pengamatan bercak dengan harga Rf yang identik dan ukuran yang hampir sama Kemenkes RI, 2013. Penggunaan pembanding dalam uji identifikasi dalam KLT, perbandingan jarak rambat suatu senyawa tertentu terhadap jarak rambat fase gerak, diukur dari titik penotolan sampai titik yang memberikan intensitas maksimum pada bercak, dinyatakan sebagai harga Rf senyawa tersebut Kemenkes RI, 2013. Pada penelitian ini menggunakan sampel ekstrak diklorometana, etil asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga dan menggunakan standar pembanding yaitu Eugenol, Rutin, asam tanat dan β- sitosterol untuk mencari kandungan minyak atsiri, flavonoid, tanin, dan steroid.. Selain itu dalam pnelitian ini juga menggunakan 2 deteksi antara lain deteksi pereaksi kimia FeCl3, AlCl3, deteksi secara fisika dengan bantuan lampu UV 254 nm dan deteksi 366 nm. Lempeng silika yang digunakan harus dalam keadan kering, hal ini bertujuan supaya silika dapat menyerap senyawa yang akan dipisahkan.

1. Pengujian Senyawa Minyak Atsiri