Hasil Uji Aktivitas Antioksidan

2. Penentuan panjang gelombang maksimum

Pengukuran panjang gelombang maksimum bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang yang memberikan serapan maksimum yang digunakan dalam pengukuran. Alasan penggunaan panjang gelombang maksimal, yaitu pada panjang gelombang maksimal, kepekaannya akan maksimal. Sehingga dalam pengukuran absorbansi yang dilakukan pada panjang gelombang maksimum, jika terjadi sedikit perubahan konsentrasi akan memberikan perubahan absorbansi yang besar sehingga akan didapatkan kepekaan analisis yang maksimum. Panjang gelombang yang didapatkan adalah 516 nm.

G. Hasil Uji Aktivitas Antioksidan

Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan menggunakan metode DPPH, yaitu metode penangkapan radical scavenging terhadap radikal DPPH 2,2 - difenil-1-pikrilhidrazil. Elektron tak berpasangan pada DPPH memberikan suatu absorbsi yang kuat pada λ = 517 nm dan berwarna ungu. Peredaman radikal bebas oleh antioksidan terjadi ketika elektron tak berpasangan menjadi berpasangan dengan adanya sebuah donor hidrogen, sehingga membentuk DPPH yang lebih stabil Jagetia, 2003. Jika elektron pada radikal bebas DPPH semuanya menjadi berpasangan maka warna larutan yang berwarna ungu berubah menjadi kuning terang. Gambar 8. Reaksi radikal DPPH dengan antioksidan Aktivitas antioksidan di dapat dari nilai absorbansi yang kemudian akan digunakan untuk menghitung nilai IC50. IC50 ini akan dijadikan sebagai parameter dalam penentuan aktivitas antioksidan. IC50 adalah konsentrasi senyawa yang dibutuhkan untuk mengurangi radikal pada DPPH sebesar 50. Aktivitas antioksidan kemudian ditetapkan menggunakan regresi liner yang diperoleh dari tiap replikasi. Dari persamaan regresi liner yang dibuat akan didapatkan nilai IC50 yang menyatakan hubungan antara konsentrasi senyawa uji dengan persen penangkapan radilal atau aktivitas antioksidan. Semakin kecil nilai IC50 maka semakin kuat senyawa uji tersebut sebagai antioksidan. Digunakan rutin sebagai pembanding karena diketahui rutin memiliki aktivitas antioksidan dan penangkap radikal bebas yang baik. Rutin merupakan salah satu senyawa fenolik yang tergolong flavonoid. Tabel IX. Hasil Aktivitas Antioksidan Rutin Menggunakan Radikal DPPH Replikasi 1 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Rutin IC Persamaan regresi linier 0,01 0,581 0,481 17,211 y = 912.22x + 7.9862 r = 0,9989 0,02 0,425 26,850 0,03 0,381 34,423 0,04 0,325 44,061 0,05 0,266 54,216 Replikasi 2 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Rutin IC Persamaan regresi linier 0,01 0,581 0,471 18,932 y = 777.97x + 12.22 r = 0,9949 0,02 0,409 29,604 0,03 0,380 34,595 0,04 0,325 44,061 0,05 0,287 50,602 Replikasi 3 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Rutin IC Persamaan regresi linier 0,01 0,581 0,449 22,719 y = 755.59x + 14.269 r = 0,9972 0,02 0,418 28,055 0,03 0,364 37,349 0,04 0,325 44,061 0,05 0,276 52,495 Pada hasil tabel IX menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi rutin yang direaksikan dengan DPPH maka aktivitas antioksidan akan semakin besar. Hal ini terlihat dari nilai IC yang semakin besar ketika dilakukan penambahan konsentrasi rutin. Pengukuran aktivitas rutin dilakukan sebanyak tiga kali replikasi masing-masing replikasi akan mendapatkan persamaan regresi linier. Persamaan regresi linier ini akan digunakan untuk menghitung IC50 . Tabel X. Hasil Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dilorometan, Etil Asetat, Metanol Dengan Menggunakan Radikal DPPH

a. Ekstrak Diklorometana

Replikasi 1 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Sample IC Persamaan regresi linier 0,25 0,521 0,488 6.333 y = 48.676x - 5.8733 r = 0,9956 0,5 0,435 16.506 0,75 0,35 32.821 1 0,287 44.145 1,25 0,243 53.358 Replikasi 2 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Sample IC Persamaan regresi linier 0,25 0,486 0.399 17.901 y = 33.416x + 9.2181 r = 0,9952 0,5 0.359 26.131 0,75 0.319 34.362 1 0.289 40.534 1,25 0.231 52.469 Replikasi 3 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Sample IC Persamaan regresi linier 0,25 0,503 0.486 3.379 y = 47.157x - 8.9662 r = 0,9957 0,5 0.427 15.109 0,75 0.373 25.845 1 0.324 35.586 1,25 0.241 52.087

b. Etil Asetat

Replikasi 1 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Sample IC Persamaan regresi linier 0.05 0,516 0.478 7.364 y = 65.47x + 3.8254 r = 0,9989 0.15 0.448 13.178 0.25 0.411 20.348 0.5 0.327 36.627 0.75 0.243 52.907 Replikasi 2 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Sample IC Persamaan regresi linier 0.05 0,501 0.469 6.387 y = 66.569x + 3.0752 r = 0,9984 0.15 0.436 12.974 0.25 0.406 18.962 0.5 0.31 38.123 0.75 0.24 52.095 Replikasi 3 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Sample IC Persamaan regresi linier 0.05 0,492 0.461 6.300 y = 67.679x + 3.2899 r= 0,9969 0.15 0.426 13.414 0.25 0.396 19.512 0.5 0.297 39.634 0.75 0.233 52.642

c. Metanol

Replikasi 1 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Sample IC Persamaan regresi linier 0.05 0,527 0.451 14.421 y = 184.06x + 6.2808 r= 0,9943 0.1 0.398 24.478 0.15 0.334 36.622 0.2 0.303 42.504 0.25 0.256 51.423 Replikasi 2 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Sample IC Persamaan regresi linier 0.05 0,530 0.447 15.660 y = 174.72x + 7.1509 r= 0,9950 0.1 0.406 23.396 0.15 0.341 35.660 0.2 0.307 42.075 0.25 0.265 50 Replikasi 3 Konsentrasi mgml Absorbansi Kontrol Absorbansi Sample IC Persamaan regresi linier 0.05 0,526 0.456 13.307 y = 195.82x + 3.4791 r= 0,9971 0.1 0.411 21.863 0.15 0.343 34.790 0.2 0.304 42.205 0.25 0.252 52.091 Pada hasil tabel X menunjukan bahwa semakin besar konsentrasi ektrak diklorometana, etil asetat dan metanol yang direaksikan dengan DPPH maka aktivitas antioksidan akan semakin besar. Hal ini terlihat dari nilai IC yang semakin besar ketika dilakukan penambahan konsentrasi ektrak diklorometana, etil asetat dan metanol. Semakin besar konsentrasi larutan maka akan semakin banyak senyawa antioksidan yang akan menyumbangkan H pada radikal DPPH, sehingga terjadi peluruhan warna DPPH yang menyebabkan semakin kecil absorbansi yang dihasilkan. Pengukuran aktivitas ektrak diklorometana, etil asetat dan metanol dilakukan sebanyak tiga kali replikasi masing-masing replikasi akan mendapatkan persamaan regresi linier. Persamaan regresi linier ini akan digunakan untuk menghitung IC50. Tabel XI. Hasil Perhitungan IC50 Rutin, Ekstrak Diklorometana, Etil Asetat dan Metanol Rutin Replikasi IC50 µgml Rerata mgml SD mgml 1 46,05 47,29 1,25 2 48,56 3 47,28 Pada hasil tabel XI menunjukan hasil pengukuran aktivitas antioksidan rutin, ekstrak diklorometana, etil asetat, metanol. Rata-rata IC50 rutin adalah 47,29±1,25 µgml, hal ini menunujukan bahwa dalam menangkap radikal bebas sebesar 50 diperlukan konsentrasi rutin sebesar 47,29±1,25 µgml. Sedangkan Ekstrak Diklorometana Replikasi IC50 µgml Rerata µgml SD µgml 1 1147,86 1206,23 52,73 2 1220,43 3 1250,42 Ekstrak Etil Asetat Replikasi IC50 µgml Rerata µgml SD µgml 1 705,27 700,11 8,61 2 704,90 3 690,17 Ekstrak Metanol Replikasi IC50 µgml Rerata µgml SD µgml 1 237,52 240,10 4,44 2 245,24 3 237,56 hasil pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak diklorometana rata-rata 1206,23±52,73 µgml. Hasil pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak etil asetat rata-rata 700,11±8,61 µgml. Dan hasil pengukuran aktivitas antioksidan ekstrak metanol rata-rata 240,10±4,44 µgml. Pada tabel diatas juga menunjukan nilai SD Standar Deviasi, semakin tinggi deviasi standar maka semakin besar juga penyimpangan data dari rata-rata hitungnya, sehingga dikatakan data memiliki variabilitas tinggi. Sebaliknya, semakin rendah deviasi standar maka semakin rendah penyimpangan data dari rata-rata hitungnya, sehingga dikatakan data memiliki variabilitas rendah. Tabel XII. Penggolongan Tingkat Kekuatan Antioksidan Rutin, Ekstrak Diklorometana, Etil Asetat, Metanol Intensitas Nilai IC50 Rutin Ekstrak Diklorometana Etil Asetat Metanol Sangat Kuat 50 µgml √ - - - Kuat 50-100 µgml - - - - Sedang 101-150 µgml - - - - Lemah 150 µgml - √ √ √ Fidrianny, Darmawanti, sukrasno, 2014 Berdasarkan penggolongan tingkat kekuatan antioksidan, rutin tergolong memiliki intesitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50 50 µgml. Sedangkan pada ekstrak diklorometana, etil asetat dan metanol tergolong memiliki intensitas antioksidan lemah dengan nilai 150 µgml. Gambar 9. Histogram perbandingan IC 50 rutin dengan ekstrak sisik naga Berdasarkan histogram perbandingan IC50 antara rutin dengan ekstrak sisik naga didapatkan hasil bahwa nilai IC50 rutin lebih rendah dibandingkan dengan ektrak diklorometana, etil asetat, metanol. Nilai IC50 dari ketiga sampel ekstrak yang di uji, di dapatkan aktivitas antioksidan paling kuat terdapat pada ekstrak metanol. Setelah dilakukan uji IC50 maka akan dilanjutkan uji statistik, uji statistik ini bertujuan untuk memastikan kebermaknaan nilai IC50 antara IC50 Rutin dengan IC50 ektrak diklorometana, etil asetat, dan metanol sisik naga. Uji yang pertama adalah uji normalitas Shapiro-walk. Uji normalitas Shapiro-walk digunakan jika jumlah data kurang dari 50. Pengujian distribusi normal tersebut digunakan untuk melihat apakah distribusi data tersebut mengikuti distribusi normal atau tidak. Uji normalitas Shapiro-walk menggunakan taraf kepercayaan 95 maka apabila nilai p 0,05 berarti data terdistribusi normal. Uji normalitas ini menentukan jenis uji yang akan dilakukan selanjutnya Dahlan, 2012. Hasil uji normalitas menunjukkan nilai p-value untuk IC 50 rutin adalah 0,978 dan p-value untuk IC 50 ekstrak diklorometana 0,551; etil asetat 0,041; dan 200 400 600 800 1000 1200 1400 Rutin Ekstrak Diklorometana Ekstrak Etil Asetat Ekstrak Metanol Series1 47,29 1206,23 700,11 240,1 N il ai IC50 µ g m l Nilai IC50 dan Ekstrak Sisik Naga metanol 0,009. Dari data tersebut didapatkan nilai p-value lebih besar dari 0,05 taraf kepercayaan 95 sebanyak dua data yaitu IC50 rutin dan ekstrak diklorometana, dapat disimpulkan bahwa data yang ditemukan dari penelitian ini tidak normal. Uji yang dilakukan setelah diketahui data tidak terdistribusi normal adalah uji Kruskal-wallis, uji ini bertujuan untuk menentukan perbedaan signifikan secara statistic antara dua atau lebih kelompok Dahlan, 2012. Hasil nilai p-value yang di dapat pada uji ini sebesar 0,016 yaitu lebih kecil dari nilai kritik 0,05 taraf kepercayaan 95. Hasil ini menunjukan terdapat perbedaan dari 4 kelompok penelitian antara IC 50 Rutin, ekstrak diklorometana, Etil Asetat dan Metanol. Uji selanjutnya adalah Mann-Whitney, uji ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan dua sample uji yang tidak berhubungan satu sama lainnya. Dari output nilai rerata Asymp.Sig 0,05 tidak lebih besar dari nilai kritik 0,05 taraf kepercayaan 95, dalam uji Mann-Whitney dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara 4 kelompok penelitian antara IC 50 Rutin dengan IC 50 sampel ekstrak diklorometana, etil asetat, metanol. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa nilai rata-rata IC 50 rutin sebagai standar berbeda bermakna dengan IC 50 ekstrak diklorometan, etil asetat, dan metanol tanaman sisik naga inang pohon kopi. 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Uji karakter serbuk simplisia tumbuhan sisik naga pohon inang kopi belum sesuai dengan Materia Medika Indonesia Jilid V pada uji kadar sari larut air. 2. Kekuatan antioksidan pada ekstrak diklorometana, etil asetat, dan metanol tumbuhan sisik naga pohon inang kopi tergolong lemah dengan nilai IC 50 150 µgml.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian uji aktivitas antioksidan tumbuhan sisik naga dengan menggunakan metode yang lain. 2. Diperlukan senyawa yang spesifik pada tanaman untuk menghasilkan aktifitas antioksidan.